1. Ekspetasi vs Realita

18.1K 899 131
                                    

Di hari pertama peresmian murid baru dengan masing-masing kelas yang sudah ditentukan, Zidny malah merasa sangat tidak mood ketika melihat namanya diantara barisan nama yang tercantum untuk kelas 10 IPS 1.

Bagaimana tidak, awalnya ia begitu berharap menjadi anak jurusan IPA karena menurutnya akan terlihat lebih classy. Sedangkan IPS hanya untuk sekumpulan murid yang nakal, walaupun tidak sepenuhnya.

Namun sejauh ini, itulah yang ia ketahui.

Di sepanjang koridor Zidny berjalan gontai selagi mencari kelasnya. Sebenarnya ia sungguh tidak ada niat sedikitpun untuk memasuki kelas tersebut. Tapi tidak ada pilihan lain.

Setelah lama mencari, akhirnya ia menemukan pintu kelas yang bertuliskan "X IPS 1" di bagian atasnya. Tanpa pikir panjang, ia langsung masuk ke ruangan tersebut.

"Assalamualaikum," Salam Zidny saat baru saja membuka pintu di depannya.

"Apa salah dan dosaku sayang... Cinta suciku kau buang-buang..."🎵

Gadis itu kaget bukan main saat melihat sudah ada sekumpulan cowok yang sedang bernyanyi dan berjoget ramai di hadapannya sekarang.

Ada yang memanfaatkan sapu seperti halnya memegang gitar, menggenggam tongkat pel untuk membantunya bernyanyi ala artis yang menggunakan mic, memukul-mukul ember agar membuat nyanyian semakin ramai, berjoget di sekililing murid lain yang seolah-olah menjadi penonton, serta ada yang bertugas menaiki meja sambil mengarahkan kamera handphonenya ke arah sekumpulan rusuh tersebut.

Melihat suasana asing yang ada dikelas barunya itu, Zidny tetap diam lalu berjalan dengan hati-hati. Pandangannya mengarah ke barisan kursi yang masih kosong, lalu ia memilih bangku diposisi tengah kelas.

Setelah menaruh tasnya di atas meja, gadis tersebut hanya duduk diam dengan matanya berkeliling melihat keadaan kelas.

Di sisi sebelah kanan, ia melihat cewek yang sibuk dengan kaca mini ditangannya sambil merapikan rambut.

Disisi kiri, ia melihat murid laki-laki yang hanya berdiam diri sambil membaca buku lalu memainkan handphonenya sesekali.

Di depan, ia masih bisa melihat konser dadakan yang sudah ada semenjak masuk kelas tadi. Masih sama berisiknya.

Lalu baru saja Zidny menoleh kearah belakang, dua cewek yang sedang duduk bersama segera melempar senyum kearahnya.

"Hai! Kesini aja kalo mau gabung," Sapa salah satu cewek dengan rambut lurus yang menjulur sebawah bahu lalu diikuti temannya yang mengangguk setuju. Zidny menurut dan mendekat kearah mereka.

"Zidny," Ujarnya sambil mengulurkan tangan kanan, agak kikuk karena masih malu-malu dengan orang baru.

"Gue Gaby. Kalo ini temen gue, Yanto," Balas gadis bernama Gaby itu sambil menunjuk kearah cewek berkuncir kuda.

"Ngawur! Panggil gue Yanti aja," Celetuknya tak terima setelah menjitak pelan kepala Gaby.

"Kalian emang udah deket?" Tanya Zidny sambil duduk di depan Gaby dan Yanti.

"Tetanggaan, Zid,"

"Oh.. Pantes," Jawab Zidny mengangguk paham, "Btw, kalian ga risih apa sama suasana kelas yang udah hancur gini dihari pertama?" Lagi-lagi ia bertanya.

Yanti hanya tertawa lalu menggeleng pelan, "Menurut gue, ini awal yang bagus untuk terciptanya kelas yang penuh kenangan,"

Gaby mengangguk setuju lalu mengacungkan jempol tangannya penuh semangat, "Betul tuh! Lagian kalo diliat-liat, cowoknya pada lumayan ganteng semua, hehe,"

CLASSMATESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang