50. Challenge

1.1K 61 1
                                    

"VINO?" teriak Lea tanpa sadar

"Yoh Kak Lea? Kok bisa disini? Apa Kakak pacarnya Kak Zenith?"

Lea mengangguk
"Jadi, Kakak yang kamu maksud dulu itu Zenith"

Vino mengangguk
"Iya. Nggak nyangka Kakak jadi pacar Kak Zenith" ucap Vino sambil berjalan ke arah sofa lalu duduk

Zenith mengerutkan dahinya
"Kalian saling kenal?"

Vino dan Lea mengangguk. Vino pun menjawab
"Iya. Kak Lea ini Kakak kelas aku waktu SMA. Waktu itu juga aku jadi pasangan Kak Lea di acara prom night dan kita jadi king and queen deh"

Zenith mendengus karena mendengar bahwa Vino menjadi pasangan Lea. Zenith iri


¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Setelah mengantar Lea, Zenith mengemudikan mobilnya menuju rumahnya. Tak lama, suara nontifikasi handphone Zenith terdengar

Lampu merah menyala. Zenith memberhentikan mobilnya dan membuka handphonenya. Dia membuka aplikasi chat dan melihat sebuah pesan dari Lucas

Sekarang. Di kampus

Zenith menggenggam erat handphonenya lalu dia banting di kursi sebelahnya

"Sial!!"

Zenith segera melajukan mobilnya dengan cepat menuju kampus


¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤


Zenith langsung ke kampus yang ada tempat wall climbing

Terlihat Lucas tengah duduk. Lucas melihat Zenith datang pun berdiri

"Akhirnya lo datang" ucap Lucas tersenyum miring

"Lo mau nantang gue sekarang? Lea sebagai taruhannya, iya?" Tanya Zenith dengan tajam

"Yes. Gue juga mengajak beberapa orang disini sebagai saksi. Siapa dari antara kita yang akan menang"

Zenith mendecak kesal
"Lebih cepat lebih baik"

"Oke. Kita pakai alatnya"

Mereka pun memakai alatnya untuk memanjatnya. Tak lama, banyak juga yang datang dan itu semua teman teman seangkatan Lucas dan Zenith

Sania menatap mereka dengan aneh. Lucas dan Zenith nggak pernah sedekat ini untuk wall climbing bareng

Seorang lelaki sebagai wasit ada di dekat mereka
"Satu... Dua... Go"

Zenith dan Lucas mulai memanjat. Wall climbingnya lumayan tinggi. Zenith tidak yakin bisa sampai karena fisiknya belum sembuh total karena koma itu. Tapi Zenith tak mau Lucas bersama Lea

Sampai setengah wall climbing, Zenith menginjak tumpuan yang salah. Tumpuan itu jatuh, begitu juga dengan Zenith. Zenith terjatuh. Orang orang itu terkaget. Lucas yang diatas sana memandang Zenith dengan senyuman mengejek

Sebelum jatuh ke matras, Zenith langsung memegang tumpuan. Zenith meyakinkan dirinya bahhwa dia harus ke atas sana. Dia nggak boleh menyerahkan Lea kepada Lucas. Lea hanya miliknya

Lucas sudah dekat dengan puncaknya. Namun, Zenith tak menyerah. Dia terus berjalan menuju puncak. Orang orang yang dibawah pun mengabadikannya lewat snapgram

Bunyi peluit terdengar. Tanda berakhir. Lucas sudah sampai di puncaknya. Sedangkan Zenith di tiga perempat wall climbing itu. Tinggal sedikit dia sampai puncak. Lucas dan Zenith turun. Zenith terus memaki dirinya yang kalah dan dia mengepalkan tangannya hingga berwarna putih

"Pemenangnya adalah Lucas"

Banyak sorakkan yang menyambut mereka. Sania berlari menuju Zenith

"Ada apa lo sama Lucas sampai main wall climbing?"

Zenith masih emosi dan dia menjawabnya dengan singkat
"Nggak ada"

Zenith berjalan meninggalkan Sania, begitu juga tempat itu. Zenith ingin pulang dan dia sudah sangat emosi untuk diam disana

Saat sampai parkiran, terdengar suara Lucas

"Lo harus jauhin Lea"

Zenith menahan emosinya dengan memejamkan matanya sejenak. Zenith langsung membalikkan badannya

"Gue tahu" balas Zenith dengan tajam

"Bagus. Yang kalah memang harus menjauhi Lea. Dan yang menang bisa memiliki Lea"

Zenith memilih pergi, tidak mau mendengar ocehan Lucas. Lucas memandang mobil itu dengan tersenyum miring

"Sekarang Lea milik gue seutuhnya"


¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤


Lea membuka pintu rumahnya. Yang mengetuk pintunya adalah Zenith

"Kenapa Zen? Malam malam kesini"

Zenith tanpa bicara, langsung memeluk Lea dengan erat. Lea pun sampai tersentak ke belakang sedikit. Lea bingung dengan Zenith yang tiba tib memeluknya

"Ada apa Zen?"

"Lima menit aja Le"

Lea memilih diam dan membalas memeluk Zenith. Dia tak tahu masalah yang Zenith hadapi, tapi dia bisa mengurangi beban itu dengan pelukkannya

Zenith serasa nyaman dengan memeluk Lea. Zenith tak mau menyerahkan Zenith ke Lea, dia tak mau. Tapi, dia kalah dan dia harus melakukannya. Meninggalkan Lea

Zenith menghirup aroma Lea. Aroma yang memabukkan bagi Zenith

Zenith melepaskan pelukkan dan langsung mencium bibir Lea dengan menggebu. Lea menutup matanya dan membalas ciuman Zenith. Lea bisa merasakan dari ciuman itu, Zenith tengah resah





























WILL BE CONTINUE

Our ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang