14. When We're Meet

1.5K 64 0
                                    

Zenith melangkah ke depan tanpa tujuan. Dia bisa menerima dirinya yang menjadi hantu. Dia bisa melihat bahwa tak ada satupun orang yang melihatnya. Bahkan Zenith mencoba masuk sebuah cafe, dan pelayan tak ada yang mendatangi meja yang dia duduki

Zenith duduk di trotoar dengan wajah lesu. Dia tak tahu mau kemana dan siapa yang akan melihatnya. Zenith merasa aneh jika berkumpul sesama hantu. Saat berjalan, lumayan hantu yang dia lihat dengan banyak luka. Zenith bersyukur bahwa dirinya tak sehancur hantu lainnya

Zenith menoleh ke seberang jalan, dia melihat seorang perempuan tengah berjalan dengan santai sambil memakai headsetnya dengan mulut yang berkomat kamit. Zenith tanpa sadar, dia mengikuti perempuan itu berjalan

Zenith berjalan disamping perempuan itu sambil memerhatikan wajah perempuan itu. Satu kata yang bisa mendeskripsikannya yaitu cantik, ralat, sangat cantik

Zenith tanpa sadar menendang kaleng dan terpental ke depan

Lea terperanjat kaget dan melepaskan headsetnya dan menatap kaleng itu dengan kaget

"Kenapa kaleng itu bisa terpental sendiri?"

Zenith tertawa melihat wajah kaget milik Lea. Lea segera berjalan meninggalkan pikiran anehnya tadi

Zenith dan Lea sampai dirumah Lea yang besar. Lea membuka pintu dan merebahkan badannya di sofa

Lea yang merasa lapar segera menyeduh mie instant dalam bentuk cup

Zenith memerhatikan aktifitas Lea yang sepertinya tidak seperti remaja lainnya. Lea tak ada yang mengurusinya, Lea memilih diam dirumah daripada keluar rumah, Lea melakukannya sendirian

Zenith merasa kagum dengan Lea. Disaat Zenith menjadi hantu, Zenith tidak mengingat apa apa kecuali beberapa. Zenith tahu identitasnya dan dia tahu bahwa dia mahasiswa berumur 21 tahun

Zenith melihat Lea tengah makan ramen sambil menonton. Zenith mengangkat sebuah vas dan dia bawa ke depan Lea

Lea kaget dan takut melihat vas itu. Lea menaruh mangkuk ramennya dan berdiri dengan menatap vas itu dengan takut

"Turunin vas itu, hantu"

Zenith tertawa mendengar panggilan Lea untuknya

Zenith yang mempunyai rencana pun menaruh vas itu dan Lea menatap arah vas itu. Lea mengambil mangkuk lagi dan memakannya dengan perasaan takut masih menyelimutinya


¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤


Lea membuka pintu rumahnya dan dia melihat sebuah sapu tengah menyapu dengan sendirinya. Lea berjengit kaget

"Si-Siapa lo? Tampakkin diri lo"

Lea tak mendapati jawaban. Lea segera menutup pintu lalu menguncinya. Dia segera berlari dengan cepat menuju kamarnya dan menutupnya

"Wkwkwkwkwkwkw" tawa Zenith

Malam harinya, Lea bisa mendengar suara perutnya yang berbunyi. Lea memegang perutnya dan ingin menuju dapur. Namun, rasa takut masih ada dan memilih tidak pergi

Tak lama, pintu itu terbuka. Wajah Lea kian pucat dengan tak ada sosok masuk ke dalam. Dan Lea tambah merinding dengan nampan yang tengah melayang kearahnya

"St-Stop!! Jangann deketin gue. Pergi hantu!! Pergi!!"

Nampan itu makin mendekat. Lea menaikkan selimut hingga dadanya dengan keringat dingin mengalir dari pori pori kulitnya

Zenith merasa kasihan dengan Lea yang terlihat sangat takut dengannya. Zenith hanya mau mengantarkan makanan untuk Lea karena sedari tadi Lea tidak makan

Zenith menaruh nampan itu di meja samping kasur Lea. Lea memerhatikan tiap inci pergerakkan nampan itu dengan was was

Zenith menaruh nasi dengan telur diatasnya. Segelas air dan sepucut surat. Zenith segera berjalan keluar dan menutup pintu

Lea memerhatikan nasi dan telur mata sapi yang tampak enak di matanya. Lea memerhatikan pintu itu yang tak terbuka lagi

Lea mengambil piring itu dan memakan nasi dan telur mata sapi itu dengan lahap. Lea merasa laparnya sudah hilang dengan adanya makanan disini

Lea meminum air dan dia merasa kenyang. Lea memegang perutnya dan menaruh gelas itu. Namun, tangan Lea terulur ke arah surat itu dan dia membukanya

Gue memang hantu. Tapi, gue bukan mau nakut nakutin lo. Gue hanya mau tinggal disini dan gue akan mengerjakan semua pekerjaan rumah? Gimana?

Lea masih ragu. Bagaimana bisa hantu itu menulis surat dan dia memikirkan kembali

Besok harinya, Lea bangun dan menatap sarapan sudah ada di meja. Roti dengan selai cokelat. Lea duduk dan menyantap dengan lahap

"Eehmmm hantu.. Gue udah baca surat lo. Gue izinin lo tinggal disini dengan imbalan lo beres beres rumah gue. Dan, lo bisa bicara sama gue dengan lo menulis. Ini buku dan pulpennya"


























WILL BE CONTINUE

Our ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang