AdriTha 20

8.2K 319 6
                                    

'Kecewa itu ada saat kamu terlalu percaya dan menganggap penting orang lain,'

-Aletha Titania Ganesa

***

Aletha berjalan menelusuri lorong Angkasa Putra. Kepalanya menunduk menyembunyikan kantung mata yang tak sembuh dalam waktu semalam. Sesekali tangannya berusaha mengucek kedua matanya berharap matanya bisa kembali normal, padahal hal itu sama sekali tak akan berpengaruh.

Aletha menjatuhkan kepalanya di tumpuan kedua tangannya di atas meja, keributan anak-anak di kelas tak ia hiraukan, situasi perasaannya kali ini tak sedang baik, andai saja ia bisa bolos sekolah, namun hal itu bukan hal yang selalu ia lakukan, ia tak seperti Adrian yang bisa melakukan apa yang diinginkannya.

***

Adrian menaiki tangga menuju loteng sekolah, dengan tas yang menggantung di bahu kanannya. Seragam putih-abu yang membalut tubuhnya menambah kesan tinggi pada tubuh jangkung lelaki itu.

Tubuhnya ia sandarkan pada tembok yang menghadap tepat ke kebun belakang sekolah, matanya terpejam, nafasnya berhembus beberapa kali, tangannya merogoh saku celananya mengeluarkan benda berbetuk pipih yang bergetar menandakan adanya panggilan.

"Aletha pilih gue dan lo tau itu. Lo bisa jauhin dia mulai sekarang." Suara seseorang di sebrang sana membuat Adrian geram lalu mematikan panggilan secara sepihak.

Ponselnya ia lemparkan pada tas yang tergeletak di loteng, lalu ia berjalan cepat menuruni tangga dengan emosi yang memuncak, ia tak lagi bisa menahan.

Orang-orang di sekitar lorong yang menyapanya tak ia hiraukan. Pandangannya lurus ke depan, tangannya mengepal kuat, sampai akhirnya langkahnya terhenti di depan kelas bertuliskan XII-IPA-2.

Langkahnya memasuki kelas tersebut terhenti di hadapan meja paling sudut, matanya menatap mata yang sejak kedatangannya seperti melemparkan kesan yang tak kalah geram dengannya

BURGG!
Hantaman keras mendarat tepat di tengah-tengah wajah Ifan saat Adrian berhasil menarik kerah baju lawannya itu hingga berdiri. Ifan tersungkur hingga tubuhnya membuat meja kayu tergeser tak lagi rapi, tangannya mengusap darah yang keluar dari salah satu lubang hidungnya.

Siswa-siswi yang melihat kejadian tersebut hanya menonton dengan celotehan bermacam-macam menduga penyebab Adrian sampai mendatangi Ifan, diantara semuanya tak ada yang berani menghentikan keduanya, mereka memilih untuk sama sekali tak ikut campur.

"Berdiri anjing!" tatapan kalap Adrian membuat Ifan menyunggingkan senyuman sambil berusaha berdiri, namun tak berniat untuk membalas pukulan lelaki di hadapannya.

Pukulan keras kembali didapatkan Ifan saat baru saja ia berdiri, darah segar menyusul mengalir dari sudut bibirnya, tubuhnya kembali tersungkur, Adrian yang kalap menikam Ifan seperti akan menghabisinya, berkali-kali pukulan yang dilemparkannya membuat siapa saja yang melihat bergidik ngeri melihat dirinya yang sedang emosi.

"Berhenti!" Teriakkan seseorang membuat Adrian menghentikan aksinya, namun tetap di posisi yang sama tanpa menoleh ke arah suara yang ia yakini itu pasti Aletha.

Aletha mendorong kuat tubuh Adrian menjauh dari Ifan yang tersungkur lemah, tangannya berusaha membantu Ifan berdiri, lalu memapahnya melangkah melewati Adrian yang berdiri kaku.

Kecewa kembali menjalar dalam diri Adrian, seolah tak peduli keberadaannya, kini Aletha benar-benar tak menganggapnya. Ia tak mengerti apa yang terjadi, seolah ia telah lama meninggalkan bumi sampai-sampai tak bisa mengetahui situasi apa yang terjadi sehingga membuat perempuan itu berubah secepat ini.

***

"Dia ngambil apa yang saya punya bu!" jawab Adrian.

"Kenapa kamu ga ambil baik-baik saja apa punya kamu itu?" tanya Bu Fani.

"Masa iya saya bersikap baik-baik sama pencuri bu?" pertanyaan Adrian membuat Bu Fani selaku guru BK tersebut menggelengkan kepala, begitu pun dengan guru-guru yang lain yang berada di ruang guru tersebut.

"Tapi kan Ifan teman kamu Adrian, kamu ga seharusnya mukulin Ifan sampai seperti itu," tutur lembut Bu Fani sama sekali tak membuat Adrian membenarkan sedikit saja perbuatan Ifan.

"Mending kamu minta maaf sama Ifan ya, setelah itu pihak sekolah tak akan menghukum kamu," lanjut Bu Fani.

"Kenapa harus saya yang minta maaf bu, kan bangsat yang salah bu," celetus Adrian, membuat guru-guru yang mendengarnya melotot.

"Maksud saya fani bu,

"Ehh maksud saya Ifan bu," Bu Fani melotot ketika tiba-tiba namanya terucap oleh Adrian.

"Kamu ngeledek saya?!" Bentakan Bu Fani sama sekali tak membuat Adrian gentar, karena saking sudah biasanya berhadapan dengan guru BK.

"Ngga bu, tadi saya typo, abisnya masa iya saya yang minta maaf, saya gamau ah bu," Adrian menegakkan duduknya.

"Kalau seperti itu, kamu ibu scorse selama satu minggu!" Bentak Bu Fani yang akhirnya menjatuhkan hukuman pada murid urakan di hadapannya.

"Alhamdulillahhh, makasih bu, saya memang lagi ga mood ke sekolah, ibu pengertian sekali," bibir Adrian menyeringai tatkala mendengar hukuman yang diberikan padanya, hal itu tentu saja membuat semua guru semakin tak mengerti dengan sikap satu murid ini, murid yang senang diberi hukuman.

"Yaudah saya pulang sekarang ya bu, Assalamualaikum, terimakasih banyak sekali lagi bu, saya tak akan melupakan kebaikan ibu. Adrian sayang ibu, tapi lebih sayang Aletha bu. Assalamualaikum," Adrian bangkit dari duduknya lalu menyalami satu per satu guru di ruangan tersebut.

***

Yasss akhirnya up disela-sela kesibukannn😂
Maaf slow update, tapi pastikan kalian stay yaaa di MBiBB😊
Up selalu diusahakan secepatnyaaa!!!
Don't forget to voment guys, karena voment kalian penyemangat untuk tetap lanjutin cerita ini😆

See you❤

My Boyfriend is Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang