"Hati lo kebuat dari batu, hah?" tanya pemuda itu selagi menyindir. Tangannya dikepal hebat selagi berdiri menghadap rival beberapa tahunnya itu. Untungnya, belum ada murid lain disekolah ini yang tahu.
"Gak usah sok peduli," jawab pemuda satu lagi. Matanya balas menatap tajam dengan alis yang bertautan, menandakan ia sedang serius.
"Bacot anjing! Gue mau lo gak usah ganggu keluarga gue lagi!" sentak Arga dengan tangan kanannya kini memberikan sebuah pukulan kuat kearah pipi Farel, membuat tubuh pemuda itu terdorong kebelakang dengan spontan.
Farel yang terjatuh meringis pelan lalu segera bangkit, emosinya semakin naik membuat pemuda itu kini bisa saja lepas kendali semaunya.
"Lo yang anjing, bangsat!" balas Farel bersamaan dengan pukulannya yang sulit dihindari Arga.
Keduanya kini saling melemparkan pukulan masing-masing. Seolah tak mengingat satupun kenangan di masa lalu dan tetap beradu dengan emosi masing-masing.
Padahal sebelum kejadian itu terjadi, mereka berdua pernah sedekat nadi, seperti layaknya anak kembar yang selalu bermain bersama setiap hari. Melewati kurangnya waktu bersama-sama dan saling berbagi pengalaman dari suatu hal kecil sekalipun.
Faktanya, mereka sudah bersahabat sejak kecil.
Namun semua kenyataan lainnya membuat hubungan keduanya tiba-tiba renggang. Walaupun di masa SMA ini mereka kembali dipertemukan, sulit rasanya mencari jalan untuk menghubungkan kembali hubungan hangat itu.
Sekarang sedang jam pelajaran terakhir, halaman belakang sekolah sedang sepi-sepinya karena jauh dari ruang kelas. Hanya ada ruangan khusus kegiatan ekstrakulikuler dan beberapa ruangan kosong lainnya yang jarang dipakai setiap hari.
"Apa nyokap lo belum puas morotin rejeki keluarga gue?!" bentak Arga sambil memegangi pipinya yang kini sedikit lecet.
Tanpa menjawab, Farel kembali memberi pukulan hebat ke wajah pemuda seumurannya itu, lalu melangkah pergi begitu saja.
"Ssh, dasar anak haram!" Desis Arga merasa tulang wajahnya kini perih dimana-mana. Badannya yang beberapa kali terhuyung ke belakang kini kembali bangkit.
Arga menepuk-nepuk pelan seragamnya yang agak berantakan, "Ke UKS ajalah," Ujarnya pelan lalu melangkah pergi menuju ruangan andalannya untuk bersembunyi.
***
"Kak Faruq sebenernya ada dendam apaan sih sama gue? Kata anak kelas kemarin dia naksir, terus tiba-tiba berantem sama Zidan, sekarang ngegosipin gue dari belakang. Pusing dedek tuh," alis gadis itu naik tanpa sadar dengan dahi sedikit mengerut.
Hadi menghela napas pelan, "ya mana Justin Bieber taulah!" balasnya cuek lalu mengalihkan pandangannya dengan kedua tangan masuk kedalam saku celana, "yang gue denger cuma Faruq ngomong sama temen-temennya mau balas dendam sama lo,"
Zidny meneguk ludahnya, merasa sedikit khawatir untuk kedepannya. Ia menepuk bahu Hadi, "eh lo liat si bodoh Arga gak?"
Hadi menggeleng pelan, "gak tahu, tapi lo cari dulu di UKS sono,"
"Lah, UKS? Bisa sakit dia?" tanya Zidny.
"Ya nggak, dia kan kalo bolos suka ngumpet di UKS. Apalagi pas jamkos gak jelas gini, enak bangetlah istirahat disana mana AC-nya dingin banget kayak lagi di Arab," celoteh Hadi tanpa henti lalu seolah membayangkan sesuatu karena sudah senyum-senyum sendiri.
"Bagian Arab mana yang dingin kayak AC anjir?" heran Zidny kemudian menggeplak kepala temannya itu kuat.
"Aduh! Santai kek dipantai dong," ringis Hadi kesakitan seraya mengelus-elus kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLASSMATES
Teen Fiction"Not about popularity, but about togetherness!" - X IPS 1 Highest rank: #1 in squad #1 in ips #1 in ipa #9 in teenager # Jangan lupa juga ya untuk membaca series lain dari Classmates: "10 IPA 1", thankyou!