'Seperti angin yang berhembus silih berganti, seperti hujan yang reda tanpa rencana, seperti pelangi yang sementara lalu pudar dan pergi, aku tak pernah menerima sebuah perpisahan setelah pertemuan, itu terlalu sulit sungguh asal kamu mengerti.'
-Aletha Titania Sasha
***
Adrian berjalan melewati koridor sekolah hendak menuju parkiran setelah mengambil barang yang ia tinggalkan di loteng sekolah. Kepalanya ia tundukkan namun tidak saat tepat ia melewati ruangan bertuliskan UKS.
Matanya bertemu dengan mata gadis yang kini berdiri kaku di ruangan UKS dengan tangan menggenggam sebaskom air hangat beserta lap handuk.
Aletha melepaskan pandangannya, lalu menuju samping ranjang dan menaruh baskom berisikan air hangat, kedua tangannya mulai mencelupkan lap handuk ke dalam baskom lalu memerasnya, ia tak lagi menoleh ke arah lelaki yang berdiri tepat di depan pintu UKS.
"Aletha Titania Sasha!" karena tak lagi tertahan melihat sikap cuek perempuan itu, Adrian lantang memanggilnya dengan nama yang terucap lengkap, suara yang cukup keras dan tegas.
"Aku mau ngomong sama kamu," perkataan Adrian sama sekali tak membuat Aletha bergeming bahkan gadis itu sama sekali tak menoleh.
Langkah Adrian memasuki ruangan UKS pun tak membuat Aletha menghentikan kegiatannya untuk mengobati Ifan.
"Aku mau ngomong," ucap lagi Adrian saat tepat satu langkah di belakang Aletha.
"Udahlah orang cewenya gamau ko di paksa." celetus Ifan dengan bibirnya yang menyungging.
Adrian tak memperdulikan perkataan Ifan, ia langsung menarik tangan Aletha dan membawanya keluar dari UKS, Aletha berusaha melepaskan genggaman Adrian namun tak bisa, sampai akhirnya ia menepiskan tangannya dari Adrian.
" Ga ada lagi yang perlu diomongin!" Aletha menundukkan kepalanya menyembunyikan butir air yang hampir lolos dari matanya.
"Ada! Jangan kaya gini please,"
"Ga ada Adrian, udah!"
Perdebatan itu tentu saja membuat seantero murid Angkasa Putra memperhatikan mereka.
"Kamu ga peduli?" pertanyaan Adrian tak membuat Aletha mengangkat kepalanya.
"Atha, please liat aku, ini bukan kamu, kamu berubah, kenapa? Please jangan kaya gini, aku butuh penjelasan kamu, jangan buat semuanya jadi ribet." Adrian menurunkan nada bicaranya, kini ia benar-benar tak tahu harus bagaimana agar perempuan di hadapannya menjelaskan.
"Aku ga berubah! Ga ada lagi yang perlu dibahas. Iya aku memang membuat semuanya jadi ribet! Kita putus aja, aku gamau kamu ribet." Aletha tak lagi bisa membendung air matanya, perkataan yang lolos dari mulutnya seperti tancapan duri yang ia tancapkan sendiri.
"Gitu?" Adrian menaikkan sebelah alisnya, mempertanyakan apa maksud dari Aletha yang tiba-tiba mengakhiri tanpa sebuah alasan yang tepat.
Aletha melangkah pergi menjauh tanpa menghiraukan lagi pertanyaan Adrian.
"Kamu malu? Iya memang gue cuma cowo yang bisa buat kamu malu karena sikap gue, karena tingkah gue yang berantakan. Tapi apa harus kaya gini? Tiba-tiba lo akhiri tanpa penjelasan? Lo kira perasaan gue sesimple itu Aletha?!" Teriakan Adrian membuat Aletha berhenti melangkah, mematung dengan tangis yang terisak, namun setelah itu ia kembali berlari menjauh dari tempat itu.
***
Ditemani siluet senja yang terlihat jelas dari balkon kamar seorang gadis yang kini berdiri menatap gradasi warna yang indah, serta butir air yang menetes bergantian membasahi pipi, pikiran yang melayang tanpa menemukan jalan untuk menghentikan setiap sendu yang terasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend is Bad Boy
Teen Fiction-[ZONA BAPER] Entah apa yang mereka lihat darinya. Dari lelaki berpenampilan urakan dengan kelakuan yang super absurd itu. Dia yang selalu ingin mendapatkan apa yang dirinya inginkan. Dan benar saja dia memang selalu mendapatkan apa yang menjadi ing...