LINE
05:01
Darka: ra udah bangun?
Mata lesu gadis itu seketika segar kembali, tak sadar juga telah mengukir senyum pertamanya hari ini. Karena seniornya itu.
Ia pun segera menggerakkan jari-jari jempolnya untuk mengetik sesuatu di layar handphone.
Ara: baru bangun kak
Darka: subuh dulu sana, jam enam aku jemput
Darka: jangan lupa mandi biar nanti gak bau aku boncengnya wk
Ara: is iyalah masa gue ga mandi
Ara: udah dulu ya kak, kabarin lagi aja jam enam/udah sampe
Darka: siap
Setelah membaca balasan terakhir Darka, ia segera meletakkan handphonenya di meja lalu beranjak ke kamar mandi sambil bernyanyi-nyanyi kecil.
Mood yang bagus untuk memulai hari.
***
05:58
Darka: ra udah siap?
Ara: bentar ini lagi siapin buku
Darka: siapin buku mah dari semalem kali ra wkwk
Ara: hehehe
Ara: males :(
Darka: ya udah aku tunggu
Ara: udah mau kesini?
Darka: udah dibawah
Darka: lagi ngobrol sama babe
Sontak Ara lebih mempercepat aktivitas memasukkan buku pelajarannya ke dalam tas. Setelahnya, ia melangkah tergesa-gesa menuju ruang tamu walaupun sempat berhenti sebentar di hadapan kaca untuk memastikan penampilannya lagi.
Hari ini ia mengurai rambutnya dengan bagian bawah yang bergelombang. Tak lupa pula jepitan pita kecil berwarna merah muda yang menggantung lucu di rambut sebelah kirinya.
"Kok gue jadi dak-dik-duk gini ya?" herannya pada diri sendiri.
Rasanya, semakin melangkah dekat untuk menemui Darka, semakin berdegup kencang pula jantungnya. Namun kali ini berbeda, walaupun jantungnya berdegup kencang, namun hatinya serasa berbunga-bunga. Lain halnya kemarin ketika ia tidak sengaja menghilangkan botol tupperware emak, sudah berdegup kencang, jantung rasanya mau copot pula.
"Iye, Ara emang orangnye gitu Ka, susah diatur." ujar seseorang di ruang tamu. Lalu disusul dengan suara tawa beriringan.
Ara yakin itu suara babenya yang sedang mengobrol dengan Darka.
Karena takut babenya membocorkan lebih banyak sisi negatif yang ada di putrinya sendiri ke Darka, Ara berjalan cepat mendekati dua orang yang sedang asik mengobrol itu.
"Ehem." gadis itu berdehem, membuat Darka dan babenya menoleh cewek yang sedang berada tepat dibelakang pemuda jakung itu.
"Nah, udah cantik." celetuk Darka tanpa sadar. Segera ia menutup mulutnya sendiri karena merasa salah bicara. Apalagi di sebelahnya ada babe.
Ara terkekeh pelan, juga gemas melihat tingkah polos Darka. Kemudian babenya pun ikut tertawa sambil memukul pelan lengan Darka.
"Bisa aje lu tong. Udah kaga usah takut, anak babe kan emang cantik." ujar babe membuat Darka ikut tertawa dan merasa lega.
"Iya babe, saya sampe keceplosan gini." balas Darka lalu mereka tertawa bersama lagi. Sedangkan Ara hanya menunduk sambil menahan malunya.
"Bisa aje lu. Kaga salah Ara pilih calon menantu buat babe."
Ara berdecak, lalu melotot kearah babenya, "ih babe ngomong asal comot aja."
"Doain aja babe semoga beneran kejadian ntar." celetuk Darka tanpa dosa.
"Noh Ra, pacar lu aja kaga sewot. Napa dah lu? Lagi pms?" tanya babe.
"Enggak. Btw, emak mana be?" tanya Ara mengalihkan topik pembicaraan.
"Emak kan udah ke pasar Ra, kaga usah pura-pura lupa dah lu kalo lagi salting gitu." balas babe.
Ara hanya mendengus kesal, lalu mengangkat tangannya untuk bersaliman pada babe. Melihat itu, Darka ikut-ikutan.
"Pergi be." pamit Ara.
Babenya mendelik kearahnya, "lu nyuruh babe pergi dari rumah ini?"
"Enggak maksudnya Ara yang mau pergi ke sekolah. Gimana sih be?!" jawab Ara sudah sewot sendiri.
"Lah babe kan nanya doang."
"Ya udah, terserah."
"Ngg, ya udah be, kita berangkat sekolah dulu ya. Assalamualaikum." ucap Darka berusaha menengahi perdebatan antar keluarga itu.
Babe mengangguk, "hati-hati Ka, itu anak pegangin, takutnya di tengah jalan melayang ketiup angin."
Ara kembali melotot, "babe!" serunya lalu babe hanya cengengesan.
Darka tertawa, lalu melangkah keluar diikuti Ara. Cowok itu segera menaiki motornya, memasang helm setelah memberi satu helmnya lagi ke Ara.
Melihat Ara yang kesulitan memasang kaitan tali helmnya, Darka berinisiatif membantunya. Tanpa berkata apapun ia menggerakkan tangannya di bawah dagu cewek itu, mengaitkan tali helm hingga terpasang sempurna.
Awalnya Ara kaget bukan main, apalagi jantungnya makin berdegup kencang hingga terdengar sampai ke telinga rasanya. Ia memandang wajah Darka lekat-lekat lalu baru menyadari satu hal baru, bahwa Darka ternyata begitu tampan. Apalagi saat dilihat dari jangkauan dekat begini.
Setelah selesai dengan kaitan helm Ara, Darka sedikit menongak sehingga jadi saling tatap dengan Ara.
"Udah liatinnya?" tanya Darka lalu tersenyum miring.
"Gila ini kalo ibaratkan gue cokelat, udah lumerrrrrr," batin Ara yang masih diam memandang Darka yang makin tampan ketika smirk.
Tiba-tiba sebuah tangan mencubit pipinya gemas, membuat Ara tersadarkan dari lamunan indahnya.
"Aaaaa, sakit." keluh Ara yang pipinya sudah di cubit-cubit oleh Darka.
"Lagian, ngelamun terus. Emang aku seganteng itu ya sampe terpukau gitu?" tanya Darka bermaksud bercanda.
"Iya," balas Ara spontan. "Eh, enggak!"
Darka terkekeh, lalu mendorong pelan dahi Ara dengan jari telunjuknya. "Udah yuk naik. Ntar malah telat."
Ara mengangguk, lalu segera naik dibelakang Darka.
"Eh, eh, duduk cewek aja Ra, nanti roknya keangkat." celetuk Darka sebelum Ara benar-benar duduk.
"Oh, iya kak." lalu Ara mengubah posisi duduknya jadi menyamping.
"Udah?"
"Udah. Jalan, kapten!" seru Ara sambil menepuk pelan punggung Darka.
"Siap, dimohon pegangan agar Anda nanti tidak jatuh dan melayang karena angin di tengah jalan." sindir Darka, mengulang perkataan babe tadi.
Ara melengos sebal, namun menurut saja. Ia segera berpegangan pada ransel hitam Darka. "Udah nih."
"Oke." jawab Darka sambil terkekeh melihat wajah kesal Ara lewat spion motornya.
Sepanjang jalan, dua orang itu terus tersenyum di balik helm masing-masing, berpura-pura tenang walau jantung sama-sama berdegup dengan berisiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLASSMATES
Teen Fiction"Not about popularity, but about togetherness!" - X IPS 1 Highest rank: #1 in squad #1 in ips #1 in ipa #9 in teenager # Jangan lupa juga ya untuk membaca series lain dari Classmates: "10 IPA 1", thankyou!