Pagi ini Anton mempersilahkan muridnya keluar kelas, menuju lapangan upacara untuk mengumpul kertas formulir pendaftaran ekskul ke perwakilan ekskul masing-masing.
Di lapangan upacara sudah terlihat Darka, Ronald, Vanya, Tricia, Dera, Faruq, Vero, Alan, Gilang, Nathan, Nathalia, Sena, Abelia, dan banyak murid kelas lain yang berkumpul sedangkan para senior di depan mereka dengan sigap mengambil satu persatu kertas adik kelasnya sesuai dengan ekskul yang ditulis.
"AYO ADA LAGI YANG MAU GABUNG MARCHING BAND?" seru Dera yang merasa begitu bersemangat melihat kertas miliknya cukup banyak.
"Gue rasa kak Dera sama Jessica cocok deh kalo di satuin." bisik Gaby pada Yanti yang berdiri disebelahnya. Sedang ikut berdiri di barisan depan Alan dan Sena dari ekskul dance.
Yanti mengangguk setuju, "lo bayangin Jessica ditambah kak Dera, ibarat terompet marching dan speaker sekolah." lalu mereka berdua saling pandang.
"Perpaduan yang sempurna," ujar keduanya kompak kemudian tertawa bersama.
"Dek!" Panggil seseorang yang tanpa sadar sudah berada di depan mereka. Yanti dan Gaby tersontak kaget. "Mau daftar ekskul dance?" sambungnya yang ternyata adalah seorang Alan.
Yanti mengangguk, sedangkan Gaby sudah salah tingkah sendiri. "Iya kak." kemudian mereka menyerahkan kertas formulir masing-masing yang sudah berpindah tangan ke Alan.
***
Di waktu yang sama tapi berbeda tempat.
"Rame banget anjir udah kayak ngantri sembako," celetuk Hadi yang berbaris di belakang Zidny.
"Ini kelas kita cuma berdua doang ikut basket Di?" tanya Zidny sedikit menoleh ke belakang.
Hadi mengalihkan pandangannya, berpikir sejenak. "Hmm.. Seinget gue Layla juga bilang mau ikut basket dah."
Cewek itu mengernyit, lalu matanya berkeliling. "Btw gue gak liat Layla dari tadi."
Hadi ikut mengernyit, baru sadar juga. Lalu hanya mengangkat bahunya tak tahu.
Zidny mendecih kearahnya, "lo kan taunya Jessica doang ya Di."
Dengan sigap dan refleks dari kata hatinya, Hadi mengangguk mantap lalu tersenyum sendiri. Sedangkan Zidny hanya geleng-geleng kepala pasrah.
"Zid, lu sadar gak ntar lu saling berhadapan sama Faruq di depan?" tanyanya setengah menyindir, penasaran juga dengan respon temannya itu.
Namun Zidny hanya cuek lalu mengangguk.
***
"Rame bat gila udah kayak dipasar."
"Ini gak ada cewe apa ya,"
"Panas anjer,"
"Nitip kertas formulir ke temen boleh kaga sih, cape gua berdiri,"
"Bacot lo semua diem napa,"
Kini Arga, Bimo, Roo, Zidan, dan Farel sudah berbaris berurutan untuk mendaftar ekskul futsal. Baru dua menit berdiri namun Arga, Bimo, dan Roo sudah banyak mengeluh tentang apapun. Semuanya dibahas tanpa henti. Sedangkan Zidan dan Farel lebih memilih diam dan mendengarkan pembicaraan ketiga temannya itu saja.
"Eh, Dan." panggil Arga di depannya, membuat si pemilik nama menoleh dengan satu alis sedikit keatas.
"Lu kagak daftar basket aja? Lumayan bisa diajarin Faruq." sambung cowok itu, bermaksud kompor.
Roo yang ikut mendengarkan sontak tertawa, lalu menyikut lengan Arga. "Yang ada ntar bukan Faruq yang ngajarin Zidan, tapi Zidannya yang ngehajarin Faruq, Ga."
KAMU SEDANG MEMBACA
CLASSMATES
Teen Fiction"Not about popularity, but about togetherness!" - X IPS 1 Highest rank: #1 in squad #1 in ips #1 in ipa #9 in teenager # Jangan lupa juga ya untuk membaca series lain dari Classmates: "10 IPA 1", thankyou!