66. Deal

920 51 6
                                    

Lea dengan setia duduk di kursi yang berada di samping ranjang dimana Vino berbaring lemah. Lea menatap sendi Vino yang lemah seperti itu. Ini semua karena Evan. Karena Evan, Vino menjadi begini. Dan yang menyebabkan Evan melakukan hal keji ini adalah dirinya

Lea meraih tangan Vino dan digenggamnya tangan itu

"Maafin kakak ya Vin. Karena kakak, Vino seperti ini. Maafin kakak Vin" ucap Lea dengan beberapa air mata yang mengalir di dari matanya

Lea terisak pelan dengan semua yang menimpa diri Vino. Orang tak bersalah seperti Vino harus menimpa keobsesian Evan kepada dirinya

"Gue akan mengakhiri ini semua" ucap Lea dengan kesungguhan

"Gue nggak mau lagi ada korban karena ulah Evan"

Ya, Lea akan bertekad untuk menyelesaikan masalah ini. Tak ada lagi yang sedih, tak ada lagi yang sakit, semua harus bahagia. Lea harus menyelesaikannya. Harus.

Lea segera bangkit dari duduknya. Lea pun mengusap pelan kepala Vino dan dia langsung pergi. Lea berjalan dengan handphone yang dia taruh di telinganya

"Gue tunggu di cafe dekat sekolah"

Lea langsung mematikan sambungan tanpa menunggu balasan dari yang dia telpon tadi.

********************

Lea tengah meminum jus alpukat yang dia pesan selagi menunggu seseorang. Tak lama, terdengar suara yang membuat Lea menoleh

"Lama menunggu sayang?" Tanya Evan yang langsung duduk di depan Lea. Lea memutar kedua bola matanya mendengar panggilan menjijikkan itu dari Evan

"Kita bicara to the point aja" ucap Lea dengan datar

"Apa sayang?" Tanya Evan dengan rasa penasaran

"Gue setuju dengan kesepakatan lo"

Evan mengulas senyuman miringnya. Akhirnya tiba waktu dimana Lea setuju dengan kesepakatannya walau itu memakan waktu agak lama. Evan menyukai ini, Lea akan menjadi miliknya sekarang

"Akhirnya lo setuju juga sayang. Jadi lo sekarang jadi milik gue"

"Kita akan berpacaran. Tapi lo jangan berani sentuh orang yang gue sayangi seujung jari pun. Kalau sampai itu terjadi, lo akan tahu apa yang terjadi" balas Lea dengan tatapan tajamnya

Evan mengangguk, "Tentu saja selama lo menjadi pacar gue yang setia"

"Kalau gitu gue pergi" ucap Lea beranjak berdiri, namun dia urungkan karena Evan tiba tiba menyahut

"Eh masalah kita belum beres Le" sahut Evan dengan cepat

Lea kembali duduk dan menatap Evan dengan bingung. Apa yang dimaksud Evan tadi? Belum selesai? Tapi Lea sudah menyetujui kesepakatan Evan. Lantas apa yang belum selesai?

"Maksud lo? Bukannya sudah jelas? Kita akan berpacaran. Itu kan. Apalagi masalah yang belum selesai?" balas Lea dengan alis yang ia naikkan

"Dan lo bisa memiliki dua pacar dan kita akan pacaran diam diam? Sorry, gue nggak suka itu. Gue mau lo putusin Zenith sekarang juga" balas Evan. Lea membulatkan matanya tak percaya menatap Evan dengan apa yang ia ucapkan barusan

"Lo jangan gila Van. Gue pacaran dengan Zenith sudah lama. Gue cinta sama dia Van" balas Lea dengan tertawa kecil karena tak menyangka permintaan gila Evan

"Gue serius Le. Lo mau di cap jadi playgirl yang punya dua pacar? Inget, di kesepakatan ini lo jadi pacar gue. Dan gue mau lo hanya punya satu pacar, yaitu gue. Jadi lo harus memutuskan Zenith"

Lea benci ini. Lea sangat cinta Zenith. Tapi benar apa yang dikatakan oleh Evan. Tak mungkin dia akan menjadi pacar Zenih dan Evan sekaligus. Lea juga harus melindungi semua yang dia sayangi dari kekejian Evan.

"Gue akan putusin Zenith"

Evan tersenyum senang bahwa rencananya berjalan mulus.

"Dan gue mau lo putusinnya sekarang" balas Evan dengan cepat

"Jangan sekarang Van" balas Lea dengan suara agak pelan

"Tentu harus sekarang karena gue butuh bukti bahwa lo putus dengan Zenith. Sekarang lo telfon Zenith dan suruh dia kesini" balas Evan dengan panjang lebar

Lea tak bisa apa apa. Demi semuanya, dia harus memutuskan Zenith. Tapi hati Lea tak siap. Dia tak siap melepaskan Zenith dan menjadi milik Evan. Selamanya, hati Lea hanya untuk Zenith, bukan Evan.


















WILL BE CONTINUE

Our ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang