3. He's In My School

2.5K 105 0
                                    

GIVE YOUR VOTE AND COMMENT 😊😊


¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤


Zenith masuk ke dalam kamar Lea. Dilihatnya wajah Lea tengah tertidur pulas. Zenith mengelus pipi Lea dengan lembut

"Entah kenapa, aku mulai suka sama kamu. Aku mau bersama kamu, tapi sayangnya kita berbeda" ucap Zenith sedih

"Aku harap, kamu mau bersamaku"

Zenith mencium pipi Lea. Diciumnya Lea lama dan dia segera berdiri dan menuju keluar kamar Lea

Lea membuka matanya dan dia memegang pipinya. Wajahnya seketika memerah

"Zenith cium aku" ucap Lea pelan dengan wajahnya yang kian memerah


¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤


"Zen, mau ikut aku kesekolah?"

Zenith menatap Lea dan dia segera menulis

"Boleh?"

"Tentu saja. Mungkin karena ada kamu, disekolah aku nggak bosen"

"Oke jika kamu mau"

"Yeeaaayyy"

Lea segera keluar dan Lea tak lupa mengunci rumahnya. Dia pergi bersama Zenith. Tiba tiba Lea memberhentikan langkahnya, Zenith yang ada di sampingnya pun berhenti

"Aku kan nggak bisa lihat kamu tapi cuma bisa megang kamu, gimana selama diperjalanan, kamu megang tangan aku, tapi jangan sampai tanganku ketarik, ntar malah curiga yang liatnya"

Zenith pun tersenyum kecil dan segera memegang tangan Lea. Lea pun tersenyum dan mereka berjalan bersama

Lea setiap berangkat sekolah selalu merasa sepi, tapi entah mengapa ada sebuah tangan Zenith memegang tangannya walaupun tidak nampak wujudnya, itu cukup membuat Lea merasa nyaman dan terjaga

Lea masih bisa merasakan bahwa Zenith masih memegangnya saat mereka tiba di dalam kelas

"Kamu duduk di samping aku. Aku nggak punya teman duduk" bisik Lea

Zenith tertawa melihat kepolosan Lea. Zenith sudah tahu sebelum Lea memberitahu karena kemarin dia mengikuti Lea tanpa sepengetahuannya


¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤


Lea tak pernah senyum sesering ini. Dia terlihat tertawa karena tulisan tulisan milik Zenith

"Hahahahahaha..."

Zenith tersenyum melihat senyuman milik Lea terlihat karena dirinya

"Udah Zen, perutku sakit nih"

Tak lama mereka tiba di rumah. Zenith pun menulis yang tulisannya dia mau memasak. Lea mengangguk dan dia menuju kamarnya untuk mengganti baju

Lea segera berlari menuju meja makan. Namun, kakinya terpeleset dan badannya limbung. Zenith segera menuju Lea dan dia mengangkap Lea dalam pelukkannya

Lea membuka matanya dan badannya terasa di tahan. Lea tak bisa melihat, tapi dia bisa merasakan bahwa Zenith tengah membantunya

Lea tersenyum
"Makasih Zen"

Zenith segera membantu Lea berdiri dan berjalan menuju meja makan. Lea dengan semangat memakan masakkan milik Zenith yang menurut Lea selalu enak

"Mudahan kamu suka"

Lea menegang. Lea menoleh ke samping dengan wajah kaget. Zenith bingung melihat wajah Lea

"Kenapa Lea?"

"Ak-Aku... Bisa denger suaramu"

"Hah?" Ucap Zenith tak ngerti

"Aku bisa mendengar suaramu Zen. Aku bisa"

Zenith diam masih mencerna apa yang diucapkan oleh Lea. Lea segera bangkit dan dia memeluk Zenith

"Akhirnya aku bisa mendengar suaramu. Selama sebulan kamu hanya menulis saja. Akhirnya aku bisa tahu bahwa begini suaramu"

Zenith yang awalnya kaget, perlahan mengelus punggung milik Lea

"Aku senang bisa berkomunikasi denganmu"

"Perasaan bahagia kepada orang yang bukan sedarah denganku. Aku baru mengalaminya" batin Lea

Lea melepaskan pelukkannya dan menapilkan senyuman yang sangat indah


¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤


Zenith segera masuk ke dalam kamar Lea

"Lea"

Lea menoleh
"Ada apa Zen?"

"Hari ini ada festival kembang api"

"Kamu tahu darimana?" Tanya bingung Lea

"Aku melihatnya di lembaran yang ada di pagar"

"Kalau gitu, kamu mau kesana?" Tanya Lea

"Mau"

"Oke, nanti kita pergi jam tujuh"

Beberapa jam kemudian, Lea sudah dengan balutan baju kaos dengan rok selutut bermotif kotak kotak. Dihiasinya wajahnya dengan make up yang natural

"Kalau gitu ayo pergi"

Lea bisa merasa tangannya digenggam dan diajak keluar. Lea mengunci rumahnya lalu dia membuka pintu mobil

Lea mengendarai mobilnya menuju festival berada. Lea memberhentikan mobilnya kala lampu merah menyala. Lea menoleh ke samping dan menatap kosong, padahal disampingnya ada Zenith

"Andai aja aku bisa melihat Zenith. Entah kenapa, perasaan ini makin besar. Tapi apakah aku mencintai Zenith? Tapi itu mustahil"

Lea menjalankan mobilnya dengan pikiran berkecamuk. Zenith bingung melihat ekspresi milik Lea.

Tak lama, mereka sampai di taman yang luas yang tengah banyak orang. Zenith memegang tangan Lea

"Ayo ke sana"





































WILL BE CONTINUE

Our ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang