42. Stay Away!!

1.2K 56 2
                                    

Lea bangun dan menatap sekitarnya. Dia ingat bahwa dia di UKS. Lea duduk dan tak lama seorang cowok datang

"Udah baikkan?"

Lea menatap bingung cowok di depannya. Lea merasa tak kenal

"Nama saya Lucas. Senior fakultas hukum"

Lea mengangguk pelan dan terdiam

"Saya bawa makanan. Kamu makan aja dulu. Mungkin kamu sakit karena belum makan"

Lea menatap ke tas plastik yang ada di samping kasurnya. Lea mengambilnya

"Makasih kak"

Lucas mengangguk dan dia berjalan ke arah Lea lalu duduk di kursi samping kasur Lea

"Udah baikkan?"

"Iya" balas pelan Lea sambil membuka bungkusan nasi

Lucas mengambil bungkusan itu. Dibukanya lalu dia mengambil piring dan ditaruh nasi itu disana. Diberikannya piring dengan sendok itu ke Lea

"Makasih kak"

Lucas mengangguk. Lucas pun tanpa keberatan mengambil minuman untuk Lea. Lea tak mengira bahwa Lucas begitu baik

"Kakak nggak ikut OSPEK MABA?" tanya Lea sambil mengunyah makanan

"Malas aja"

Lea mengangguk pelan dan melanjutkan makan nasinya. Pandangan Lucas terus ke arah Lea. Lea seakan satu satunya objek penglihatannya

Munculah sosok cowok yang berjalan masuk ke dalam UKS. Lea dan cowok itu bertukar pandangan. Lea membulatkan matanya dan dengan otomatis dia berhenti mengunyah makanan

"Zen lo kenapa kesini?"

"Zen? Zenith?" Batin Lea

"Gue mau istirahat" balas  Zenith sambil menatap Lea yang masih menatapnya

"Lo lebih baik pergi deh. Urus tuh MABA hukum"

Lucas mendelik
"Lo juga urus MABA bisnis sana"

"Bisnis? Sama kayak aku?" Batin Lea kaget

"Dia juga MABA bisnis. Jadi gue juga musti memerhatikannya"

Lucas memandang Zenith dengan pandangan tak dapat diartikan. Lucas pun bangkit dan berjalan pergi

Zenith masih setia dengan posisinya yang berdiri di depan kasur yang ditiduri Lea yang berjarak tiga meter. Lea menundukkan kepalanya tak berani menerima tatapan Zenith

"Lea"

Lea mendongakkan kepalanya. Matanya langsung menatap mata dan wajah yang sangat dia rindui. Suaranya yang menemaninya beberapa bulan dengan suaranya yang merdu kala menyanyikannya lagu. Suaranya yang menjadi sumber kebahagiaannya

"Lea, ini aku, Zenith. Pacarmu"

Aliran darah Lea seakan berhenti. Pernyataan yang diberikannya sungguh mengejutkan. Lea tak bisa bersuara. Pikirannya seakan blank

"Le" panggil Zenith saat tak mendapatkan jawaban dari Lea

"Bohong"

"Hah?" Tanya Zenith

"Ini semua bohong"

Zenith menatap Lea dengan bingung
"Apa maksudmu bohong? Aku mengatakannya dengan benar Le"

Lea menatap Zenith dengan pandangan berkaca kaca. Zenith seakan tersadar dan bungkam melihat mata indah itu berkaca kaca

"Lea ak---"

"Kamu bukan Zenith" ucap Lea memotong ucapan Zenith

"Aku Zenith Le. Pacar hantumu"

Lea menggeleng keras dengan air mata yang jatuh
"Nggak! Ini nggak mungkin! Zenith yang aku kenal nggak akan meninggalkan aku!!" Teriak Lea keras

Zenith berjalan mendekati Lea
"Le..."

"Stop!" Teriak Lea. Langkah Zenith otomatis berhenti

"Jangan deketin aku. Jangan ngaku ngaku jadi Zenith!! Zenith nggak pernah ninggalin aku. Dia sudah berjanji" raung Lea dengan air mata kian membanyak

"Lea, ini beneran. Aku nggak bohong" balas Zenith cepat agar Lea mengerti

"Please jangan ngaku jadi Zenith. Udah cukup sakiti aku! Jangan lagi sakiti aku dengan mengaku jadi Zenith!!"

Zenith merasa nyawanya menghilang. Tubuhnya serasa mati mendengar ucapan Lea

Zenith merasa bodoh, menyakiti pacarnya tercinta dengan pergi meninggalkan Lea dengan kesepian lagi


¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Lea berjalan gontai dengan wajah memucat. Dirinya masih tak bisa menerima keadaan dan kenyataan ini

"Le, lo kenapa? Lo baik baik aja, kan?" Tanya Vania khawatir lantaran melihat sahabatnya pucat

"Gue nggak papa Van" balas Lea

"Tapi lo pucat sekali. Apa ini ada hubungannya dengan pacar lo yang jadi senior?"

Lea menatap Vania dengan tatapan heran

"Gue tahu. Gue lihat Zenith di antara senior" balas Vania

"Le, apa sih yang sebenernya terjadi? Kenapa lo seakan menjauh dari Zenith?"

Lea menggeleng pelan
"Masalah gue rumit Van. Gue juga nggak bisa cerita karena gue juga nggak ngerti. Ini seperti nggak masuk akal Van. Maafin gue nggak bisa kasih tahu lo rincinya"

Vania memeluk Lea
"Gue tahu Le. Gue nggak seegois itu untuk tahu permasalahan lo. Tapi, kalau lo nggak bisa menampung semuanya, lo bisa bagi sama gue. Gue siap kok"

Lea memeluk erat Vania
"Makasih Van. Lo udah ngertiin gue"






























WILL BE CONTINUE

Our ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang