Lea menatap kosong didepannya padahal di depannya ada Zenith
"Kamu lap badan. Jangan mandi" ucap Zenith
"Hmm"
Zenith segera berjalan meninggalkan Lea menuju kamar mandi. Dia mengambil air dengan gayung dan mengambil handuk kecil
Zenith datang dan dia menaruh gayung itu di bawah
"Nih airnya"
Lea mengangguk dan dia lantas terdiam karena bingung mau ngomong seperti apa ke Zenith
"Emm Zen, kamu lebih baik diluar. Aku bisa lap badan sendiri"
Zenith menoleh ke arah Lea
"Beneran bisa?"
"Iya"
Zenith segera berdiri dan dia menatap kembali Lea
"Panggil aku kalau sudah lap badannya"
Lea mengangguk dan Zenith segera keluar dan menutup pintu. Lea mendesah lega
"Mana mungkin Zenith mau lap-in badan aku" sahut Lea dan dia segera membuka bajunya
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
Zenith masuk sambil membawa bubur untuk makan malam Lea. Zenith menghela nafas lega karena Lea akhirnya sudah mendingan dan bisa dipastikan bahwa besok dia sehat
Zenith masuk sambil nampan di tangannya. Zenith menaruh nampan itu di meja dan memerhatikan Lea yang tengah tertidur. Zenith tersenyum dan mengelus pipi Lea dan menepuknya dengan lembut
"Lea... Bangun ayo. Kamu harus makan dulu"
Lea membuka matanya perlahan. Dia segera mengubah posisinya menjadi duduk dan menyandarkan punggungnya di kepala kasur
Zenith segera mengambil buburnya dan menyuapi Lea dengan pelan. Lea membuka mulutnya dan memakan bubur itu dengan menurut
Zenith menaruh buburnya dan memberikan Lea air. Selagi Lea minum, Zenith segera mengambil obat dan memberikannya kepada Lea. Lea segera meminum obat itu
Setelah minum, Lea menangkap tangan Zenith dan menggenggamnya
"Makasih ya Zen. Karena ada kamu, aku nggak hidup sendirian sekarang dan aku nggak tahu gimana ngurus diriku sendiri saat aku sakit"
Zenith membalas genggaman Lea dengan erat dan tangan satuannya dia taruh di pipi Lea
"Nggak perlu terima kasih Lea. Aku juga disini menumpang hidup bersamamu. Jadi sudah sepantasnya kita saling membantu"
Lea tersenyum dan mengangguk
"Tapi disini sepertinya aku yang terlalu menguntungkan"
Zenith tertawa. Lea sangat menyukai suara Zenith, apalagi saat dia tertawa. Rasanya sangat indah dan sejuk saat di dengarnya
"Oh iya, dua hari lagi sekolahku ada festival. Aku akan mengajakmu kesana dan kita bisa berkeliling"
"Benarkah?" Tanya Zenith senang
"Tentu saja. Lagipula, aku pasti kesepian kalau nggak ada kamu"
Zenith tersenyum dan dia memajukan wajahnya. Dia mencium kening Lea dengan lama. Lea memejamkan matanya dengan rasa sejuta kupu kupu bertebangan didalam tubuhnya
"Kamu lebih baik tidur sekarang. Biar besok bisa masuk. Posisimu sangat dibutuhkan besok untuk festival"
Lea mengangguk. Zenith bangun dan membawa nampan. Lea segera membaringkan tubuhnya dan segera tertidur
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
Lea meminum susu hangatnya dan segera menyampirkan tasnya di bahunya
"Zen, aku berangkat dulu ya"
Zenith segera menghampiri Lea dan
CUP
Lea menengang dan kaget dengan tiba tibanya Zenith menciumnya tepat dibibirnya dengan singkat
"Hati hati"
Lea mengangguk kaku dan segera berbalik dengan jalannya yang kaku. Zenith tersenyum melihat ekspresi Lea. Seperti anak kecil
Lea mengunci rumahnya dan dia menunggu taxi yang sudah dia pesan. Lea memegang dadanya yang terasa jantungnya berdetak lebih cepat
"Aku bisa bisa serangan jantung karena Zenith" batin Lea
Tak lama taxi datang dan Lea segera masuk ke dalam taxi. Lea memberi tahu tujuannya dan taxi segera melaju pergi
Dua puluh lima menit kemudian, Lea tiba di sekolahnya. Setelah bayar ongkos taxi, Lea keluar dari taxi dan berjalan menuju kelasnya
Lea duduk di kursinya dan tak lama Vania datang
"Lo sakit apa kemarin Le?"
Lea mengerutkan dahinya
"Kok Vania tahu? Bukannya aku nggak kasih tahu kemarin kalau aku sakit"
"Kok lo tahu?"
Vania memutarkan bola matanya
"Lo kemarin chat gue. Masa lo lupa?"
"Pasti Zenith yang izinin"
Lea tersenyum mengingat Zenith sudah mengizinkannya. Vania menatap Lea heran dan bingung
"Ehh... Lo malah senyum senyum lagi. Lo sakit apa?"
"Gue cuma demam aja kok Van" balas Lea
"Gue kira lo sakit apaan. Syukurnya aja lo udah sembuh. Kemarin lo dicari buat rapat OSIS. Tapi gue bilang lo sakit"
"Makasih ya Van. Besok kan festival. Oh iya, kelas mau jual apa?"
"Kita mau jual perhiasan dari manik manik gitu. Tapi kita buatnya sendiri"
"Wahh, gue nggak sabar liatnya" seru Lea semangat
Vania tersenyum melihat Lea yang seperti anak kecilWILL BE CONTINUE
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Scenario
Jugendliteratur{Cerita di PRIVATE. Jika mau membaca cerita ini, FOLLOW aku. Untuk menghindari PLAGIAT} Apakah ini skenario yang ditulis Tuhan untuk Lea? Skenario yang menceritakan kehidupan dan kisah percintaan Lea yang tak biasa Sosok yang telah membuatnya meras...