Life is not about waiting for the storm to pass
But, it's about learning to dance in the rain..~_________________
Bhima lantas menghempaskan tubuhnya di kasur, ia izin hari ini. Moodnya benar-benar rusak karena kekecewaan yang masih bertengger manis di hatinya.
Sungguh ia sebenernya tak tega melihat wajah Chika yang tadi memintanya untuk ikut mengantar ke sekolah. Tapi hatinya sedang panas, ia tak ingin akhirnya jadi bertengkar lagi dengan Jasmine di depan Chika.
Baik Mama ataupun Papa, tak ada satupun yang berani menanyakan ada apa sampai Bhima dan Jasmine seperti ini. Cukuplah biar mereka yang menyelesaikan tanpa campur tangan orang tua. Mereka sudah dewasa, pasti akan bertemu dengan titik akhir untuk masalah mereka.
Sementara Jasmine sedang berusaha menahan air matanya saat sudah dalam perjalanan pulang. Bhima mengabaikannya, seperti yang ia lakukan belakangan ini dan rasanya sesakit ini?
Pantas saja Allah meminta kembali si kecil dari rahimnya, Jasmine masih saja berkelakuan kepala batu seperti ini. Air mata itu akhirnya luruh, deras sekali di iringi Istighfar dalam hatinya, memohon ampunannya.
Namun apa yang Jasmine dapatkan ketika ia pulang? Bhima masih mendiamkannya seperti tadi pagi, sepertinya amarah Bhima belum reda. Jasmine menunduk dalam ketika matanya bertemu pandang dengan Bhima, jelas terlihat kilat kecewa di matanya.
Bhima berusaha diam dan tak peduli walau sesungguhnya hati merindu tak karuan. Ia memilih keluar saat Jasmine masuk ke dalam kamar.
Seketika Jasmine merasa ada yang meremukkan jantungnya. Sakiiittt. Apa ini yang Bhima rasa ketika ia mendiamkannya? Sungguh rasanya Jasmine sangat berdosa.
"Maafin aku, mas. Maafin aku..." gumamnya di sela tangisannya.
Dadanya terasa sesak sekarang, ingin ia berlari kepelukan Suaminya, meminta maaf atas segala kelakuannya selama ini namun seolah ego masih menguasai, Jasmine berdiam diri di kamar tak berusaha menyusul Bhima.
💕💕💕
Hari sudah beranjak siang, matahari kota Jakarta tengah bersinar dengan teriknya. Bhima juga sudah bersiap menjemput Chika dan berbarengan dengan Jasmine yang juga sudah rapih.
"Saya aja yang jemput Chika. Udah janji, kamu di rumah aja." ujar Bhima begitu melihat Jasmine berada di anak tangga.
Bhima segera menyambar kunci mobilnya, ia akan menjemput Chika di sekolah. Jasmine masih mematung di tangga, matanya kembali panas.
Kenapa ini semua jadi semakin rumit?? Ke mana Mas Bhima-nya yang tak pernah bisa lama-lama marah padanya?? Ke mana suaminya yang peduli?? Ke mana imamnya saat sholat? Kini semua terasa hambar!
Jasmine merasa sesak di dadanya semakin memuncak hingga akhirnya isakkan terjadi, lagi. Ia memilih kembali ke kamarnya, ia duduk di samping tempat tidurnya sambil memeluk kedua kakinya erat-erat. Tangisnya kembali menyesakkan, ia tak mau Ibu sampai tahu akan hal ini. Cukup Jasmine saha yang memendam saat ini.
Sementara di sekolah, Bhima langsung membawa Chika masuk ke dalam mobil dan mendudukannya di kursi depan lengkap dengan seatbelt nya.
Chika merasa ada yang lain pada Ayahnya. Biasanya Bhima selalu bertanya bagaimana harinya di sekolah? Namun kali ini Bhima hanya diam dan fokus dengan jalan di depannya.
"Eumm, ayah." panggilnya ragu-ragu.
"Iya kak?" sahut Bhima.
"Bunda, mana? Kok, nggak ikut?"
![](https://img.wattpad.com/cover/122133354-288-k625139.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
3. Make You Feel My Love// PRAYUDA SERIES
General FictionPUBLISHED 8 Sep 2017 (17+) Mempertahankan prinsip di tengah keminoritasan bukanlah hal yang mudah di lakukan. Namun bagi seorang perempuan yang bisa membuat Abhimata Satrio jatuh hati dan bertekad untuk mendapatkan hatinya itu adalah satu tantangan...