57. Spending This Night With You

1.1K 59 2
                                    

"Aku kagum memilik pacar sepertimu" ucap Zenith yang masih setia di depan Lea dengan keadaan shirtless

"Kenapa?"

"Aku udah nonton kejadian di cafe. Kamu lindungi aku disana"

Lea tersenyum lalu dia menatap heran Zenith
"Kok tahu?"

"Seseorang ngirim video ke aku"

"Siapa?"

"Kalau nggak salah namanya Via"

Lea tersenyum kecil lantaran mendengar nama temannya itu yang mengirim video ke Zenith

Lea memegang kedua pipi Zenith
"Itu tugasku sebagai pacar yang melindungi pacarnya"

Zenith tertawa pelan
"Seharusnya itu aku yang bilang"

Mereka tertawa bersama dan mereka menyantukan kening mereka

"Makasih Le, mau jadi pacarku"

Lea menggeleng pelan
"Seharunya itu kata kataku. Aku yang sangat berterima kasih kepadamu"

Zenith menjauhkan keningnya dan mencium Lea lembut. Lea terbuai dan membalas ciuman Zenith

Makin lama, ciuman Zenith berada di lehernya. Lea memekik pelan lantaran lehernya digigit gigit kecil oleh Zenith. Zenith seakan menandainya bahwa Lea hanya punya Zenith

Lea geli dan ada sensasi aneh muncul di dalam dirinya berkat perlakuan Zenith

"Zenith...." ucap Lea dengan suara gugup dan parau

"Aku nggak akan melakukan itu. Aku mau melepaskan semua rasa rinduku kepadamu malam ini. Saat aku menjadi suamimu, aku akan melakukannya. Aku nggak mau merusakmu Lea sebelum kita sah menjadi suami istri"

"Tapi, jika kamu menggodaku, kamu akan tahu akibatnya sayang"

Lea tersenyum dan mencium bibir Zenith sebentar. Lalu tersenyum manis kearah Zenith

"Aku percaya kamu"

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤


Lea membuka matanya. Sinar matahari menerangi kamar milik Zenith. Lea menengok ke kanan dan melihat Zenith masih tidur dengan tangannya memeluknya

Kepala Zenith menyeruak ke ceruk lehernya. Lea kegelian dan dia menatap tubuhnya. Lea membulatkan matanya lantaran baju yang dia kenakan, dua kancing teratas terbuka. Banyak tanda merah merah di sekitar itu

Pikiran Lea kembali melayang ke kejadian tadi malam. Lea bisa mengingat bahwa Zenith mencium lehernya dengan ganas. Karena lama, Lea tertidur. Dia tak sadar Zenith membuka kancingnya

"Zenith. Bangun..."

Zenith terbangun dan matanya terbuka pelahan. Mata Zenith langsung menatap mata Lea

"Kenapa sih? Masih ngantuk"

Lea memukul lengan Zenith yang masih tidak memakai baju
"Kamu apain aku? Kenapa banyak kissmark?"

Zenith menatap leher Lea yang memang banyak bekas ciumannya disana. Zenith menyengir

"Tapi aku nggak ngapa ngapain kamu kok"

Lea menyipitkan matanya. Sebelum Zenith bilang itu, Lea tahu. Lea tak merasa sakit di kewanitaannya dan Lea percaya sepenuhnya kepada Zenith. Zenith tak akan melakukannya

"Ini tanganmu singkirin dulu. Aku mau masak dulu"

Zenith mencium pipi Lea dan melepaskan tangannya dari perut Lea. Lea pun bangun. Namun dia teringat sesuatu

"Zen, apa keluargamu liat kita? Mereka pasti mengira yang nggak nggak"

Zenith menggeleng dalam posisi tidurnya
"Nggak. Keluargaku semua pergi ke Bandung empat hari. Kalau tahu keluargaku disini, aku juga nggak bakalan bawa kamu kesini malam malam"

Lea tersenyum kecil lalu mengangguk


¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤


Zenith melingkarkan tangan di pinggang Lea. Lea yang tengah memotong bawang bombay pun menoleh ke samping kanan dengan kepala Zenith di bahu kanan Lea

"Kenapa hm?"

Lea bisa merasakan bahwa kepala Zenith menggeleng di bahunya

"Sejak kapan kamu pintar masak?"

"Setahun yang lalu. Saat kamu ninggalin aku"

Wajah Zenith mendadak sendu. Lea bisa mengetahuinya walaupun tak bisa merasakannya. Tangan kanan Lea terlulur dan mengelus kepala Zenith dengan lembut

"Nggak usah sedih gitu dong. Kalau kamu nggak hilang waktu itu, pasti kamu nggak bakal jadi manusia dengan cepat. Karena kamu pergi, aku bisa hidup lebih mandiri dari sebelumnya"

Zenith tersenyum dan semakin mengeratkan pelukkannya
"Kenapa ya aku bisa seberuntung ini dapatin kamu jadi pacarku?"

Lea tertawa kecil
"Karena kita saling menguntungkan disini. Saling beruntung kala kita saling memiliki"

Zenith mencium pipi Lea mendengar jawaban Lea yang bikin dia makin jatuh cinta kepada Lea

"Kamu bantuin aku nata piring ini di meja"






















WILL BE CONTINUE

Our ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang