25. Lea's Boyfriend

1.3K 62 0
                                    

Lea mengajak Peter untuk makan siang. Makanan banyak yang dihidangkan oleh Zenith

"Gimana yah masakkannya?" Tanya Lea disela sela kegiatan makannya

"Ini semua lezat. Bagaimana kamu memasaknya?"

Lea berpikir sebentar untuk menjawabnya
"Dengan sepenuh cinta"

Peter tertawa mendengar jawaban Lea. Lea langsung tertawa canggung. Zenith menutup mulutnya agar suara tawanya tidak terdengar

"Lagi seminggu kamu ulang tahun kan? Yang ke tujuh belas" ucap Peter

Lea berpikir lalu mengangguk
"Lea lupa sama ulang tahun Lea sendiri. Ayah memang masih disini?"

"Maaf sayang, ayah diam disini lagi tiga hari. Ayah ada proyek pembuatan hotel diluar kota"

Lea terdiam dan dia mengangguk dengan perasaan sedih. Peter yang melihat anaknya sedih langsung bersuara

"Gimana kita rayain ulang tahunmu lebih cepat? Hari terakhir ayah disini"

Lea mengangguk semangat dan dia menyetujui ide ayahnya yang bagus. Lea melanjutkan makannya dengan lahap

"Sepertinya gue harus menyiapkan kado" batin Zenith


¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤


Lea berjalan bersama Vania ke cafe. Karena ujian, mereka pulang cepat dan Lea bersama Vania memilih bersantai di cafe dulu sebelum pulang

"Lo mau pesan apa?" Tanya Vania kepada Lea

"Waffle with ice cream satu sama jus strawberrynya satu" ucap Lea dan pelayan itu mencatat

"Spagetthi bolognese satu sama Thai tea satu" ucap Vania dan pelayan mencatatnya

"Silahkan ditunggu"

Pelayan itu pergi. Vania mulai menatap Lea

"Le, gue penasaran sama pacar lo itu. Ceritain dong"

Muka Lea memerah
"Ke-Kenapa bahas itu sih?"

"Gue kan penasaran Le. Ceritain dong"

Lea menghembuskan nafasnya
"Namanya Zenith, berumur 21 tahun, anak kuliahan"

Vania mengerutkan dahinya
"Segitu aja?"

Lea mengangguk
"Itu kan udah gue kasih tahu"

Vania memutar kedua bola matanya
"Deskripsiin. Maksudnya dia tampan kek apa kek gitu"

"Menurut gue dia tampan, baik, pinter masak, suka ngelidungi gue, dia pakai satu anting di sebelah kiri"

Vania berdecak
"Ck, gue iri sama lo bisa punya pacar setampan yang lo deskripsiin dan gue bisa membayangkannya saat lo deskripsiinnya. Dan dia bisa masak, pokoknya amazing banget lah pacar lo. Zaman sekarang cowok pintar masak sedikit"

Lea tersenyum malu malu memdengar ucapan Vania

"Terus kalian udah ciuman?"

"APA!?" reflek Lea berteriak

"Lo nggak usah sampai teriak teriak apa. Cuma tanya hal lumrah aja toh" balas Vania

"Lumrah? Itu privasi. Lo kenapa sih pakai tanya begituan? Nggak ada kerjaan aja lo" balas Lea kesal

"Lea"

Lea menoleh karena mendengar namanya di panggil. Dia bisa melihat orang yang memanggilnya dan dia adalah Vino

"Ehh Vino. Ada apa lo disini?" Tanya Lea

"Mau makan. Boleh gabung?"

Lea menatap Vania dan Vania mengangguk
"Boleh kok"

Vino tersenyum dan duduk satu meja dengan Lea dan Vania

"Oh iya Vin, ini sahabat gue, Vania. Van, ini Vino, adik kelas dan dia anak OSIS juga"

"Halo Vino" sapa Vania

"Hai Kak" sapa Vino

"Lo mau makan kan? Pesan dulu gih" ucap Lea

"Iya"

Vino pun memanggil pelayan untuk memesan makanan. Vania memanggil Lea melalui matanya

"Kayaknya lo dekat sama dia" ucap Vania dengan suara kecil

"Baru kemarin ketemu. Teman duduk ujian gue"

Vania mengangguk mengerti dan pelayan berjalan pergi

"Apa yang kalian omongin sampai Lea teriak kayak gitu?" Tanya Vino

"Oh itu. Gue tanya dia udah ciuman sama pacarnya apa belum"

"Ih Van" ucap Lea kesal. Vania menjulurkan lidahnya

"Lho Kak Lea punya pacar?" Tanya Vino

"Hehehe.. Punya" ucap Lea tertawa kecil

"Siapa namanya?" Tanya Vino lagi

"Zenith" balas Lea cepat

Vino terdiam tampak bingung dan tak lama dia bersuara
"Namanya sama kayak nama kakak saya" ucap Vino

"Yang benar?" Tanya Vania

"Iya Kak. Namanya Zenith juga" ucap Vino

"Gue kira nama Zenith cuma satu. Tahunya kakak lo juga nama Zenith" balas Lea

Tak lama pesanan mereka datang walaupun Vino memesannya akhiran. Mereka menikmati makanan mereka























WILL BE CONTINUE

Our ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang