Sepulang sekolah Luna bergegas menuju kamar Adrian dengan membawa sebaskom air hangat serta lap handuk setelah mengetahui kabar Adrian yang demam dari Bi Minah.
Ia mendapati Adrian dengan mata yang terpejam. Dirinya mendekat memegang kening lelaki itu, hingga kini suhu panas sangat terasa di punggung tangannya. Lantas Luna mulai mengompres Adrian dengan lap handuk itu, ia melakukannya dengan sangat hati-hati agar lelaki itu tak terbangun karena keberadaannya.
Tangan Luna mengusap lembut kepala lelaki yang kini terbaring lemah, ia merasa senang bisa sedekat ini dengan Adrian, apa hanya dalam kondisi seperti ini saja ia bisa dekat Adrian, dia berharap seterusnya ia bisa menjadi seseorang yang berada dekat dengan Adrian.
***
Perlahan Adrian membuka matanya, tangannya memegang kepala yang terasa sangat pening. Matanya terarah pada jendela kamar yang dirasuki sinar matahari pagi, lalu menoleh ke arah jam yang menunjukkan pukul 08.00 . Ia menyadari kini bahwa dirinya tak sadarkan diri sejak kemarin sore.
Suhu tinggi yang dirasakan tubuhnya membuat Adrian melemah hingga sulit untuk bangkit dari ranjangnya. Ia melirik ke arah meja yang terdapat nampan berisi beberapa potongan roti, segelas air serta tablet obat. Adrian meraih nampan tersebut, menghabiskan semua tak lupa juga dengan obatnya, berharap setidaknya ia bisa memiliki energi untuk bangkit.
Kepalanya terasa sangat pening ketika ia berdiri, pandangannya seperti hendak kabur, ia berdiam sejenak berusaha membiasakan tubuhnya dan memperjelas pandangannya, lalu ia berjalan menuju kamar mandi, dan keluar dengan pakaian yang telah diganti.
Adrian meraih ponsel yang tergeletak di kasur, lalu ia mengenakan switer berwarna abu dengan kupluk yang ia tanggalkan pada kepalanya. Ia beranjak keluar dari kamar berusaha menepiskan peningnya, lalu menuju mobil yang bertengger di garasi rumahnya.
***
Aletha berjalan keluar dari kelasnya hendak menuju kantin untuk menyusul Reyna dan Bella yang ada disana. Ia memang menyuruh yang lain untuk pergi ke kantin lebih dulu, karena tadi ia belum mau pergi ke kantin akibat perutnya terasa sangat sakit, ia tak tahu mengapa.
Beberapa siswa-siswi yang berada di sekitaran koridor memperhatikan Aletha, membuat gadis itu merasa tak nyaman, ia tak tahu apa yang salah pada dirinya hingga mereka memperhatikannya. Namun ia tetap berusaha terlihat biasa saja.
Di sisi lain, Adrian tersenyum dari jarak jauh serta bayangannya yang sedikit mengabur mendapati sosok yang ia yakini itu Aletha. Ia langsung mempercepat jalannya menyusul gadis itu. Matanya melotot tatkala melihat bercak darah yang ada pada rok abu yang dikenakan Aletha, selanjutnya ia melihat orang-orang sekitaran gadis itu memperhatikan Aletha tak wajar. Dengan cepat ia berlari seperti hendak menangkap Aletha. Gadis itu tersentak menoleh ke arahnya.
"Adrian?! Ngapain di sekolah? Terus ini ngapain?" sontak Aletha terkejut melihat Adrian yang ada di sekolah pada masa scorsing, ia juga mempertanyakan mengapa lelaki itu berada begitu dekat di belakang Aletha.
"Kamu lagi pms?" tanpa aba-aba Adrian langsung menanyakan hal yang lebih penting saat ini.
"Hah? Hmm ngga,
Aletha melotot kemudian setelah mengingat sakit perut yang sejak tadi ia rasakan apa mungkin karena ini harinya ia kedatangan tamu,
"Jangan bilang kalau aku?" tanya Aletha menggantungkan ucapannya.
"Iya," jawab Adrian singkat dengan raut wajah bingung tak tahu harus bagaimana, belum lagi kini orang-orang memperhatikan posisi keduanya terpaku berdiri, Adrian berada di belakang Aletha berusaha menutupi rok yang dikenakan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend is Bad Boy
Teen Fiction-[ZONA BAPER] Entah apa yang mereka lihat darinya. Dari lelaki berpenampilan urakan dengan kelakuan yang super absurd itu. Dia yang selalu ingin mendapatkan apa yang dirinya inginkan. Dan benar saja dia memang selalu mendapatkan apa yang menjadi ing...