'Aku ada pada sebagian kamu, membuatmu tersenyum, melupakan tangismu dan membunuh apa yang mengganggumu.'
-Adrian Muhammad Arsy
***
Aletha meregangkan tubuhnya di atas sofa ruang tamu saat baru saja sampai di rumahnya. Matanya melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 14.00 . Seharusnya dirinya masih berada di sekolah, namun Adrian membawanya untuk pulang saja hari ini.
Ponselnya bergetar sejak tadi, ia enggan mengangkat panggilan dari Reyna yang sudah pasti mencarinya. Namun setelah berpikir akhirnya ia mengangkat telfon bawel tersebut.
"Alethaaaa lo dimanaa? Lo bolos kemana? Dari tadi juga gue telfon, tas lo tinggal, motor lo tinggal, lo dimanaa? Gila kali lo, gue bingung jawab setiap guru yang nanyain lo," celoteh Reyna yang tentu saja membuat Aletha menjauhkan ponselmya dari telinganya.
"Reynaa berisikkk, panas kuping gue iniii!"
"Lah malah auto gass, orang jelas lo yang salah kan gue yang kena." Dengus Reyna.
"Iya iyaa iya maaf, gue udah balik dan sekarang gue udah di rumah, gue ga inget sama barang-barang gue, karena gue blank bangetttt." Jelas Aletha.
"Sejak kapan lo bisa lupa sama barang-barang lo? Apalagi ini motor kesayangan lo? Pasti deh ada yang buat lo kek gini kan kannn? Ngaku lu Thaaa." nada bicara Reyna mengintrogasi dengan kepenasaranan dirinya yang hebat.
"Emang gue balik sama Adrian hehee," Aletha nyengir, tentu saja Reyna di sebrang sana menampakkan wajah sebal.
"Hah kok bisaa? Bukannya lo udah putus? Terus kan Adrian masih di scorse, kok dia bisa di sekolah? Kalian balikan lagi? Kapan? Kok lo ga cerita ke gue? Jahat lu Tha, anggap gue apa?"
"Suttttt suutttt sutt Reyna Reyna sayang, udah yaa introgasi gue nya, gue mau mandi dulu. Yang penting lo bantuin gue yaa bawa barang gue itu, termasuk bawain motor gue, kuncinya ada di tas,"
"Tapi kan Thaa, gue mau pulang bareng,"
TUT TUT TUT.
Belum sempat Reyna menyelesaikan bicaranya, Aletha sudah memutus panggilan sepihak, Reyna disana hanya uring-uringan merespon kelakuan Aletha yang kali ini benar-benar menyusahkannya.
***
Adrian memasuki rumahnya dengan keadaan yang lesu dan wajahnya yang memucat, mungkin ini akibat semalam ia tidur di atap sekolah dengan keadaan perut yang kosong.
"Aden, kenapa baru pulang? Semalem dimana? Bibi khawatir, " ucap Bi Minah yang muncul dari arah dapur, mendekati Adrian.
"Iyaa Bi, Adrian males ada di rumah yang di dalemnya ada nenek lampir egois. Bibi ga usah khawatir,"
"Muka Aden pucat, " Bi Minah menenempelkan punggung tangannya di dahi Adrian.
"Panas, bibi anter ke dokter ya?" Ajak Bi Minah dengan wajah cemas.
"Ga perlu Bi, Adri cuma butuh istirahat aja kok, Bibi tenang aja." Adrian menurunkan tangan Bi Minah dari dahinya, lalu menggenggamnya sekejap.
"Yaudah, nanti bibi bawain makan ke kamar Aden ya," ucap Bi Minah. Adrian mengangguk lalu berlalu menaikki tangga menuju kamarnya.
Adrian membaringkan tubuhnya setelah mandi dan mengganti pakaiannya. Matanya menatap langit-langit kamar yang terlihat menjadi dua dalam matanya karena kepalanya yang pusing serta suhu badannya yang tinggi.
Ia memikirkan perkataan Aletha tadi, tentang alasan mengapa gadis itu berubah. Mata Adrian memejam melampiaskan kemarahan yang tertahankan.
*flashback on
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend is Bad Boy
Teen Fiction-[ZONA BAPER] Entah apa yang mereka lihat darinya. Dari lelaki berpenampilan urakan dengan kelakuan yang super absurd itu. Dia yang selalu ingin mendapatkan apa yang dirinya inginkan. Dan benar saja dia memang selalu mendapatkan apa yang menjadi ing...