'Jangan cari saya, jangan atur hidup saya, anda tak tahu bagaimana caranya membuat saya bahagia.'
-Adrian Muhammad Arsy
***
Dering telfon di nakas samping ranjang rumah sakit berdering, membuat Adrian tersentak dan bangun dari tidur lelapnya. Matanya berusaha menetralkan pandangan sebelum akhirnya meraih ponsel yang merengek minta diangkat.
"Kamu dimana?!" tanya Arga di sebrang sana.
Adrian tak berniat untuk menjawab pertanyaan ayahnya tersebut. Ia memilih untuk tetap sendiri di rumah sakit, daripada harus menemui orang-orang yang mendesaknya melakukan apa yang tak pernah ia suka.
"Jawab Papah Adrian!"
"Adrian belum mau pulang."
"Kamu harus pulang!"
"Iya nanti,"
"Kapan?"
"Kapan-kapan" jawaban polos Adrian membuat Arga menghela nafas. Telfon digenggamannya langsung diambil alih oleh Mona yang tepat di sebelahnya.
"Adrian sayang, ayo pulang nak.."
Adrian bergidik ngeri mendengar suara tersebut, suara yang harusnya terdengar lembut namun terasa seperti suara musuh baginya, "Ga udah sok manis gitu ah," jawabnya.
"Kasihan papah, kasihan Luna, mereka khawatir sama keadaan kamu. Ini udah lewat tengah malam, kamu dimana?"
"Dimana mana hatiku senang. Asal ga ada lo!" sahut Adrian dengan nada lagu anak-anak tersebut.
"Keputusan kami itu untuk kebahagiaan kamu sayang," bujuk Luna.
"Tahu apa anda soal kebahagiaan saya? Hidup saya bahagia sebelum ada Anda, jangan atur saya, jangan perdayakan papah saya. Jika Anda ingin saya bahagia, Anda tahu bagaimana caranya, pergi!" ucapan tegas Adrian membuat Mona semakin tertegun dan merasakan panas akibat emosinya yang sedari tadi ia tahan.
Adrian memutuskan panggilan sepihak. Ia tak ingin lebih banyak lagi berbicara dengan ibu tirinya itu, ia juga tak berniat sedikitpun untuk membahas soal Luna dan rencana tunangan yang mereka rencanakan. Ia benar-benar tak peduli.
***
Mimpi itu membuat Aletha kini terbangun dari tidurnya, matanya melirik ke arah jam yang masih menunjukkan pukul dua dini hari. Matanya terjaga, pikirannya mencoba mengartikan mimpi aneh tersebut.
Di alam mimpinya ia melihat Ian kecil yang berjalan mendekatinya, dalam mimpi tersebut Aletha hanya terdiam, tak menyambut lelaki itu dan tak juga pergi dari pandangan lelaki yang melangkah mendekatinya. Namun semakin dekat jarak lelaki itu dengan Aletha, mata Aletha justru melihat bahwa Ian yang ia lihat tiba-tiba saja menjadi Adrian. Entah bagaimana yang dirasakannya dalam mimpi tersebut, namun dirinya hanya berlari menjauhi Adrian yang berusaha mengejarnya. Aletha hanya menangis sambil berusaha tetap menghindar dari Adrian, lalu lelaki itu mulai berhenti kelelahan dengan kata terakhir yang lolos dari mulutnya, "Maaf Atha,"
Entah apa lagi yang terjadi di alam mimpi tersebut jika saja Aletha tak terbangun saat ini. Ia tentu saja merindukan sosok tersebut, teman kecil yang dulu selalu ada untuknya. Namun kini ia tak lagi bisa terus-menerus memikirkan seseorang yang bahkan menghilang sejak lama dan tak pernah berusaha untuk kembali. Ia memutuskan untuk melupakan segala yang terjadi di masa lalunya.
Di sisi lain Adrian menatap layar ponsel yang menampilkan sebuah aplikasi pesan berupa WhatsApp. Memainkan kedua jempolnya disana tanpa mengetik sebuah pesan, ia hanya melihat beberapa history kontak yang ada disana karena ia tak lagi bisa melanjutkan tidurnya. Lalu ia beralih pada roomchat salah satu kontak bernamakan 'Mine' dengan tambahan emoticon burung merak.
Ia membaca ulang isi chat tersebut. Lalu jempolnya mengetikkan sebuah pesan saat setelah melihat tulisan 'online' di roomchatnya bersama Aletha.
Kamu bergadang?!
Ngegas yaelah_- aku kebangun..
Kenapa? Inget aku?
Mimpi buruk
Mimpi aku mati? ☹
Bukan Adrian.
Terus??
Mimpi masa lalu,
Deg. Adrian tersentak membaca pesan Aletha, pikirannya langsung tertuju pada dirinya yang belum memberi tahu Aletha tentang dia adalah teman kecilnya, teman yang meninggalkannya.
Kamu berdoa dulu, terus lanjut tidur, besok harus sekolah kan?
Males sekolah 😣
Biar aku aja yang males, kamu mah kudu rajin😘
Ehh boleh deng males aja, ga usah sekolah, mending kesini rawat aku
Ga.
Aletha mendelik melihat balasan Adrian yang justru menyuruhnya untuk bolos. Ia langsung menaruh benda pipih tersebut lalu kembali mencoba memejamkan matanya untuk melanjutkan tidur.
***
Sepulang sekolah Aletha langsung bergegas menuju rumah sakit untuk menemui Adrian. Ia tak mengatakan apapun termasuk pada Reyna yang bertanya kemana dirinya akan pergi. Sebenarnya ia bisa saja memberi tahu, namun Adrian menyuruhnya untuk tidak memberitahukan keberadaan dirinya pada orang lain terutama Luna. Aletha tak mengetahui apa alasannya, yang ia tahu Adrian tak ingin keluarganya menemuinya, entah masalah apa Aletha tak tahu karena Adrian selalu saja mengalihkan pembicaraan saat dirinya bertanya perihal apa masalah yang dihadapi Adrian. Aletha hanya berusaha untuk mengerti keadaan Adrian sekarang, mungkin saat ini lelaki itu tak ingin membahas soal masalahnya, jadi Aletha hanya berusaha menahan lebih dulu egonya untuk mengetahui masalah tersebut. Ia tak berniat untuk memaksa Adrian menceritakan perihal masalahnya, ia yakin Adrian akan menceritakan semuanya pada waktu yang tepat menurutnya.
Adrian berpura-pura memejamkan matanya saat terdengar suara knop pintu yang hendak dibuka dari luar. Yang ia yakini itu adalah Aletha.
Aletha duduk di kursi samping ranjang Adrian, ia tak berniat untuk membangunkan lelaki tersebut. Ia menatap lekat wajah Adrian yang membuatnya kembali teringat pada mimpi yang menurutnya buruk itu. Pikirannya berusaha menghilangkan segala terkaan tentang Ian yang berkaitan dengan Adrian.
Adrian membuka perlahan matanya melihat Aletha yang menundukkan kepalanya di atas tumpuan kedua tangannya. Membuat Adrian menghentikan aksi pura-pura tersebut. Tangannya mengelus kepala Aletha beberapa kali, membuat perempuan tersebut mendongkak.
"Kamu kenapa?" tanya Adrian menatap lekat mata Aletha yang telah berkaca-kaca.
"Aku cuma inget mimpi semalam, gapapa." Aletha berusaha tersenyum dan menepiskan segala pikirannya tentang mimpi tersebut.
Adrian tak tahu apa sebenarnya isi dari mimpi Aletha, namun ia begitu risau jika saja prasangkanya benar. Kini rasa takut menjalar pada dirinya memikirkan hal buruk yang akan terjadi jika suatu saat mungkin Aletha tak bisa menerima kenyataan tentang dirinya yang merupakan masa lalu perempuan tersebut.
"Apapun yang terjadi, kamu harus tau aku akan berusaha terus ada. Kamu harus tau setiap apa yang aku lakukan itu adalah usaha untuk kamu tetap ada disini. Jadi tolong jangan pergi," ucap Adrian.
Aletha hanya mengangguk dan berusaha mencerna apa maksud dari perkataan Adrian.
***
Hallo😆
Maaf telah membuat kalian merasa digantung karena up yang low parah:(
Saya harap kalian keep stay, karena bagaimanapun cerita ini akan terus up😊
Happy reading guys!!!
Don't forget to voment😆See You❤
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend is Bad Boy
Novela Juvenil-[ZONA BAPER] Entah apa yang mereka lihat darinya. Dari lelaki berpenampilan urakan dengan kelakuan yang super absurd itu. Dia yang selalu ingin mendapatkan apa yang dirinya inginkan. Dan benar saja dia memang selalu mendapatkan apa yang menjadi ing...