"Dia udah berani-beraninya mainin perasaan temen gue,"
"HAH?!" teriak Jessica berlebihan, bersamaan dengan teman-temannya yang kompak memandang Zidan bingung.
"INI APA SIH GUE GAK NGERTI COBA LEBIH DETAILLLL," pasrah Layla sambil memijat pelan keningnya.
"Bentar, bentar, jangan pada ngegas dulu," Bimo menengahi lalu kembali melirik kearah Zidan, "INTINYA KENAPA SIH NYET ADA APAAN?" lanjutnya membuat Layla mendecak sebal.
Zidan menghirup nafas perlahan, lalu menghembuskannya, "Faruq ngebet Zidny?"
Mendengar itu Gaby dengan cepat mengangguk, "iya, iya! Tadi pagi aja dia nyamperin gue di parkiran terus minta salamin ke Zidny gitu,"
"Sama minta id linenya," sambung Yanti menambahkan.
Zidan kembali menghembuskan napas dengan malas, "sebenernya dia cuma dapet tantangan dari temennya. Jangan sampe baper lo," ujar Zidan mengingatkan sambil melirik Zidny.
"Hah?" Zidny mengerutkan dahi. Dia aja belum kenal deket sama Faruq itu sendiri, tapi kenapa jadi disalahin gini?
Arga maju selangkah lalu ikut menatap Zidny tajam, "inget noh, jangan-sampe-ba-per! Mending baper sama gue, itu malah manusiawi," ujarnya kemudian mendapat pukulan di kepala dari Hadi yang tiba-tiba.
"Jahat banget lo Di, kayak mamanya Boy!" protes Arga kini meringis kesakitan.
"Emang mamanya Boy jahat?" tanya Lia dengan polosnya. Ia memandang Arga dan Hadi bergantian.
"Alah ini kenapa jadi bahas cogan sinetron sih, udahlah, lupain tentang Boy, lagian udah meninggal kan dia?" ujar Layla setengah bertanya.
"Iya ih meninggal! Gue nangis pas nonton episode yang itu huhuuu.." ucap Yanti sudah ikut nimbrung.
"Iya ih Yan, kok bisa gitu sih? Kok meninggal sih ah gak ikhlas gue walaupun aslinya masih hidup, tapi di sinetronnya kan ngefeels banget sampe gue hampir nangis juga.." jawab Layla ikut sedih lalu berpelukan dengan Yanti sambil saling menepuk pundak masing-masing, seolah saling menguatkan.
Arga dan Hadi memandangi kedua temannya itu bergidik geli dengan raut wajah tak suka.
"INI KENAPA LAYLA SAMA YANTI JADI IKUTAN NGEBAHAS BOY GINI SIH AH PUSING PALA GUE TAUK AH," ujar Jessica pasrah sambil masih berjalan.
Kini pasukan lengkap X IPS 1 sudah sampai di kelas mereka, lalu dengan rapi secara bergantian masuk membuntuti arah gerak Zidan dan Bimo yang memutuskan untuk duduk di meja paling belakang, bangku Arga dan Roo.
Zidan dan Bimo duduk dibangku yang ada, sedangkan Zidny, Gaby, Yanti, Lia, Ara, dan Jessica sudah mengambil bangku di meja lain lalu memindahkannya agar lebih mendekat ke gerombolan.
Layla dengan santai duduk di atas meja bersama Roo, Arga, dan Hadi. Lalu Wanto, Martin, dan Farel lebih memilih berdiri mengelilingi Zidan dengan kalem.
Merasa semuanya sudah kembali diam, kini Bimo menghadap Zidan dengan tatapan serius. Alis tebalnya ikut bergerak kebawah.
"Konferensi meja bundar, dimulai," ujar Hadi dengan nada tegas dibuat-buat.
Arga menoleh padanya lalu mengangguk mantap, "harap diam dulu semuanya, jangan ada yang berisik, jangan sampai mengganggu waktu berjalannya kegiatan. Zidan yang pagi ini bermasalah dengan si kapten basket akan segera kita mintai klarifikasinya, dipimpin oleh Bapak Bim-"
Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Zidny sudah menggeplak mulut Arga dengan buku tulis yang dari tadi tergeletak di meja.
"Congor lo tuh ya, ngerocos mulu kayak knalpot bajaj," ujar cewek itu sewot. Karena dari tadi Zidny sudah penasaran dengan penjelasan Zidan lebih lanjut.
"Iya, iya, Shawn Mendes diem," jawab Arga kini lebih kalem.
"Sekarang intinya lo bisa ngomong gitu atas dasar apa Dan?" tanya Bimo memilih angkat bicara sebagai seorang ketua kelas.
"Jangan bilang atas dasar cinta. Ciaaa," sambar Arga tanpa dosa.
Sekarang gantian Martin yang nabok kepala Arga.
"Heh badut bisa diem dulu gak?" tanya Layla yang lama-lama ikut kesal.
"Udah, udah. Kalem dulu guys," ujar Wanto sambil melepas kacamata bulatnya.
"Nah, mas Zidan, monggo cerita sama kita," ucap Yanti melihat Zidan dengan senyum lebar.
Merasa jadi pusat perhatian teman-temannya, Zidan menghela nafas lalu menghembuskannya berat. Ia melihat wajah teman-temannya bergantian. Lalu setelah dikiranya tak masalah jika ia menceritakan hal itu, akhirnya ia menjelaskan alasannya secara detail.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLASSMATES
Teen Fiction"Not about popularity, but about togetherness!" - X IPS 1 Highest rank: #1 in squad #1 in ips #1 in ipa #9 in teenager # Jangan lupa juga ya untuk membaca series lain dari Classmates: "10 IPA 1", thankyou!