26. Agustus (4)

3.4K 320 7
                                    

"WOI BUKA GUE MAU MASUKKK," teriak gadis itu diluar kelas sambil mengetuk-ngetuk pintu dengan perasaan kesal sehabis dibohongi.

"IH BUKAAA,"

"BUKA GAK? ATAU GUE DOBRAK NIH,"

Sudah beberapa kali Ara mencoba mengeluarkan berbagai ancaman pada teman-temannya yang berada di kelas, namun hasilnya nihil. Mereka seolah tak mendengar suara Ara walau sebenarnya terdengar begitu jelas dari dalam.

"Emang bisa ngedobrak pintunya?"

"Ya bisalah! Gak tahu ya kalo seorang Ara udah ngamuk-" kalimat Ara terpotong setelah ia menoleh ke sumber suara. "Eh anjir! Maksudnya, kak Darka.."

Cowok itu menatap Ara sambil menahan tawa. "Ngapain mau ngedobrak pintu segala?"

"Itu... Ngg.." Ara menggaruk lehernya yang tak gatal.

Tahu bahwa Ara sedang mencari alasan, Darka memutuskan langsung menarik tangan cewek itu dan mengajaknya pergi ke tempat lain.

"Eh, mau kemana?"

"Aku haus,"

Ara mendelik dengan pergelangan tangannya yang ditarik pelan. "Ya terus kok gue dibawa-bawa sih?"

"Aku gak punya temen mau ke kantin," jawab Darka asal.

"Ih gak usah bohong deh! Temen kak Darka tuh banyak, apalagi yang cewe." kata Ara dengan nada jutek diakhir kalimat.

Darka menghentikan langkahnya, lalu berbalik untuk menatap Ara lekat-lekat. "Mau nya ditemenin Ara." katanya pelan, lalu kembali melangkah menuju kantin dengan tangan yang masih menggenggam pergelangan tangan cewek di belakangnya yang kini sudah salah tingkah.

"Ambyar gue........." gumam Ara.







***




"Ara udah gak ada lagi guys," kata Roo yang dari tadi bertugas mengintip disela knop pintu.

"Innalillahi..." kata Hadi.

"Busettt bukan gitu juga maksudnya."

Zidny melangkah kearah Roo, lalu ikut mencodongkan tubuhnya untuk mengintip ke luar. "Lah, iya."

"Kenapa pada takut sama Ara sih? Boncel gitu," celetuk Zidan tanpa dosa.

Jessica disebelahnya tertawa, "elo sekali ngomong pedes ya, Dan."

"Gue ingetin lagi nih, jangan pernah ada yang bahas skisi-skisi lagi, ngerti?" tegas Layla dengan nada serius. Sontak teman-temannya mengangguk paham.

"Eh ini udah selesai semua? Pitanya mau gue beresin." kata Bimo kini sibuk merapikan helaian pita merah putih di lantai.

"Kayaknya udah semua deh."

"Bim." panggil Layla disebelah cowok itu.

"Oit?"

"Ikat kepala gue lepas." kata Layla seperti anak kecil yang sedang merengek pada ayahnya.

Bimo menghembuskan nafas lelah, menatap Layla dengan gemas lalu meraih ikat kepala yang tadi ia buat di tangan Layla.

"Sini, balikin badannya," mendengar perintah Bimo, Layla segera menurut lalu berbalik.

"Apa daya jomblo...." kata Martin dengan nada sedih dibuat-buat.

"Ada yang mau bantu ikatin di kepala gue?" tawar Hadi mengangkat kepangan pitanya yang sudah jadi.

"Gak ada yang minat Di." jawab Jessica membuat Hadi cemberut. "Kalo lo Shawn Mendes baru gue mau."

Yanti menjitak kepala Jessica kuat, "pacar gue mulu yang lo pikirin, heran."

CLASSMATESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang