"Alethaaaa! Sumpah demi apa lo dijemput Ka Adrian?! Semua orang, ade kelas, seangkatan, sampe kaka kelas pun ngomongin lo yang dibonceng cowok most wanted itu. Sumpah demi apa Letaa gue ga percaya anjir, kenapa bisaaa?!" Suara Reyna benar-benar menggemparkan seisi kelas pagi itu, Aletha hanya menutup kedua telinganya. Ia benar-benar tak mau membahas apapun yang bersangkutan dengan Adrian.
"Alethaa ih gue ngomong sama lo! Lo jawab napa sih Tha, gue ga akan berhenti ngomong sebelum lo jawab."
"Alethaa tai ih. Jawab! Alethaaaaaa!"
"Iya." Jika Aletha tetap membungkam, sampai kapan sahabat bawelnya itu berhenti, pikirnya.
"Iya apaaa? Jelasin aih!"
"Malem gue dapet sms dari dia, dia bilang, dia bakal jemput gue, gue ga bales sms dia, dan paginya dia udah stay aja depan rumah gue. Dia maksa gue ikut. Gue ga punya pilihan, akhirnya TERPAKSA gue ikut" dengan malasnya Aletha menjelaskan panjang lebar, agar sahabatnya itu puas.
"Hah ko bisa? Emang setelah kejadian kemarin di lapang, Ka Adrian nemuin lo lagi? Kenapa dia punya nomor lo? Kenapa dia tau rumah lo? Lo kan ga bales chat dia kan. Ko bisa ihhh?" Reyna semakin penasaran, ia merasa masih kurang dengan penjelasan Aletha.
"Gue gatau. Gue gatau Reynaaa sayang, dan gue gamau bahas dia pliss. Bt gue sumpah." Aletha menelungkupkan kepalanya di lipatan kedua tangannya di atas meja. Telinganya sudah cukup panas mendengar celotehan seisi sekolah, ditambah dengan ocehan sahabatnya satu ini.
"Oke oke maaf deh taa maaf. Tapi gue bingung deh sama lo ta, kok lo b aja sih di deketin sama cowok ganteng, tajir, kece, most wanted kaya Ka Adrian?" Reyna duduk di samping Aletha yang masih menelungkupkan kepalanya. Kali ini ia benar-benar penasaran.
"Yaa gue ga suka aja. Tiba-tiba dia ngestuck gue milik dia kemarin, terus dia chat gue, tiba-tiba tau rumah gue dan parahnya dia maksa gue buat ikut bareng dia ke sekolah. Kenal aja kagak, tapi posesif kaya gitu. Yang ada gue malah kesel plus takut kali Na." Aletha mengangkat kepalanya, menghadap Reyna, dan menjelaskan kekesalanya.
"Tapi kan Taa, cowok yang posesif ke lo itu Ka Adrian taa Ka Adrian. Cewe-cewe lain pasti ingin banget ada di posisi lo, termasuk gue, dan cuma lo yang ga seneng di deketin cowok kaya dia. Jangan-jangan lo lesbi Tha."
"Anjir gue normal Na. Gila lo anggep sahabat sendiri lesbian."
"Yaa abisnya lo satu-satunya cewe yang bersikap biasa aja di deketin most wanted kaya dia Thaa. Gue ga ngerti deh sama jalan pikir lo."
"Okee, gue akuin dia cowo yang hampir perfect walaupun kelakuannya yang absurd kek gitu. Tapi ya tetep aja gue ga suka dipaksa Na, dia siapa gue bisa paksa-paksa gue."
"Halahh terserah lo deh Tha, tapi lo harus tau, kalau Ka Adrian ingin sesuatu, dia pasti berusaha keras buat dapetin itu. Lo siap-siap aja, rela dah gue, ngasih dia buat lo Tha.."
"Terserah. Yang pasti gue ga akan segampang itu mau jadi milik dia. Gue sama sekali ga tertarik." Jawab Aletha ketus.
***
Adrian, Alvaro dan Revan sudah setia duduk di bangku panjang kantin dengan meja kayu di hadapannya sejak awal bel istirahat berbunyi. Ketiganya selalu melakukan banyak hal bersama sejak masih sekolah di bangku SMP.
"Malem ini gue nginep di rumah lo ya bro. Gadang maen Play Stasion gow. Besok kan sabtu, rutinan." Ucap Alvaro, menaikan sebelah alisnya.
"Gue juga." Sambar Revan yang tak mau ketinggalan.
"Gow. Tapi jangan modus anjir."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend is Bad Boy
Teen Fiction-[ZONA BAPER] Entah apa yang mereka lihat darinya. Dari lelaki berpenampilan urakan dengan kelakuan yang super absurd itu. Dia yang selalu ingin mendapatkan apa yang dirinya inginkan. Dan benar saja dia memang selalu mendapatkan apa yang menjadi ing...