If my tears can build a stairway. I will bring you home and take you away.
🌻
🌻
🌻Sudah berbulan-bulan kepergian Ananda masih menyisakan kesedihan dan keperihan yang mendalam bagi Jasmine. Ia yang kini sudah kembali bekerja setelah cuti melahirkan, terkadang masih termenung bila sedang sendirian dan teringat Ananda.
Walaupun kini Allah sudah menggantikan Ananda dengan kehadiran Chika dan Abidzar di tengah keluarga kecilnya ini, namun rasa kehilangan masih sangat terasa. Jasmine jatuh cinta, pada anak yang sama sekali belum pernah dilihatnya.
Sebulir air mata meluncur manis dari mata indah Jasmine. Kamarnya sepi, Bhima belum pulang, Chika dan Idzar sedang bermain di bawah bersama si kembar dan Oma.
Rasa sesak kerap menghampirinya akhir-akhir ini. Ia jadi sering sekali menangis tanpa sepengetahuan Bhima ataupun Chika ketika tiba-tiba bayangan demi bayangan kejadian di kamar ini, usai acara pernikahan Jihan dan Bian memutar seperti kaset kusut di kepalanya.
Isaknya terasa pedih, tangisnya makin sesak. Jasmine membuka laci mejanya, ia mengambil selembar foto usg saat ia mengandung Ananda, masih berupa titik kecil dan belum terlihat dengan jelas tapi begitu Ananda pergi seolah separuh nyawanya tercabut.
"Astagfirullahaladzim," gumamnya sambil memukul-mukul dadanya
Sebegitu egoisnya Jasmine tak mau mendengarkan Bhima yang memintanya untuk duduk diam selama acara berlangsung.
Namun semua sudah terjadi, apalagi yang perlu di sesali? Semua sudah terlambat, kan?
Jasmine merosot ke samping tempat tidurnya, ia peluk kedua kakinya dan menangis sepuasnya merutuki semua kesalahannya. Merutuki dirinya yang selalu membantah Bhima kala itu, dengan egoisnya tak pernah memikirkan keselamatan janin yang sedang dikandungnya, saat itu.
"Maafin bunda, Nanda, maafin bunda. Bhnda egois, maafin bunda." Jasmine terisak sambil memukul-mukul dadanya pelan.
Jasmine bahkan sampai saat ini belum mau mengunjungi makam Ananda, ia masih belum siap dengan kenyataan yang jelas dan nyata di hadapannya. Ia bahkan terkadang masih menyalahkan dirinya atas semua yang terjadi dan seolah lupa bahwa Ananda hanyalah titipan, sama halnya dengan Chika dan Abidzar.
Sementara di balik pintu, ada Bhima yang sedang berdiri mendengar rintihan tangis Jasmine yang begitu menyayat telinganya. Ia tahu, Jasmine masih sangat berduka, dirinya pun. Walau kerap kali Bhima mengunjungi makam Ananda, namun di rasa lain bila Jasmine mau ikut juga dengannya.
Bhima membuka pintu perlahan, ia masuk ke dalam berusaha menghampiri istrinya yang terduduk di bawah tempat tidur. Ia mensejajarkan tingginya dengan Jasmine yang masih menyembunyikan wajahnya di balik kedua telapak tangannya, ia bahkan tak sadar jika Bhima ada di depannya.
"Hey, sunshine." sapa Bhima pelan, Jasminr terkesiap mendengar suara yang sangat di kenalinya.
"Ma..mas? Kamu udah pulang? Kok cepet?" Jasmine segera menghapus air matanya lalu bangun dari posisi duduknya.
"Coba lihat sekarang jam berapa?" ujar Bhima sambil menunjuk ke arah jam dinding.
"Astagfirullah, jam 6. Chika sama Idzar, mana?"
Lama sekali Jasmine menangis hingga tak sadar hari sudah semakin sore bahkan menjelang malam seperti ini. Apa yang di lakukannya.
"Anak-anak ada di bawah sama si kembar lagi main." Bhima menghapus air mata yang tersisa di pipi Jasmine. "Kamu kenapa lagi? Kangen sama Ananda?" tanyanya lembut tak ingin Jasmine marah.
Jasmine diam namum matanya memancarkan kerinduan mendalam. Mata mereka bertemu pandang, seolah berbicara lewat batin yang tentu mereka berdua sangat paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
3. Make You Feel My Love// PRAYUDA SERIES
General FictionPUBLISHED 8 Sep 2017 (17+) Mempertahankan prinsip di tengah keminoritasan bukanlah hal yang mudah di lakukan. Namun bagi seorang perempuan yang bisa membuat Abhimata Satrio jatuh hati dan bertekad untuk mendapatkan hatinya itu adalah satu tantangan...