3. Mulai Ada Rasa

6.3K 520 13
                                    

Botol yang digunakan untuk penunjuk masih berputar, melambat, lalu berhenti.

"BIMO!!"

Si pemilik nama kaget namun kembali santai, "Ayo-ayo mau tanya apa sama abang?"

Layla mengangkat tangannya dengan semangat, membuat semuanya melirik seraya memberikan kesempatan bertanya untuknya.

"Sekarang lu pake celana dalem warna apa?" Tanya Layla dengan senyum jahil sedangkan Bimo langsung membulatkan matanya tak percaya dengan pertanyaan gadis beralis tebal itu.

"Kok lu nanya gituan sih, La?! Itu tuh sama aja kayak pelecehan, gak, gak. Gue gak mau jawab," Bimo menyilangkan tangannya di depan dada sambil cemberut.

"Udah sih Bim, jawab aja apa salahnya?" Celetuk Hadi sambil memakan yuppy bentuk love yang kelima kalinya.

Lalu Bimo menatap Layla tajam dan mengambil nafas panjang yang setelahnya dihembuskan dengan berat.

"Merah..." Jawab Bimo setengah lalu dibalas Layla dengan gelengan.

"Apa harus gue yang kasih tau?" Tanya Layla penuh arti.

Bimo memijit kecil dahinya, sedikit pusing, "Yaudah iya! Merah muda! Puas lo?"

Semua orang tertawa kecuali Bimo yang hanya diam menahan malu. Sedangkan Arga dan Layla sudah tertawa begitu puas.

"MERAH APAAN, BILANG AJA PINK ITU MAH!"

"BADAN AJA TEGAP, DALEMAN MALAH PINK LU BIM!"

"MAU SEKALIAN PINJEM YANG NENEK GUE KAGAK? ADA JUGA TUH YANG SEWARNA SAMA LU BIM!"

"WOI GAK LUCU AH!" Seru Bimo yang sudah melempar Arga dan Roo dengan bungkus snack, "Lu tau darimana sih, Lay?!"

Layla menaikkan kedua alisnya berkali-kali, "Gue kan keturunan Roy Kiyowo,"

"Kiyowo ndasmu, Kiyoshi, goblok," Celetuk Martin.

Layla jelas berbohong, karena sebenarnya gadis itu hanya tidak sengaja melihat dalaman Bimo yang sedikit terlihat ketika cowok itu tadi sedang melompat-lompat didekat kolam renang.

"Udah, udah! Kita lanjut ToT nya, gue puter nih ya," Jessica kembali memutar botol.

Botol berputar kencang.

Melambat.

Lalu berhenti.

"ZIDNY!!" Seru Arga membuat semua orang melirik sang pemilik nama dengan serius, termasuk Farel, "Gue mau nanya!"

Zidny tertawa kecil, "Yaelah santai aja kali pak. Ya udah, nanya apaan?"

Kali ini Arga ikut menatapnya serius, "Lo suka sama Farel?"

Farel dan Zidny spontan membulatkan matanya, kaget. Lalu Farel mengelus-elus pipinya yang tiba-tiba memanas. Sedangkan Zidny kembali bersikap biasa saja.

"Gue sama Farel kan cuma temen," Balas Zidny dengan santai. Arga spontan semringah puas.

Mendengar jawaban Zidny, Farel merasa tidak mood lagi. "Pertanyaan lo gak mutu," Lalu ia melempar botol mineralnya ke Arga dan beranjak dari tempatnya, melangkah kearah kolam renang.

"Ih lu sih, Ga!" Protes Ara yang segera menjitak kepala Arga.

"Ya kan gue cuma nanya ke Zidny, kenapa jadi dia yang ngambek?" Tanya Arga sambil mengangkat bahunya cuek.

"Udah ah, kita lanjut aja ya, last nih, setelah ini gue mau pulang soalnya udah sore juga," Jessica menengahi dan memutar botolnya kembali.

Botol kembali berputar cepat.

Melambat.

Dan berhenti menunjuk kearah Arga.

"Lia mau nanya ke Arga!!" Seru Lia yang tiba-tiba bersemangat.

"Nanya apa, Lia?" Tanya Arga yang berubah lembut.

"Ada anak kelas yang lagi Arga suka gak?" Lia bertanya to the point.

Mendengar pertanyaan yang dilontarkan Lia, para cewek ikut penasaran kecuali Zidny yang malah sibuk melirik Farel yang duduk tenang ditepi kolam sendirian.

"Hm.. Kalo yang disuka, ada," Balas Arga yang membuat mata Lia seolah berbinar-binar sambil menatapnya penuh harapan, "Sejenis Lia kali ya?" Sambungnya sambil melirik ke Zidny yang ternyata malah sama sekali tidak menghiraukannya.

"Itu cewek sok-sokan ga denger kali ya?" Gumam Arga dalam hati.

Sedangkan yang lainnya langsung heboh menggoda Lia bahkan Jessica ikut menyikut-nyikut lengan gadis yang sekarang sedang menunduk malu-malu itu.

Setelah puas bercanda dan sedikit mengobrol lagi, Jessica berdiri dari posisi duduknya.

"Btw, gue pulang dulu ya.. Udah sore," Pamit Jessica dengan ranselnya yang sudah menempel di pundak.

"Gue juga deh," Bimo ikut pamit yang disambung dengan pamitan dari anak-anak lainnya.

"Ada yang punya aplikasi Go-Jek gak?" Layla sudah cemas karena baru sadar handphonenya lowbatt.

Bimo meliriknya, "Kalo mau bareng gue aja, La," Tawar pemuda itu.

"Yeuuu.. Bimo mau modus sama gue ya?" Goda Layla selagi menepuk pundak Bimo yang malah salah tingkah karenanya.

"Nggak ya! Gue cuma gak mau ntar lu diculik om-om diluar sana kalo pulang sendirian, secara tubuh lu kan sepantar sama anak SD! Pendek!" Bimo mendorong kepala Layla kebelakang lalu berjalan keluar rumah meninggalkan gadis itu dibelakangnya.

Layla hanya tertawa dan langsung melangkah kearah Farel yang masih duduk ditepi kolam.

"Rel, gue sama Bimo pamit ya. Makasih udah ngizinin kami ngeberantakkin rumah lo. See you bos!" Pamit Layla yang dibalas Farel anggukan sopan.

"KITA JUGA PAMIT YA, REL, ASSALAMUALAIKUM!"

"Waalaikumsalam.."

"BTW MAKASIH KOLAM RENANGNYA REL!" Teriak salah satu temannya yang ia tebak adalah suara Martin atau Hadi.

"Iya,"

Lalu Zidny, Gaby, Yanti dan Arga, yang menyusul dibelakang mereka, ikut pamit.

"Farel, kita pamit ya. Makasih banget lho. Assalamualaikum.." Ujar Gaby mewakili kedua teman disampingnya lalu mereka segera beranjak pergi.

Hanya Arga yang masih berdiri di depannya tanpa berekspresi.

"Mending lo pulang," Farel menatapnya dingin.

"Ngusir amat pak bos?"

"Memang,"

Arga kini menatap Farel dalam-dalam sambil tersenyum, "Udah lama ya lo gak main kerumah. Bokap gue aja sampe kangen sama lo dibanding anaknya sendiri,"

Farel membuang pandangannya kearah kolam. Lagi-lagi ia malas jika Arga sudah membahas hal 'itu'.

"Kenapa? Lo lagi sibuk belajar sampe gak bisa main kesana lagi? Lo kan lebih mentingin sibuk sama buku-buku sampah lo itu dibanding ketemu sama temen lo sendiri ya? Ets, lebih tepatnya, mantan sahabat lo," Arga kembali membuat Farel skakmat ditempatnya.

"Lo tahu? Pas gue baru tahu ternyata lo satu sekolah bahkan sekelas sama gue, rasanya saat itu juga gue langsung mau nonjok muka lo yang udah lama ga gue liat itu!" Ketus Arga meluapkan emosinya.

Lagi-lagi Farel hanya diam, membuat Arga semakin kesal terhadapnya. Apalagi jika ia mengingat masa lalu itu. Dimana mereka masih kelas enam sekolah dasar.

"Dasar brengsek," Kata terakhir yang Arga lontarkan sebelum melangkah pergi keluar rumah.

Farel yang sedari tadi diam, kini kembali duduk ditepi kolam dengan tatapan kosong. Berkali-kali ia mengambil nafas panjang, menghembuskannya, lalu mempererat kepalan tangannya.

Ia kembali diingatkan pada kejadian buruk yang terjadi tiga tahun lalu. Kejadian yang berhasil membuka kembali luka dihatinya ketika ia menyadarinya lagi.

Ia memang tidak mengeluarkan air matanya, namun pemuda itu sedang menangis dalam diam.

CLASSMATESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang