PART 50- Beri Saya Waktu

1.3K 124 24
                                    

Rani dan Rangga berlari menuju ruang kepala sekolah setelah sebelumnya mendapat panggilan dari sekolah.

Rani membuka pintu ruang sekolah dan masuk ke dalam sana. Ia langsung menghampiri pak Bambang dan bertanya.

"Ada apa Pak? Apa Raka berkelahi dengan Andra?" tanya Rani begitu khawatir.

Setelah mendapati panggilan dari sekolah, Rani langsung berpikir bahwa ada sesuatu yang terjadi di antara Raka dan Andra.

"Tidak Bu, tolong Ibu sabar dulu." ucap Pak Bambang mencoba untuk menenangkan Rani.

Rani langsung tenang ketika Rangga merangkulnya dan menepuk-tepuk bahunya.

Tiba-tiba pandangan Rani mengarah ke arah Talitha yang terlihat berantakan, bahkan Talitha sedang menangis di sana.

"Talitha, kamu kenapa Nak?" tanya Rani khawatir. Rani sudah beberapa kali bertemu dengan Talitha ketika gadis itu bermain bersama Raka dan teman-temannya di rumah Raka, sehingga Rani sudah menganggap Talitha sebagai anaknya sendiri. Bahkan ia sudah tahu bahwa Talitha sekarang adalah pacarnya Raka.

"Tolong jangan sentuh anak saya Bu!" ujar Melisa, Ibu Talitha, sambil menepis tangan Rani yang menggenggam tangan Talitha.

Rani terkejut dengan perlakuan Melisa terhadapnya. Sebenarnya ada apa ini?

"Dia! Anak Ibu sudah melecehkan anak saya!" ucap Melisa yang menangis sambil menunjuk kearah Raka.

Rani menutup mulutnya seakan tidak percaya dengan ucapan Melisa. Bahkan ia hampir menangis setelah mendengarnya.

"Anak saya tidak mungkin melakukan hal itu Bu!" ucap Rani menyanggah ucapan Melisa, akhirnya ia kalah, ia menangis juga.

"Iya Bu, tidak mungkin Raka melakukan hal itu!" sambung Rangga.

"Saya juga tidak percaya Bu, Pak. Tapi lihat, lihat anak saya! Saya tidak sanggup melihatnya seperti ini! Ia sudah dilecehkan!" ujar Melisa sambil terus menangis.

"Raka, Raka ayo jawab Mama, Nak. Apa benar kamu melakukan hal itu kepada Talitha?" tanya Rani harap-harap cemas. Ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa Raka bukanlah anak yang seperti dituduhkan oleh Melisa.

Raka menggeleng pelan. "Enggak Ma."

Rani menangis dan tersenyum lega. Kemudian menatap Melisa.

"Anak saya tidak pernah melakukan hal itu Bu." ujar Rani mantap. Ia sangat percaya pada anak-anaknya. Ia sudah menanamkan nilai-nilai kejujuran kepada Andra, dan Raka tentunya.

"Ibu percaya begitu saja dengan anak Ibu?" tanya Melisa tak habis pikir.

"Tentu. Saya sangat percaya dengan Raka." balas Rani.

"Tidak! Saya tidak terima! Disini anak saya yang menjadi korbannya! Ya Allah, salah apa anak saya." ujar Melisa sambil menangis.

"Sudah, Ibu-ibu. Harap tenang. Dari tadi kita hanya berdebat tanpa bertanya langsung kepada Talitha. Sekarang kita tanya pada Talitha." ujar Pak Bambang menengahi.

"Talitha, apa benar Raka telah melecehkan kamu?" sambungnya dengan serius.

Talitha menelan salivanya. Ia menatap satu persatu wajah yang tengah menanti jawaban darinya.

"Sorry Raka. Kita akhiri permainan ini, dan selamat buat kekalahan lo."

Talitha mengangguk sambil menangis, kemudian meringis sambil memegangi pipinya yang lebam.

Pak Bambang menghela nafas panjang.

"Sepertinya sekarang kita sudah tahu jawabannya. Raka memang sudah melakukan perbuatan itu." ujar Pak Bambang.

"Tidak bisa seperti ini dong! Mengapa Anda bisa memutuskan bahwa Raka bersalah, padahal sama sekali belum ada bukti? Saya bisa menuntut sekolah ini Pak!" ujar Rangga tak terima.

"Talitha tidak mungkin berbohong, Pak." ucap Pak Bambang.

"Jadi menurut Anda, putra saya yang sangat mungkin berbohong? Hanya karena dia anak nakal dan sering melakukan keributan, Anda juga tidak mengakui kejujurannya? Apa anak nakal selalu salah?" Rangga benar-benar sudah tak menerima penghinaan bagi putranya ini.

"Jadi Talitha yang salah? Ketua OSIS SMA ini salah? Sang juara olimpiade ini salah?" Para guru mulai ikut berkomentar. Banyak dari mereka yang lebih mempercayai Talitha.

Tentu saja. Selama ini, citra Talitha di sekolah ini sangat baik. Ia tidak pernah melakukan satupun hal yang melanggar ketentuan sekolah. Sebaliknya, ia sering sekali membuat sekolah bangga dengan prestasinya.

Namun tidak begitu dengan Raka, hampir semua guru percaya bahwa Raka memang telah melakukan hal tidak terpuji kepada Talitha. Dilihat dari status Raka sebagai ketua geng tawuran, sering melanggar peraturan, dan tidak sepintar Talitha.

"Kasus ini masih abu-abu. Kita semua tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apa anak yang nakal selalu diadili seperti ini? Apa yang pintar selalu benar? Saya bertanya, ini sekolah atau neraka? Saya tidak terima jika anak saya diperlakukan tidak adil seperti ini!" ucap Rangga tegas.

Semua guru yang mendengar ini langsung menunduk.

Hati Raka seperti dicabik-cabik mendengar ucapan Rangga yang mati-matian membelanya.

Selama ini Raka sangat membenci Rangga dan tidak ingin berada didekatnya. Namun, setelah ia melihat air mata Rangga yang sedikit terjatuh dari kelopak matanya ketika dengan percaya dirinya ia membela Raka, akhirnya Raka sadar bahwa membenci Rangga adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya.

Ia bisa melihat kasih sayang Rangga dari sikapnya ketika membelanya tadi, begitu tulus dan murni. Bahkan Raka bisa merasakan hancurnya hati Rangga dan betapa marahnya dia.

"Jadi Pak, bagaimana ini sebaiknya?" tanya Bu Airin kepada Pak Bambang.

"Bagaimana-"

"Saya ingin Raka dikeluarkan dari sekolah ini!" ucap Melisa, memotong ucapan Pak Bambang.

Semua orang terkejut dengan ucapan Melisa yang tanpa toleransi ini. Tentu saja, orang tua mana yang tak kecewa jika anaknya dilecehkan oleh lelaki nakal yang sudah dianggapnya sebagai anak sendiri? Orang tua mana yang terima ketika anak gadisnya sedang rapuh serapuh-rapuhnya? Orang tua manapun pasti akan bersikap sama seperti apa yang dilakukan oleh Melisa.

Rani menangis, ia menoleh kepada suaminya, tak ingin bila anaknya benar-benar harus meninggalkan sekolah ini.

"Beri saya waktu untuk mencari bukti bahwa saya tidak bersalah." ucap Raka memecah keheningan.

•°•

Hai semua!
Jangan lupa untuk komen dan klik tombol bintang di bawah ini 💕
See u!

Because Of Truth Or Dare [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang