"Assalamualaikum mai fren." Salam Roo sambil melangkah masuk ke kelasnya. Cowok berkulit sawo matang tersebut terlihat lesu dan berjalan gontai. Tasnya ia bawa dengan salah satu selempangnya berada di atas kepala.
"Waalaikumsalam. Itu muka kusut amat anjir, ketahuan nyolong yoghurt punya adek lu yang di kulkas lagi?" Tanya Martin yang teringat salah satu dari banyaknya curhatan Roo yang ia tahu.
Roo menggeleng pelan, "Gua tadi pagi BAB sakit banget kayak mau lahiran." Ujarnya jujur lalu menaruh tas diatas bangkunya.
"Lu sih tem, semuanya dimakan. Pilih-pilih dikit kek, whiskas kucingnya Hadi aja lo cemilin kemarin." Celetuk Gaby yang dari tadi sudah duduk tenang diatas mejanya bersama Yanti.
"Cerewet amat nenek lampir." Jawab Roo. Matanya bergerak ke kanan lalu ke kiri, mencari seseorang. "Woi, Je!"
Merasa terpanggil, Jessica yang sedang duduk serta sibuk dengan kaca di hadapannya kini menoleh tajam.
"Apaan sih? Gue lagi mau pake liptint!" Jawabnya sinis. Roo terkekeh pelan lalu melangkah mendekat.
"Hari ini bawa bekal gak?"
Jessica mendelik heran, "Emang kenapa?"
"Kalo bawa ya gua mau minta, laper belum makan." Ucap Roo tanpa dosa, Bimo yang baru datang refleks mendepak kepala temannya itu.
"Masih pagi udah jadi pengemis aja." Ujar Bimo sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali.
"Daripada ngemis cinta sama anak kelas sebelah, ya kan?" Balas Roo bermaksud menyindir, ia tersenyum jahil ke arah Bimo dengan kedua alis yang naik turun.
Bimo mendecih, ia tak bisa berkata-kata kalo sudah begini.
"EH ADA YANG TAU PASSWORD WI-FI SEKOLAH LANTAI DUA NGGAK?" Teriak seseorang tiba-tiba, membuat semua orang dikelas menutup telinga.
"Kayaknya emang gendang telinga gue gak bakal tenang kalo masih jadi bagian kelas ini." Umpat Arga yang sedang fokus dengan telepon genggamnya, kini merasa terganggu.
"Nyolong Wi-Fi orang teroooss," Kata Zidan ikut-ikutan mengeluh.
Zidny menghela napasnya sebal. "Bacot banget netijen, tinggal kasih tau aja apa susahnya sih. Gue lagi fakir kuota nih."
"Gak peduli sumpah." Celetuk Arga dibalas Zidny dengan sorotan mata tajamnya. "Hehehe, ampun nyonya."
Satu-persatu murid kelas X IPS 1 mulai berdatangan, membuat kelas tersebut kembali ramai seperti biasanya. Tak lama dari itu, bel masuk berbunyi.
Namun tidak ada yang peduli.
Mereka tetap mengobrol dan ada juga yang bermain gadget bersama, bahkan Bimo sendiri sedang bernyanyi-nyanyi ria di depan kelas dengan gagang sapu ditangannya.
"Assalamualaikum." Salam seseorang yang baru saja datang bersama Ara. Seketika seluruh orang dikelas tersebut kembali ke bangku masing-masing secepat mungkin, membuat kelas menjadi hening.
"Waalaikumsalam." Jawab semua orang di dalam kelas yang kini melihat Ara dan orang disebelahnya penuh tanda tanya sekaligus bernapas lega.
"Astaga, gue kira guru.." Ujar Yanti pelan.
"Lah, Ara pergi bareng doi nih?" Tanya Bimo yang sudah senyum-senyum sendiri lalu diikuti siulan heboh dari teman-teman yang lain.
Merasa jadi pusat perhatian, entah kenapa Ara jadi salah tingkah. "Gue cuma ketemu Kak Darka tadi di depan gerbang, kebetulan dia mau kesini. Ya udah, gitu doang." Jelas Ara meluruskan. Lalu ia duduk di bangkunya.
"Ehem, minta waktunya sebentar ya." Izin Darka kini berdiri tegap di depan papan tulis. "Saya disini sebagai perwakilan OSIS ingin memberikan informasi ke kelas kalian, khususnya untuk seluruh murid angkatan kalian bahwa OSIS mulai besok akan membuka pendaftaran anggota. Jadi bagi kalian yang merasa aktif dalam bersosialisasi dan mudah bekerja sama, ayo besok daftar dan jadi salah satu anggota OSIS di sekolah ini. Kemudian, ada yang mau bertanya?"
Arga mengangkat sebelah tangan membuat Darka menoleh kearahnya. "Kalo jadi Ketua OSIS langsung bisa gak?" Tanyanya dengan wajah polos namun berhasil membuat teman-temannya ingin mengumpat segera.
"Maaf sebelumnya, kalo itu.. Nggak bisa. Saya juga awalnya jadi anggota OSIS dulu. Lalu di kelas sebelas baru kalian akan dicalonkan atau mencalonkan diri menjadi pasangan Ketos dan Waketos." Jelas Darka dengan sopan. Ara yang dari tadi memperhatikan cowok itu kini tersenyum gemas.
"Nanti daftarnya kemana, Kak?" Tanya Lia tanpa mengangkat tangan.
Darka tersenyum. "Besok jam istirahat langsung aja ke ruang OSIS, nanti ada anggota kami yang udah stand by untik kasih lembar pendaftaran calon anggota."
Kini giliran Martin mengangkat tangan. "Kalo Ara mau nyalonin diri jadi pacarnya Ketos, boleh?" Tanyanya to the point. Ara sendiri sudah kaget, melirik Martin dengan mata melotot.
"Boleh." Jawab Darka tetap dengan raut wajah biasa.
"CIAAAAAA LAMPU IJO NICH,"
"GILAK GILAK GILAK GASPUL GAN,"
"OTW JADIAN NIH RA?"
"ENAK DONG PACAR KETOS MANA GANTENG PULA,"
Kini kelas tersebut kembali heboh, menyebabkan Ara terdiam di tempatnya dengan wajah merah padam. Sedangkan Darka terkekeh melihatnya.
***
"Kenapa sih pake di jawab segala?!" Tanya Ara sok gengsi.
Darka yang sedang mengunyah baksonya menatap Ara heran. "Kenapa emang?"
Ara mendengus. "Kok jadi balik tanya sih." Ia meraih gelasnya lalu menyeruput es jeruk yang sudah dibeli.
"Nah itu, kalo orang nanya emang harus dijawab kan?" Ujar Darka kini tersenyum kecil. Kedua matanya terfokus pada Ara.
"I-iya... Tapi ya... Malu tau."
Darka tersendak seketika, melihat Ara begini membuatnya semakin gemas dengan gadis tersebut.
"Udah, ga usah dipikirin ah."
Ara mengangguk menurut. "Ng.. Kak, kalo aku daftar OSIS gapapa?"
"Ya gapapa, bagus dong."
"Oke, besok aku mau daftar ya!" Seru Ara menoleh semangat kearah Darka yang hanya mengangguk setuju.
Darka bangkit dari kursinya, lalu menepuk puncak kepala Ara pelan. "Aku duluan ya, lupa kalo setelah ini ada rapat OSIS." Ujarnya lalu Ara tersenyum paham. Cowok itu segera pergi dari kantin.
Merasa bosan duduk sendirian, Ara pun bergegas kembali ke kelasnya. Ia berjalan sambil sedikit melompat seperti anak kecil.
Matanya melihat Gaby, Yanti dan Zidny yang sedang bercanda bersama di dekat tiang bendera. Segera ia berlari kecil, berniat mendekat kearah teman-temannya berada.
Berlari semakin kencang sambil melihat kebawah, kearah sepatunya yang ternyata salah satu talinya lupa diikat, tanpa sadar terdapat murid lain yang sedang berjalan lawan arah dengannya.
Langkah Ara berhenti seketika namun naas, kakinya tersandung karena menginjak tali sepatunya sendiri, tubuh gadis tersebut terdorong ke depan sambil kehilangan keseimbangan.
Bruk
"Aduh.." Ara meringis pelan, tubuhnya menabrak sesuatu saat akan jatuh.
"Lo gapapa?" Tanya seseorang yang ia tabrak. Spontan Ara mengerjap kaget. Tanpa sadar ia kini dalam posisi setengah memeluk tubuh seseorang di depannya.
Ara mendongak, melihat siapa siswa yang ada di hadapannya.
"Eh, Kak Vernon?"
***
hai, sebelumnya aku mau minta maaf sama kalian yang udah nungguin lanjutan cerita ini hihi. soalnya sekarang aku baru bisa bebas dan ga terlalu sibuk lagi huhu, sorry ya bebih.
hayo siapa yang masih inget Vernon? ' 3'
KAMU SEDANG MEMBACA
CLASSMATES
Teen Fiction"Not about popularity, but about togetherness!" - X IPS 1 Highest rank: #1 in squad #1 in ips #1 in ipa #9 in teenager # Jangan lupa juga ya untuk membaca series lain dari Classmates: "10 IPA 1", thankyou!