Farel bergegas bangkit dari tempat duduk setelah membaca doa bersama teman sekelasnya yang lain. Tas ransel hitam telah menggantung sempurna dikedua pundak lebarnya.
"Farel my bro, ayok ke parkiran bareng," ajak Refo sigap merangkul bahu Farel sambil tersenyum lebar. Farel hanya mengangguk setuju.
Baru beberapa langkah menuju pintu, sebuah teriakan seseorang terdengar nyaring.
"REFO HARI INI JADWAL LO PIKET JANGAN SOK PIKUN YA LO!!!" Teriak Jessica menatap pemuda itu sengit. Refo menoleh lalu meringis pelan dengan raut wajah sebal.
"Gue baru tiga hari loh pindah kesini, masa udah dikasih jadwal piket aja?" ujar Refo membela diri.
Jessica mendengus, "ya terus? Apa peduli gue? Protes sana sama Pak Anton jangan sama gue!"
"Heh, galak bener, itu si Refo udah berasa lagi di ospek sama lu Jes," celetuk Arga yang dari tadi menikmati perdebatan kecil di depannya.
"Iya anjir ngeri," sambung Bimo menambahkan juga merasa setuju.
"Ini Jessica persis banget garangnya kayak emak gue kemarin, pas botol Tupperware adek gue hilang di laci sekolah," Roo bercerita dengan antusias sambil menunjuk heboh ke arah Jessica.
"Yaelah, gue tuh aslinya kalem, tapi emang para buaya di kelas ini nih suka mancing emosi setiap hari, mana hari ini hari pertama gue dateng bulan lagi," cerocos Jessica membela diri. Martin memutar kedua bola matanya malas.
"Nyenyenye," saut Martin lalu segera melesat pergi bersama yang lain.
"Kurang ajar ya tuh anak..." Jessica bergumam selagi memperhatikan kepergian pemuda itu dengan wajah tanpa dosanya.
"Ya udah atuh sini gue piket sampe bersih kinclong nih kelas," ujar Refo optimis lalu meletakkan ranselnya di meja guru. Ia mendekati Jessica yang langsung melempar pelan gagang sapu kearahnya.
"Nah bagus, anak baru bunda harus nurut," ujar Jessica kini tersenyum penuh kemenangan.
Refo mendecak pelan lalu menoleh ke arah Farel, "Rel, gue baru tau hari ini ada piket, sorry ya kita gak bisa ke parkiran bareng," keluh Refo membuat Farel mengangguk paham.
Jessica mendesis, "perkara ga ke parkiran bareng doang, jangan alay!" Ujarnya sinis.
Farel mengulum bibirnya sendiri, merasa takut, "duluan Fo," segera ia melangkah ke luar kelas sembari memasukkan kedua tangan ke saku celana.
Ia menghembuskan napas pelan, berjalan santai melewati koridor walau aslinya pemuda itu tak sadar bahwa selalu menjadi pusat perhatian beberapa wanita yang melihatnya. Mata tajamnya hanya memandang lurus tanpa neko-neko.
Seolah keajaiban dunia, kedua matanya yang tadi fokus seketika teralihkan ke salah satu wanita yang tidak asing baginya, walau hanya terlihat dari samping.
Itu Zidny.
Berdiri membelakangi tembok sembari fokus memandangi layar ponselnya.
Si pemilik mata tajam refleks menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, entah mengapa jadi salah tingkah tanpa sebab. Tanpa ragu ia melangkah mendekat.
"Belum pulang?" tanya Farel sudah dengan nada pelan. Namun yang ditanya seketika melonjak kaget, hampir menjatuhkan ponselnya jika ia tidak lebih sigap.
Zidny menoleh cepat, "astaga! Hampir copot nih jantung gue, dodol ih!"
Farel mendelik, kedua alisnya naik membuat dahinya mengkerut. Sejauh ini hanya Zidny anak kelas yang berani memanggilnya dengan sebutan seperti itu. Namun setelah memperhatikan wajah kesal wanita di depannya, ia tersenyum tanpa sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLASSMATES
Teen Fiction"Not about popularity, but about togetherness!" - X IPS 1 Highest rank: #1 in squad #1 in ips #1 in ipa #9 in teenager # Jangan lupa juga ya untuk membaca series lain dari Classmates: "10 IPA 1", thankyou!