AdriTha 27

8K 314 9
                                    

'Apapun masalahnya, jangan sembunyi, jangan hadapi sendiri, untuk apa ada aku?'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Apapun masalahnya, jangan sembunyi, jangan hadapi sendiri, untuk apa ada aku?'

-Adrian Muhammad Arsy

***

Adrian menyandarkan tubuhnya di kursi kemudi mobil yang terparkir tak jauh dari gerbang Angkasa Putra. Matanya ia pejamkan sesekali menahan sakit kepala yang ia rasakan sejak tadi.

Setelah istirahat tadi, Adrian memutuskan untuk menunggu Aletha sampai pulang sekolah di mobilnya. Padahal perempuan itu sudah menyuruh dirinya pulang, hanya saja ia kekeh menunggu Aletha.

Waktu telah menunjukkan pukul 15.00 pada jam yang melingkar di pergelangan tangan kiri Adrian, beberapa menit kemudian terdengar bel sekolah berbunyi, menandakan kegiatan belajar mengajar di Angkasa Putra berakhir. Adrian menengadah lewat jendela mobilnya, memperhatikan setiap siswi yang berhamburan dari gerbang sekolah dan memastikan bahwa Aletha melihat posisi dirinya.

Di sebrang sana Aletha tersenyum melambaikan tangannya ke arah Adrian yang menaikkan sebelah alisnya. Aletha menengok ka arah kanan dan kiri sebelum akhirnya menyebrang menuju mobil Adrian.
Baru saja ia hendak membuka pintu mobil, lengan kanannya di tarik oleh lelaki yang tiba-tiba muncul dari arah belakang.

Adrian memegang erat kemudi sebelum akhirnya keluar mobil dengan cepat, menghampiri Ifan yang baru saja menarik tangan Aletha.

"Bangsat!" Teriak Adrian, membuat Ifan menoleh ke arah lelaki yang memanggilnya tanpa melepaskan genggamannya pada lengan Aletha.

Tanpa mengatakan apapun, Ifan kembali melanjutkan langkahnya, tak menghiraukan Adrian. Membuat lelaki itu melesat mengejar Ifan dengan bogeman keras yang berhasil mendarat di pipi Ifan.

Aletha melangkah menjauh beberapa langkah, ia tersentak kaget melihat kemarahan Adrian, ia tak mampu mengatakan apapun pada saat ini, ia tak memiliki pilihan, jika ia mengikuti Ifan jelas Adrian tak akan membiarkannya, jika ia mengikuti Adrian, banyak kemungkinan buruk yang selanjutnya akan terjadi pada Adrian.

Aletha menghentikan taxi yang melintas lalu masuk ke dalamnya, tanpa menghiraukan pertikaian Adrian dan Ifan. Sedetik kemudian Adrian mengikuti Aletha masuk ke dalam taxi, menutup keras pintu taxi lalu segera mengatakan pada supir untuk segera jalan.

Ifan menendang kosong udara melihat taxi yang melaju begitu saja. Tangannya mengusap darah segar pada sudut bibirnya. Lalu meludah ke sembarang arah.

Adrian meraih lengan kiri Aletha memastikan bahwa tidak ada luka akibat genggaman Ifan. "Sakit?"

"Gapapa,"

Beberapa saat keduanya hening dalam pikiran masing-masing. Aletha menatap ke arah keluar jendela, sedangkan Adrian merasakan kepalanya yang semakin terasa pusing.

"Apapun masalahnya, jangan sembunyi, jangan hadapin sendiri." ucap Adrian masih dengan posisi menundukkan kepalanya, kedua tangannya memencet kedua pelipisnya.

Aletha melirik ke arah Adrian yang menunduk, ia hanya mencoba mencerna perkataan Adrian yang baginya seperti ancaman.

Adrian menyandarkan kepalanya pada kursi mobil, matanya memejam lekat, sesekali keningnya mengkerut. Aletha yang melihatnya sigap memegang kening Adrian,
"Kamu demam, kenapa ga bilang?"

"Gapapa," jawab Adrian singkat.

"Panas kamu tinggi, "

"Aku cuman kurang tidur."

"Ke rumah sakit terdekat ya pak!" titah Aletha pada supir taxi.

"Aku gapapa,

"Pulang aja pak." Tangkas Adrian.

"Rumah sakit pak." Mendengar perbedaan keinginan tersebut, membuat supir bingung harus mengikuti keinginan siapa.

Adrian tak lagi beradu argumen dengan Aletha, ia hanya terdiam mengikuti keinginan Aletha yang akan membawanya ke rumah sakit.

"Gimana Dok?" tanya Aletha setelah dokter selesai memeriksa.

"Suhu tubuhnya masih sangat tinggi, harus banyak beristirahat, untuk mencegah sakitnya semakin parah, ia terpaksa harus di rawat di rumah sakit untuk sementara, sampai keadaannya membaik."

"Halah ga usah lah Dok, saya mah kuat." Celetuk Adrian.

"Ssssttttt!" Tangkas Aletha, mendorong kembali Adrian agar berbaring di ranjang rumah sakit.

Dokter hanya terkekeh melihat keduanya, lalu ia meninggalkan ruangan setelah menitipkan beberapa pesan pada Adrian agar lekas sembuh.

"Jangan sakit," lirih Aletha, membenamkan kepalanya pada tumpuan kedua tangan yang dilipat di atas ranjang tepat di samping tubuh Adrian.

"Aku gapapa, kamu aja yang lebay."

"Ga denger tadi dokter bilang apa?!" Nada suara Aletha meninggi, mendongkakkan kepalanya, melotot ke arah Adrian.

"Iya iyaaa merak galak, ga usah khawatir, aku gapapa. Pulang sekarang juga aku mampu." Adrian menyelipkan anak rambut pada telinga Aletha.

"Jangan, sampe kamu bener-bener sembuh."

"Asal kamu disini," Adrian memasang wajah fluppy, memperlihatkan sifat manja seperti seorang balita yang meminta mainan, tangannya menggenggam erat tangan gadis di sampingnya.

"Iya,"

Adrian tersenyum tenang. Matanya mulai ia pejamkan, kantuk begitu terasa setelah ia meminum obat yang diberikan dokter, tangannya enggan melepas tangan gadis di sampingnya, seperti tak ingin sedikitpun ditinggalkan.

Aletha mengusap jambul rambut lelaki yang kini tertidur dengan tangan kirinya yang dianggurkan, sesekali ia memastikan suhu panas tubuh Adrian turun dengan tangannya yang ia tempelkan pada kening Adrian.

***
Haiii guysss!!!
Maaf untuk keterlambatan update karena kesibukan anak kelas 12:(
Saya harap kalian ga bosen nunggu karena cerita ini akan diselesaikan sebanyak apapun kesibukan itu😊
Don't forget to voment, karena voment kalian bisa buat saya gemes biar cepet update😆

See You❤

My Boyfriend is Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang