AdriTha 24

7.7K 302 7
                                    

'Bila katanya temu adalah penyembuh rindu, itu tidak bagiku. Nyatanya saat kau jelas terlihat di mataku, rindu itu masih saja mengganggu, menggebu dan kadang menimbulkan pilu. '

-Aletha Titania Sasha

***

Jam masih menunjukkan pukul 06.15 , koridor sekolah masih tampak sepi, siswa-siswi Angkasa Putra masih bisa terhitung berapa yang sudah menginjak tanah sekolah ini. Salah satunya adalah Aletha, gadis yang kini berjalan lunglai melewati koridor sekolah dengan pikiran yang berlalu-lalang memikirkan beberapa hal.

Ponsel digenggamannya menjadi sasarannya, ia membuka aplikasi pesan lalu memilih satu kontak bernamakan 'Adrian Muhammad Arsy' , jempolnya naik turun di atas layar pipih tersebut, sesekali tertawa geli membaca beberapa pesan dahulu dari Adrian, ia rindu, bahkan kini ia hanya bisa membaca riwayat obrolan mereka saja.

Kakinya berhenti di depan tangga menuju atap sekolah, lalu ia membelokkan badannya menuju atap tersebut. Kaki nya menaiki anak tangga satu persatu, ingatannya kini menyeluruh pada lelaki yang sangat menyukai tempat ini.

Mata Aletha membelalak saat dirinya sampai di anak tangga teratas, melihat seseorang di pojok tembok atap sekolah tersebut, seorang yang kini memeluk kedua lututnya sebagai tumpuan kepalanya, matanya tertutup, namun tubuhnya terlihat gemetar kedinginan, ia tertidur lelap namun terlihat sangat gelisah akibat hembusan angin yang membuat siapa saja enggan keluar rumah.

"Adrian," Aletha menyipitkan matanya memastikan bahwa yang ia lihat memang nyata, kemudian dia mengucek kedua matanya jika saja itu hanya imajinasinya. Namun seseorang yang ia lihat memang benar ada, kini langkahnya mulai mendekati lelaki tersebut, dengan langkah yang hati-hati agar Adrian tak terbangun.

Aletha berjongkok di hadapan lelaki yang matanya masih terpejam, lalu ia menanggalkan switter hitam miliknya pada tubuh Adrian, membenahinya berharap bisa mengurangi rasa dingin yang dirasakan lelaki tersebut.

Pikirannya menduga-duga mengapa Adrian bisa tertidur disini, sejak kapan dia disini, bukankah masa scorse dia belum selesai, apa dia ada masalah di rumah, kenapa dia memilih pergi kesini. Begitulah berbagai pertanyaan yang muncul kini di benak Aletha, ingin sekali ia membangunkan Adrian, namun ia sadar kini situasi diantara mereka tak lagi sama, ia tak ingin menambah beban Adrian yang ia yakini tengah memiliki masalah.

Aletha menatap lekat wajah Adrian dengan jarak yang begitu dekat, mencoba mencari masalah yang mungkin saja bisa ia tebak, matanya berkaca kemudian, mengingat bahwa kini untuk menatapnya saja ia harus diam-diam, untuk berada di dekatnya saja ia harus menunggu takdir waktu yang kebetulan.

Tangan Aletha terjulur mengusap pelan rambut Adrian, lalu ia berdiri melangkah menjauh dari lelaki itu, meninggalkan Adrian yang masih tertidur. Tangisnya terisak, ia lekas berlari menuruni tangga sebelum Adrian menyadari keberadaan dirinya.

***

Sinar matahari yang kini berada di sepenggal langit menyorot tepat pada wajah Adrian yang matanya masih tertutup. Hingga akhirnya lelaki itu menyipitkan matanya, membukanya perlahan hingga sepenuhnya.

Adrian langsung berdiri dari duduknya, hingga kain rajut terjatuh tepat di depannya. Ia meraih switter itu dengan tangan kananya, mengendus aroma dari switter tersebut, matanya membelalak kemudian, "Athaa,"

Tanpa aba-aba ia langsung merapikan dirinya dengan pakaian yang ia kenakan kini, kaos putih pendek dengan jaket denim yang membalut tubuhnya serta celana jeans pendek yang tak sempat ia ganti ketika keluar dari rumah.

Ia tak peduli dengan pakaian yang ia kenakan di sekolah bukanlah seragam, pergelangan tangannya mengucek kedua matanya sebelum akhirnya menuruni anak tangga cepat, bagaimanapun ia harus tetap terlihat ganteng pikirnya.

Jam mununjukkan pukul 10.15, menandakan bahwa ini masih termasuk jam istirahat Angkasa Putra, Adrian berlari menuju kantin, tak memperdulikan kini dirinya menjadi pusat perhatian banyak siswa di sekitaran sekolah.

Ia melihat di semua penjuru kantin, namun matanya tak berhasil menemukan sosok yamg dicarinya. Ia berbalik mengitari sekolah mulai dari kelas Aletha, perpustakaan, UKS, koperasi, hingga lapangan basket, namun tak juga menemukan Aletha.

Adrian berjalan menuju tempat terakhir yang belum ia datangi, parkiran. Langkahnya melambat, tangannya beberapa kali mencoba menghubungi Aletha, namun nomornya belum juga aktif sejak tadi.

Langkah Adrian terhenti saat melihat gadis yang terduduk di sebuah bangku taman sekolah sebelum parkiran. Ia melangkah menuju gadis tersebut, "Athaa,,"

Aletha berdiri dengan jarak beberapa langkah dari Adrian, tangisnya masih saja terisak tak kunjung reda. Ia terpaku berdiri dengan tatapan yang enggan lepas dari Adrian.

Spontan Adrian berlari kecil mendekap tubuh Aletha, mengusap kepalanya, membiarkan gadis itu menumpahkan semua air mata di bahu miliknya.

"Maaf aku ga pernah mau denger penjelasan kamu," lirih Adrian semakin kuat memeluk gadis yang kini belum menghentikan isakannya.

Aletha melerai pelukan Adrian, matanya terpejam, lalu tangan Adrian menyeka air mata Aletha, kemudian lelaki itu menggenggam tangan Aletha, menggiringnya meninggalkan taman menuju parkiran sekolah.

***

Aletha menggenggam erat jaket yang Adrian kenakan, kepalanya ia sandarkan pada punggung Adrian, matanya terpejam merasakan hembusan angin siang itu. Ketenangan menjalar pada dirinya saat dekat dengan lelaki yang kini membawanya. Untuk kali ini ia tak mau peduli dengan masalah apapun yang menekan dirinya tentang Adrian.

***

'Detak detik waktu menekan perasaan yang tak mampu terungkap, menahan alasan yang seharusnya ku lepaskan. Bahkan kini pikiran dan perasaan beradu hebat. Namun tetap saja aku kembali pada sosok kamu, memenangkan perasaan yang memang seharusnya tak pernah bisa disalahkan.'

***

YEAYYY UPDATE!!!😆
Don't forget to voment guys!!!😊
Buat notif yang bisa bikin gw semakin semangattt heheee😂

See You❤

My Boyfriend is Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang