29. Penyelesaian

3.3K 318 34
                                    

"Sebagai ketua kelas, gue mau menyelesaikan masalah yang ada dikelas ini. Karena apa? Gue sebagai salah satu orang yang bertanggung jawab di kelas ini kalo ada masalah, terutama dengan kalian."

Situasi kelas mendadak sunyi, semua orang duduk di bangkunya masing-masing terkecuali Bimo yang berdiri tegap di depan mereka.

"Gue tau kita semua memang baru kenal, baru jadi temen, baru mau membentuk keluarga di kelas ini, yang pasti memang bakal kejadian masalah-masalah kayak gini di awalnya, gue udah menduga itu kok dari awal."

Kelas masih sunyi, semua orang membiarkan sang kapten kelas mereka berbicara.

"Tapi gue mohon, sebagai keluarga baru, kita saling berkomunikasi. Jangan ada kubu di dalem kubu, yang gue maksud, kita kan satu kelas, jangan ada yang pilih-pilih temen deket lagi. Kita semua sama. Kita keluarga. Jangan saling pilih kasih lagi."

"Kalo ada masalah, dibicarain baik-baik, atau dirundingin sama-sama biar bisa kita selesaikan bersama juga."

"Kita harus belajar saling ngertiin satu sama lain mulai sekarang. Karena tiga tahun kedepan kita bakal ngehabisin waktu sama-sama, ngejalanin hidup sama-sama, membuat cerita hidup sama-sama."

"Jadi gue mohon banget ke kalian semua, jangan ada yang saling egois lagi. Yang ada masalah ayo kita selesaikan sama-sama."

Semua orang disana memandang Bimo takjub, sedangkan Zidny dan Lia sangat merasa tersindir karena saat ini memang mereka lah anak kelas X IPS 1 yang sedang ada masalah.

Bimo memandang teman-temannya bergantian dengan tatapan tajamnya, namun perlahan menyendu.

Melihat suasana kelas yang menurutnya terlalu kaku, Jessica pun maju, berdiri disebelah Bimo sambil menyandarkan salah satu sikutnya di atas bahu Bimo.

"Bener nih kata Bimo, kita semua tuh sekarang udah kayak keluarga. Jadi saling rukun gih kalian, terutama Zidny sama Lia yang kemarin perang dingin di grup chat kelas. Kalian ga kasian sama yang lain?" tanya Jessica sedikit menyindir kedua temannya itu, namun sengaja, demi kebaikan bersama juga.

"Kalian mau kelas kita terpecah belah gini? Padahal kemarin baru juga mulai akrab kita." sambung Jessica, kata-katanya seolah menampar keras.

"So, come on guys, berteman itu lebih baik. Jangan malah gini." ujar Bimo dengan sedikit niat untuk membujuk.

"Astagfirullah, remaja jaman sekarang. Sudah berubah." ujar Layla dengan nada sok sarkastis.

"Emang lo remaja jaman kapan Lay?"

"Ya sekarang. HAHAHAHAHA."

Bimo menatap Layla sinis karena menurutnya cewek itu sekarang terlalu tak jelas.

"Ayo, Lia, Zidny, baikan. Jangan pada kemusuhan." celetuk Arga kini tanpa dosa.

"Padahal gara-gara elo setan," kata Ara sudah sewot sendiri. Spontan Arga menoleh cepat kearahnya.

"Kok gue?"

"Mikir sendiri!" jawab Ara ketus.

Bukannya terbawa suasana, Roo malah tertawa melihat Arga yang sekarang jadi murung.

"Udah ra, kasian Arga. Udah susah mikir, disuruh mikir."

Gaby mendecih lalu memasang wajah sedihnya, "kasian sekali seorang Arga."

"Anjir, emang gue salah apa sih?"

"Salah karna pernah buat gue baper."













Tak hanya seorang Arga, namun juga respon Lia yang terlalu jujur dan terus terang itu berhasil membuat semua orang kaget meliriknya.

"Li?" tanya Layla memastikan bahwa 'apa tak masalah jika sekaranglah waktunya temannya itu untuk jujur?'

CLASSMATESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang