Zenith merapikan bukunya dan segera keluar kelasnya. Zenith pergi menuju atap kampus, dimana dirinya sering disana. Zenith tidur di sana dengan mata memandang langit
Zenith diselimuti kangen yang besar kepada Lea. Ingin memeluknya dan menciumnya. Bukan seperti sekarang, hanya bisa melihat dari jauh dan Lea tak boleh melihatnya
"Maafin aku Le. Mungkin kalau kamu sama Lucas, kamu lebih bahagia"
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
Lea berjalan dengan lesu mengingat sudah enam hari Zenith tak muncul maupun memberikan kabar
Tiba tiba, kaki Lea tersandung dan tubuh Lea limbung. Seseorang segera menahan tubuh Lea hingga dia nggak jatuh. Lea menatap Lucas yang menolongnya
Lea segera memperbaiki posisinya
"Makasih kak"Lucas tersenyum
"Sama sama. Lagian jangan bengong gitu kalau jalan"Lea tersenyum kecil. Lucas lalu bersuara
"Gimana kita cari makan?""Eehhhmm gimana ya...." ucap Lea yang sebenernya tak ingin pergi
"Biar saya yang traktir"
Lea akhirnya mengangguk. Nggak enak juga menolak ajakkan dan gratis lagi
Dua puluh menit kemudian, mereka sampai di cafe yang ramai. Pelayan pergi meninggalkan meja Lucas dan Lea kala sudah memesan
"Kenapa tadi melamun mulu?"
Lea mendongakkan wajahnya
"Kepikiran Zenith"Lucas terdiam. Lea lanjut berbicara
"Udah enam hari dia nggak kasih kabar"Lucas terdiam, tak ada niat menjawab lantaran membahas Zenith
"Kakak tahu dimana Zenith?"
Lucas menggeleng. Mana mau Lucas memberitahu Zenith kepada Lea lantaran Lucas lagi mendekatkan Lea
Lea menghela nafasnya dengan sedih. Lea memainkan jarinya diatas meja
"Kamu cinta banget sama Zenith?"
Lea kembali mendongakkan kepalanya lalu menatap Lucaa
"Iya kak"Lucas menghela nafas
"Kenapa?"Lea membasahi bibir
"Cinta nggak perlu alasan"Lucas terbungkam. Lucas bisa melihat seberapa besar cinta Lea kepada Zenith, begitu sebaliknya
Lucas tak mau jadi jahat memisahkan sepasang kekasih yang saling mencintai. Tapi, dia sangat menyukai Lea dan mau membuat Lea mencintainya
"Saya cemas dan khawatir karena Zenith tak memberikan kabar bahkan tak pernah kelihatan"
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
Lea berbaring di atas tempat tidurnya. Dia memadang foto yang tergantung itu
Rasa sesak dan rindu kian membuncah. Air mata Lea menetes. Lea terisak sambil menutup matanya dengan lengan
"Jahat"
Lea menjauhkan lengannya dan menatap kembali foto itu. Foto yang diambilnya setahun yang lalu. Foto yang Lea terus pandang dan berharap bahwa Zenith akan muncul
Tak lama, suara handphone Lea berbunyi. Lea mengangkatnya tanpa melihat nama pemanggil
"Halo"
"Halo Le. Kamu nangis?"
Lea menjauhkan handphonenya dan melihat nama pemanggil. Ada nama Lucas terpampang
"Nggak"
Lucas menatap kosong ke depan. Dirinya sudah membuat Lea sedih. Tapi, dia juga harus memiliki Lea
"Nanti malam ada acara ulangtahun teman saya. Saya mau ngajak kamu kesana. Kamu sibuk nggak nanti malam?"
Lea tampak berpikir
"Nggak""Ya sudah. Kalau gitu saya jemput jam tujuh"
"Ya"
Lea segera memutuskan panggilan. Lucas menghela nafasnya dan menatap teman temannya yang tengah bercanda ria
Tak lama, Sania memanggil seseorang
"Zenith"
Zenith yang melangkah masuk ke dalam cafe terhenti. Zenith menoleh dan mendapati banyak teman temannya tengah makan bersama
Zenith menatap Lucas yang ada di sana. Lucas dan Zenith sama sama melemparkan pandangan tajam
"Ada apa San?" Tanya Zenith mengalihkan tatapannya dari Lucas ke Sania
"Lo inget kan nanti ultahnya Willy di cafe Hi****?" Tanya Sania
"Iya gue inget. Kenapa?"
"Lo datang kan?" Tanya Sania
Zenith menatap Lucas yang juga menatapnya. Zenith tersenyum miring
"Gue nggak pergi" balas Zenith setelah memutuskan kontak mata dengan Lucas
"Lho kenapa?"
"Gue nanti ada acara" balas Zenith lalu berjalan pergi tanpa mendengar jawaban dari Sania
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
Lea menyisir rambut pendeknya itu sebagai sentuhan akhirnya. Dia memerhatikan gaun hitam yang selutut dengan lengan seperempatLea menghela nafasnya yang kesekian kalinya. Entah mengapa....
Lea turun lantaran mendengar suara mobil. Lea pun berjalan menuju Peter
"Yah, Lea mau pergi. Diajak hadirin acara ulang tahun. Ayah kalau mau makan, ada di meja kok. Udah Lea masak tadi"
Peter mengangguk
"Iya sayang. Kamu pulangnya jangan malam malam"Lea mengangguk lalu mencium pipi Peter. Lea bertukar senyum dengan ayahnya dan dia berjalam keluar dimana Lucas sudah menunggunya
WILL BE CONTINUE
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Scenario
Teen Fiction{Cerita di PRIVATE. Jika mau membaca cerita ini, FOLLOW aku. Untuk menghindari PLAGIAT} Apakah ini skenario yang ditulis Tuhan untuk Lea? Skenario yang menceritakan kehidupan dan kisah percintaan Lea yang tak biasa Sosok yang telah membuatnya meras...