65. Si Iblis

963 58 11
                                    

HAI HAI KEMBALI LAGI BERSAMA LEA DAN ZENITH...
MAAP NIH TELAT UPDATE YA KAWAN KAWAN...

Lea dan Zenith masuk ke dalam ruangan Vino. Lea bisa melihat Vino tengah berbaring dengan jarum infus yang menusuk kulitnya.

Lea duduk di kursi yang ada di samping ranjang tempat Vino tidur. Lea lalu menaruh pastel yang berisi beberapa buah di meja yang terletak di samping ranjang. Tiba saja Vino membuka matanya dan menoleh ke samping dimana Lea dan Zenith berada

"Maaf membuat mu terbangun" ucap Lea dengan senyuman

"Nggak papa Kak. Kalian kenapa kesini?" Tanya Vino dengan suara khas baru bangun

"Melihat keadaanmu dek. Gimana keadaannya?" Tanya Zenith

"Sudah mendingan kak" balas Vino dengan senyuman kecilnya

"Oh iya, ini kakak bawa buah untuk Vino. Vino makan ya" ucap Lea sambil menunjuk pastel buah tersebut

"Makasih kak" balas Vino dan di balas anggukkan oleh Lea

"Aku ke kamar kecil dulu" ucap Zenith dan dia pergi keluar ruangan Vino

Lea menatap Vino yang tengah memejamkan matanya sejenak. Rasa penasaran sedari tadi pun menguak dari pikiran Lea

"Vin, gimana bisa kamu kecelakaan?"

Vino membuka matanya dan menatap Lea. Vino tampak berpikir dan membalas

"Rem mobilku tak bisa terpakai. Saat itu aku menginjak rem, namun mobil tak berhenti henti. Remnya ada masalah kayaknya"

Lea sangat mudah menebak bahwa rem mobil Vino telah di putus oleh Evan, si iblis dan brengsek itu

"Lain kali hati hati Vin" ucap Lea sambil tersenyum sendu

"Iya kak" balas Vino

"Vino mau makan buah? Kakak akan kupasin" ucap Lea dengan semangat

"Itu bagus" ucap Vino setuju

Lea segera membuka bungkusan pastel itu dan menatap berbagai macam buah di pastel itu

"Kamu mau buah apa?" Tanya Lea

Vino melihat keranjang pastel itu dan tampak berpikir sejenak

"Pear"

Lea segera mengambil pear hijau yang besar itu dengan pisau yang sudah di sediakan di dalam keranjang pastel itu

Lea pun dengan telaten mengatur ranjang Vino agak di naikkan di bagian atasnya lalu menyuapi Vino

Zenith tiba tiba datang dan dia segera menghampiri Vino

"Seneng bener" sindir Zenith

Vino tertawa kecil, "Senenglah kak"

Lea pun yang mendengar tertawa sambil menyuapi Vino

"Nggak suapin aku juga yang?" Tanya Zenith

"Nggak. Kamu bisa makan sendiri Zen" balas Lea dan Vino mengejek kakakknya itu

"Liat aja kamu kalau udah sembuh. Habis kamu"

Vino pun tertawa mendengar ancaman kakaknya itu. Vino tahu itu hanya ancaman bohongan, karena dia tahu kalau kakaknya sangat menyayangi dirinya.

***********************

Lea tengah berjalan menuju kantin rumah sakit yang terlihat agak ramai dengan beberapa pasien yang tengah makan bersama dengan sanak saudara mereka. Lea merasakan getaran di tangannya. Lea memerhatikan handphonenya berdering karena ada panggilan masuk.

"Nomor siapa ini?"

Lea pun memilih mengangkat nomor itu dan dia menempelkannya di telinganya

"Halo" sapa Lea

"Hai sayang"

Lea membulatkan matanya karena dia mengenali suara siapa yang tengah menelponnya. Lea mengepalkan tangannya di samping tubuhnya

"Evan" ucap Lea dengan geram

"Ya, that's my name sweety. Gimana keadaan Vino?" Tanya Evan diseberang sana dengan senyuman miring

"Lo nggak usah sok peduli Van. Lo yang buat dia begini"

"Hahaha memang salah kalau gue bertanya Le? Gue juga harus tahu"

Lea memejamkan matanya karena sudah terlalu sabar menahan emosinya kepada Evan, makhluk iblis yang menyukainya.

"Lo iblis"

"Makasih pujiannya sayang. Dan gue sepertinya harus memperingati lo, Le. Semakin lama lo nggak menyetujui kesepakatan dari gue, nyawa Vino juga makin terancam. Gue bisa saja membunuhnya Le"

"Dasar bajingan lo Van"

"Hahaha gue suka kata itu Le. Maka cepatlah beri jawaban lo"

Lea dengan emosi memutuskan sambungan telepon dirinya dengan Evan. Lea segera melangkah menuju kantin rumah sakit sambil meredakan dirinya.

Evan menjauhkan handphonenya dari telinganya dengan senyuman puas. Evan pun menatap ke handphonenya

"Lea Lea. Lo itu milik gue. Lo nggak akan pernah jadi milik si brengsek itu"

"Tenang saja Lea. Lagi sebentar lo akan menjadi milik gue seutuhnya"

"Kita tunggu tanggal mainnya saja sayang. Tunggu gue"

************************

Pagi hari telah menyapa, Lea segera memasuki mobil Zenith. Hari ini dia akan menjenguk Vino lagi. Tak beberapa lama kemudian, mereka sudah tiba di rumah sakit. Zenith bersama Lea menuju ruang inap Vino. Terlihat kedua orangtua Zenith tengah gelisah di depan pintu ruang inap Vino. Zenith dan Lea segera berlari menuju mereka

"Ada apa ini?" Tanya Zenith dengan cepat

Rena menoleh dengan wajah yang amat khawatir, "Mama nggak tahu. Vino tadi kejang kejang dan dia sekarang tengah di tangani dokter"

Mereka berempat menunggu dengan gelisah di depan ruang rawat inap itu. Lea menggenggam tangan Zenith yang tampak khawatir. Tak lama, dokter keluar dari ruangan itu. Luke segera menghampiri dokter itu

"Bagaimana keadaan anak saya, dok?" Tanya Luke dengan gelisah

"Syukur saja anak bapak baik baik saja. Kalau nggak ditolong segera, dia akan meninggal"

Rena menangis mendengar ucapan dokter itu. Luke segera memeluk istrinya itu dan menenangkannya.

"Bagaimana bisa dia begitu dok?" Tanya Zenith

"Selang oksigennya putus"

Lea membulatkan matanya dengan perasaan terkejut. Semuanya tampak terkaget dengan itu. Lea pun mengepalkan tangannya mendengar ucapan dokter itu

"Sialan lo Evan"



























WILL BE CONTINUE

Our ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang