Adrian menyandarkan tubuhnya pada tembok berwarna abu-abu tepat di depan ruangan kelas XI IPA 1. Ia tak sabar menunggu bubarnya kelas tersebut. Dengan kedua jempolnya yang tak henti melakukan senam di atas layar ponselnya.
Atha, bentar lagi aku otw rumah sakit jemput kamu, tunggu. Jangan kabur!
Iyaa bacot dari tadi ngomong mulu. Punya kaka kelas ko gini amat_-
Ga usah ngegass sayang😚
Iya.
Seringai tawa di bibir Adrian muncul setiap kali mendapat pesan cuek dari Aletha. Baginya sikap Aletha yang seperti itu justru yang membuat dirinya kembali mengenal Aletha kecilnya dulu. Wanita itu tak berubah.
"Ayo?" ajak Luna pada Adrian saat baru saja keluar dari kelasnya.
"Hm, sorry Na, gue ga bisa anter lo pulang. Tapi gue mau minta tolong sama lo, kalau misal bokap nanyain gue, please jangan bilang gue jemput Aletha." ucap Adrian lirih, ia merasa tak enak dengan Luna, dirinya tahu wanita itu pasti sangat kecewa.
"Oo,,ohh iya Adri gapapa. Yaudah gue pulang duluan ya." tanpa menunggu respon dari Adrian, Luna berlalu pergi dengan langkah yang dipercepat. Kekecewaannya kini tak bisa ia sembunyikan.
Cairan bening dari sudut mata Luna menetes membasahi kedua pipinya. Ia tak bisa lagi menahan rasa sakit hatinya mengetahui kenyataan bahwa perasaan Adrian bukanlah untuknya.
Beberapa siswa yang masih berada di sekitaran gerbang sekolah menatapnya seperti sedang bertanya-tanya mengapa dirinya menangis, namun hal itu tak Luna hiraukan. Air matanya tetap menetas semakin banyak bahkan sampai dirinya berada di sebuah taxi, ia tetap menangis.
Dalam keheningan di dalam kendaraan beroda empat tersebut, semakin menambah suasana yang pas untuk Luna. Bahkan sesekali supir taxi melihatnya melalui cermon di hadapannya, hanya melihat, untuk bertanya pun sepertinya lelaki paruh baya tersebut enggan.
Luna menatap sekaligus sesekali mengelus layar ponselnya yang menampakkan foto masa kecilnya dengan Adrian. Banyak sekali foto mereka mulai mulai dari anak-anak sampai menuju dewasa. Tentu saja kebersamaan Luna dan Adrian selama 9 tahun lamanya, tak dapat terlupakan begitu saja.
***
Aletha terduduk di sebuah kursi tempat tunggu rumah sakit, dengan ransel di pangkuannya. Sesekali kepalanya menoleh ke arah pintu utama rumah sakit, mencari apakah Adrian sudah datang atau belum.
Adrian meneruskan langkahnya dengan bibirnya yang menyungging tak kala melihat Aletha yang terduduk dengan kapala yang menunduk memperhatikan kedua kakinya yang dimainkan.
Adrian mengasongkan tangan kananya ke arah pandangan Aletha yang masih pada posisi yang sama. Perempuan itu mendongkak, melihat seseorang pemilik tangan tersebut.
Belum sempat Aletha meraih tangan Adrian. Lelaki jangkung itu lebih dulu berjongkok di hadapannya, mengisyaratkan dirinya untuk segera naik ke punggung lelaki itu.
"Ayo naik."
"Ga usah, aku bisa jalan kok." jawab Aletha, memang dirinya masih sangat lemas, namun ia masih sanggup jika untuk berjalan menuju parkiran rumah sakit.
"Naik." ucap Adrian, seakan alasan Aletha tidak berpengaruh kepadanya.
"Ga usah, lebay banget." dengus Aletha.
"Bodo amat. Naik."
"Gamau." Aletha memperhatikan sekitarnya, sudah banyak pasang mata yang memperhatikan dirinya dan Adrian, tentu saja ia malu.
"Yaudah ga akan pulang." Adrian tak mau kalah, ia bangkit lalu duduk di bangku tempat Aletha terduduk.
"Yaudah, aku minta jemput Ifan aja, toh tadi dia nawarin." Aletha menaikkan sebelah alisnya. Sebenarnya ia tak akan melakukan itu, hanya saja ia ingin melihat bagaimana reaksi Adrian.
Kini Aletha dapat melihat wajah pucat ditambah geram dari Adrian. Aletha tertawa renyah kemudian, mimik wajah lelaki di sampingnya membuatnya gemas sendiri.
Melihat Aletha yang tertawa puas, tanpa aba-aba Adrian membopong tubuh wanita itu, ia tetap tak gentar saat Aletha meronta ingin dilepaskan. Seringai tawa di wajah Adrian tak tertutupi saat melihat wanitanya cemberut pasrah di pangkuannya.
'My Boy.' batin Aletha tiba-tiba saja mengatakan itu, begitu mudahnya kali ini ia mengakui bahwa Adrian memang miliknya. Dan akan tetap miliknya.
***
Sorry for slow update:(
Semoga kalian masih masih stay dan penasaran sama cerita ini:))
Jangan lupa voment yaaa
Kritik masih sangat ditungguSee you❤
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend is Bad Boy
Teen Fiction-[ZONA BAPER] Entah apa yang mereka lihat darinya. Dari lelaki berpenampilan urakan dengan kelakuan yang super absurd itu. Dia yang selalu ingin mendapatkan apa yang dirinya inginkan. Dan benar saja dia memang selalu mendapatkan apa yang menjadi ing...