Ashila membuka matanya dan terkejut ketika sadar bahwa ia sudah berada di dalam kamarnya. Seingat Ashila, tadi ia sedang dalam perjalanan pulang bersama Raka.
Oh tidak! Apa ia ketiduran dan Raka menggotongnya sampai ke kamar? Ashila memukul pelan kepalanya. Sudah sering kali ia merepotkan Raka dengan menggendongnya. Apa yang akan Raka pikiran? Berat?
Ashila mengacak-acak rambutnya frustasi, "Ashila bego!!!" Umpatnya.
Tiba-tiba saja notifikasi beruntun dari WhatsApp berbunyi. Ashila meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja.
Kak Raka
|Shil, besok gue jemput ya?
|Gue pengen ngomong sesuatu sama lo
|Lo harus mau
|Ya?
|Jangan ada penolakan okay?
|Besok jam 9 gue jemput
|Jangan kebo ya?
|Btw lo berat.Saat membaca pesan terakhir, sontak saja mata Ashila membulat, Ashila sangat merasa malu sekaligus jengkel.
"Ashila! Lo gak boleh ketiduran lagi! Gak boleh!" janjinya pada diri sendiri.
•°•
Minggu pagi yang sedikit mendung. Raka sudah siap dengan setelan jeans dan t-shirt dengan luaran jaket denim. Tak lupa, ia memakaikan sedikit gel rambut ke rambut hitamnya.
"Gue harus tetep tampan didepan calon mertua hehe." ucapnya pada diri sendiri. Setelah mengatakan itu, tiba-tiba ia tertegun.
"Aduh, anak mama udah rapih gini mau kemana? Mau kencan nih ceritanya?" goda Mama yang baru masuk kedalam kamar Raka dengan nada bercanda.
Raka terlonjak kaget. "Eh Mama. Iya hehe doain ya Ma. Biar hari ini lancar." ucap Raka.
"Ya pasti dong. Mama selalu doain kamu sama Andra." balas Mama. Seketika raut wajah Raka berubah. Ia tampak kesal mendengar nama Andra.
"Oh iya, besok Mama sama adik kamu mau ke apartemen Papa, udah lama gak ketemu Papa kamu sama Andra. Di Sana ada keluarga Papa kamu. Kamu gak mau ikut?"
"Kenapa Mama nanya hal yang udah Mama tau jawabannya sih?" Raka mendengus sebal.
Rani tersenyum maklum mendengar jawaban Raka. Raka memang tidak dekat dengan ayah dan saudara tirinya itu. Kebetulan, sudah beberapa hari Papa dan Andra tinggal di apartemen karena ada keluarga mereka yang datang.
Raka menyalami Rani dan pergi keluar kamar.
"Mama harap, kamu mulai bisa menerima semua ini Nak." ucap Rani dengan nada sendu.
•°•
Ashila sedang duduk dimeja riasnya sambil memandangi dirinya di cermin. Entah mengapa ia sangat gugup. Raka ingin mengatakan sesuatu yang penting? Apa itu?
Entahlah! Yang penting ia harus tampil cantik hari ini, karena ini adalah kencan pertamanya dengan Raka setelah resmi berpacaran.
Ia berjanji akan memperbaiki hubungannya dengan Raka yang sangat tidak baik itu. Ia menyerah pada keadaan, ia harus mencoba menjadi kekasih Raka tanpa membuatnya terluka.
Ashila tau, ini hanya sebuah permainan dare. Namun ia sudah terlanjur berjanji, dan harus ia tepati. Mungkin tidak ada salahnya mencoba menjadi pacar Raka? Toh hanya sebulan. Lalu, ia bisa bebas menjalani masa SMA-nya dengan tenang.
"Ashila, itu ada yang dateng. Cowok hehe." Tiba-tiba Bi Darsih masuk kedalam kamar Ashila yang terbuka.
"Kak Raka Bi?" tanya Ashila yang tiba-tiba langsung gugup dan tanpa sadar menelan salivanya.
Bi Darsih mengangguk sambil tersenyum malu-malu, berniat menggoda Ashila. Ashila langsung berdiri, menatap pantulan wajahnya di cermin dan membuang nafas panjang.
Ashila menuruni anak tangga rumahnya dan langsung mendapatkan tatapan teduh dari Raka yang sedang duduk di sofa ruang tamu bersama dengan Meli.
"Cantik." ujar Raka setelah Ashila sudah berada di hadapannya. Ashila tersenyum canggung mendengar pujian itu.
"Mami, Ashila sama kak Raka berangkat dulu ya." Ashila menyalami Mami nya, begitu juga dengan Raka.
"Iya. Hati-hati ya. Raka, pulangnya jangan kemalaman ya!"
"Siap Mami! Ayo!" ucap Raka yang langsung menggandeng tangan Ashila dan berjalan keluar rumah.
•°•
"Emmm, kita mau kemana Kak?" tanya Ashila ketika ia dan Raka sedang duduk didalam mobil yang Raka kendarai.
"Ke pelaminan, gimana?" Raka malah balik bertanya, tentunya dengan pertanyaan konyol dan bodoh itu.
Ashila bergidik mendengar tawaran Raka barusan. Untung mood-nya sedang baik. Kalau tidak, ia sudah menjambak rambut Raka sampai botak.
Hampir 20 menit perjalanan, mereka berdua sudah sampai didepan sebuah Pusat perbelanjaan besar di Jakarta. Ashila terus bertanya-tanya apa lagi yang akan dilakukan lelaki konyol satu ini?
"Kak Raka mau beli sesuatu disini?"
Raka menggeleng. Lalu tangan besarnya itu dengan cepat langsung menggandeng lengan Ashila dan berjalan memasuki Mall.
Tak butuh waktu lama, mereka berdua sudah berada didalam Timezone. Ashila ingin sekali berteriak akibat senang. Karena sudah cukup lama ia tidak pergi bermain ditempat ini.
"Shil! Kok diem aja? Cepet sini!" panggil Raka. Ashila langsung berlari kearah Raka yang sedang berdiri didepan permainan street basketball.
"Siap?" Tanya Raka.
"Hah?" Ashila yang tak tau apa-apa hanya ber-hah ria. Lalu, tiba-tiba permainan dimulai.
Dengan gesit, Raka memasukkan bola basket kedalam ring. Hal ini sangat mudah untuk ia lakukan. Karena ia adalah seorang pemain basket yang cukup handal. Berbanding terbalik dengan Raka, Ashila terus melompat mencoba memasukkan bola basket kedalam ring yang cukup tinggi.
Permainan selesai. 170 Vs 12. Ashila kalah telak. Raka hanya bisa tertawa terbahak-bahak melihat lawannya yang sedang memanyunkan bibirnya karena kesal.
"Gak adil ya! Gue kan gak bisa main basket! Kalo lo kan jago kak!" omel Ashila.
"Oke-oke, mau lanjut main apa?"
"Hmm," Ashila terlihat sedang berfikir. Namun tiba-tiba,
"Ayo kak! Ikutin gue!" ucap Ashila sambil menggandeng tangan Raka. Raka yang melihat tangannya yang digandeng Ashila langsung tersipu.
"Ayo kak kita tanding ini!" tantang Ashila. Kini mereka berdua sudah berada didepan sebuah permainan Dance-dance Revolution.
Raka hanya hanya bisa mematung ditempatnya. Dance? Didepan umum? Tidak!
"Hmm, lagu apa ya?" Ashila terlihat bingung.
"Gimana kalau lagu Dududu Blackpink itu? Yang lagi hits itu loh kak. Tau gak?" tanya Ashila kepada Raka yang tentunya tak Raka ketahui.
"Ayo kak naik! Kita tanding ya! Yang kalah harus traktir es krim!"
Start!
Ashila terus menari sambil menginjak-injak setiap tombol sesuai dengan irama. Sedangkan Raka hanya menginjak-injak kesal setiap tombol sesuai dengan keinginannya.
Finish.
Ashila mendapatkan nilai A sedangkan Raka mendapatkan nilai F. Sungguh keberuntungan yang adil.
"Yeay! Lo harus traktir gue ya kak!"
Raka hanya mengangguk pasrah.
Mereka berdua terus tertawa sambil mencoba setiap permainan yang ada disini.
•°•
To be continued 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of Truth Or Dare [ COMPLETED ]
Fiksi RemajaSemuanya berubah hanya karena 1 permainan yang bernama Truth Or Dare. Ashila, gadis kelas XI SMA Anak Bangsa bermain sebuah permainan bersama kedua sahabatnya. Permainan itu bernama Truth Or Dare. Permainan yang menjebaknya dengan sebuah tantangan g...