Adrian menatap fokus ke arah depan dengan kemudinya. Wanita yang kini duduk di sebelahnya tak ia hiraukan. Pikirannya kini benar-benar penuh dengan berbagai tekanan dari orang tuanya soal perjodohan dirinya dengan wanita di sampingnya, Luna.
"Adrian?" Luna memanggil lelaki di sampingnya lirih.
"Kenapa?" Jawab Adrian datar.
"Kamu ga suka aku pindah kesini?"
"Biasa aja."
Luna terdiam, ia merasa baru mengenal lelaki disampingnya. Sikap Adrian tidak sehangat dulu, dia berubah.
Sepanjang perjalanan diantara keduanya tak ada lagi yang membuka percakapan, hingga akhirnya mereka sampai di sebuah rumah megah. Rumah Adrian.
"Hai sayang, bagaimana perjalanannya?" Tanya Mona menyambut Luna sumringah sembari memeluk gadis kecil di hadapannya yang baru saja memasuki ruang tamu.
"Lancar ko tante. Tante sama om apa kabarnya?" Tanya Luna melirik ke arah Arga yang baru saja bangkit dari duduknya.
"Alhamdulillah, om sama tante sehat. Papi mami sehat?" Ucap Arga.
"Sehat ko om, tapi tetep aja mereka ga pernah berhenti sibuk hehe."
"Gapapa sayang, toh mereka kerja juga buat kamu kan, mulai sekarang selama kamu di Indonesia, orang tua kamu itu kita, ya kan pah?" Mona melirik ke arah Arga.
"Iya. Toh kamu juga akan jadi anak kami kalau kamu udah nikah sama Adrian nanti." Ucap Arga. Adrian mengepalkan tangannya, ia benar-benar bosan mendengar soal perjodohan yang dirinya sendiri tak berniat sama sekali.
"Pah, Adri ke atas dulu mau ganti baju." Ucap Adrian datar, hendak berjalan menuju tangga dengan jaket di bahunya.
"Adrian, anter Luna ke kamarnya dulu. Kasian dia juga mau istirahat." Ucap Mona. Adrian mendelik tak percaya.
"Luna tinggal disini?" Tanya Adrian.
"Iya, papa yang nyuruh Luna tinggal disini, itung-itung nemenin kamu di rumah. Mama sama papa kan ga tinggal bareng kamu karena kamu sendiri yang kekeh tinggal disini." Jelas Arga.
"Tapi pa, Luna itu perempuan. Ga baik pa kalau Luna tinggal disini sama Adri. Apa kata tetangga nanti pa." Wajah Adrian menampakan bahwa dirinya tak suka, ia tak mengerti dengan jalan pikiran ayahnya, ia tak lagi heran sebenarnya mengingat Mona yang mudah sekali mempengaruhi ayahnya.
"Kan disini bukan cuma kalian berdua. Disini juga ada Bi Minah, papa juga udah titip pesan buat awasin kalian."
"Terserah papa aja." Celetuk Adrian, kini tk ada lagi gunanya ia mengelak, toh ayahnya tak akan lebih mendengarkannya dibanding ibu tirinya itu.
Luna berjalan menenteng koper yang dibawanya mengikuti arah Adrian jalan menuju kamar yang akan ditempatinya. Perasaan Luna semakin tak enak hati, Adrian yang bersikap seperti itu membuat Luna tak lagi berpikir tentang dirinya yang akan menjalani hari-harinya bersama Adrian mulai sekarang.
Luna mengira, Adrian akan menerima dengan senang hati soal perjodohan diantara keduanya. Nyatanya Adrian sama sekali tak suka dengan keputusan orang tuanya, jangankan setuju, kepada dirinya saja kini Adrian bersikap dingin. Perasaan Luna yang telah tumbuh sejak dulu pada Adrian, kini harus ia pikirkan ulang, ia juga tak mau jika memaksakan perasaan orang lain, tentu saja itu malah akan makan hati.
"Adri, kalau kamu ga suka aku disini, aku bisa tinggal di hotel ko." Ucap Luna lirih, menatap mata tajam Adrian saat keduanya baru sampai di depan pintu kamar tamu.
"Lo disini aja, orang tua lo pasti udah nitipin lo ke orang tua gue. Lagian kalau lo ga tinggal disini, gue juga ga akan tenang." Jawab Adrian dingin, mau tak mau ia harus menerima keberadaan Luna. Luna sama sekali tak salah soal keputusan orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend is Bad Boy
Teen Fiction-[ZONA BAPER] Entah apa yang mereka lihat darinya. Dari lelaki berpenampilan urakan dengan kelakuan yang super absurd itu. Dia yang selalu ingin mendapatkan apa yang dirinya inginkan. Dan benar saja dia memang selalu mendapatkan apa yang menjadi ing...