AdriTha 31

8.1K 316 21
                                    

'Dalam mencintai tidak selalu ada timbal balik, mencintai adalah perihal memberi, tanpa harus berharap kembali.'

-Luna Criela

***

Sorot mata Adrian tak lepas dari Luna yang berlari hingga hilang dari pandangannya, tangannya mengepal, ia merasa bersalah dengan ketidakpekaanya terhadap Luna. Namun untuk perasaan ia pun tak bisa jika harus memaksakan.

Adrian berjalan ke arah Luna yang menyandarkan tubuhnya pada tembok belakang sekolah, tangan perempuan itu berusaha menutupi setiap tetes air mata yang tak terbendung, isakan tangisnya terdengar jelas oleh lelaki yang kini telah berada didekat perempuan itu.

Adrian menarik tubuh Luna ke dalam pelukannya, mengelus rambut pirang perempuan itu. Luna tertegun, tangannya dibiarkan mengepal ke bawah. Isakannya mereda, mencoba ia tahan.

Adrian melepaskan Luna, lalu mengangkat kepala perempuan itu yang sejak tadi tak berani menatap matanya.

"Jangan nangis," ucap Adrian lembut, menyeka air mata di pipi Luna.

Justru sebaliknya isakan Luna kembali terdengar, matanya tak sanggup menatap lebih lama sosok Adrian. Ia mencoba menundukkan lagi kepalanya, namun lelaki itu tak membiarkannya.

"Maaf gue ga pernah peka sama lo, selama itu gue ga pernah terbuka cerita sama lo tentang apa yang sampe sekarang lo ga pernah tau. Tentang Aletha."  penjelasan Adrian membuat Luna kembali menatap matanya mengisyaratkan untuk melanjutkan penjelasannya.

"Lo cantik Lun, lo baik, gue kenal lo udah lama, gue ngerti lo tulus, tapi selama itu gue ga pernah sadar sama keberadaan lo yang lebih dari sekedar sahabat, karena selama itu ada hal yang ga pernah gue lupa Lun. Selama itu gue ada di dekat lo, tapi hati dan pikiran gue berporos sama gadis kecil yang lebih dulu kenal gue dibanding lo, dan selama itu gue sayang dia Lun. Maaf gue telat, gue telat cegah rasa yang ga seharusnya lo rasa." Adrian sebenarnya tak tega menjelaskan, namun ia tak ingin membiarkan harapan Luna terus berkembang atas dirinya.

"Aletha?" tanya Luna membulatkan matanya,

"Gue kenal Aletha sebelum gue ketemu lo di Amrik, gue pernah janji sama dia kalau gue ga pernah ninggalin dia. Sampai akhirnya orang tua gue mengharuskan gue pindah kesana, gue ninggalin dia selama itu, selama itu juga gue usaha cari dia, tapi mungkin Aletha ga pernah tau kalau gue adalah seseorang yang ninggalin dia dulu, dia juga ga akan tau kalau gue udah usaha cari dia."

"Jadi Aletha belum tau..?" ucapan Luna menggantung, ia tak mengerti mengapa kini ia merasa begutu sangat penasaran, bahkan ia berpikir rasa sakitnya kini terasa tak jauh lebih parah dari cerita masa lalu Adrian.

"Gue sayang lo sebagai sahabat yang selalu ada buat gue Lun. Terlalu ego kalau gue nyuruh lo buat tetep ada disini sebagai sahabat gue, sedangkan apa yang hati lo mau ga sesuai sama keadaan hati gue ke lo, maaf," ucap Adrian sebelum akhirnya kembali mengusap air mata Luna, lalu berjalan meninggalkan perempuan itu.

***

Aletha mengurung dirinya di kamar sejak kemarin sore selepas mengetahui kebenaran itu. Sesekali ia hanya keluar kamar untuk mengambil makanan untuk mengisi perutnya yang tak bisa berhenti merasa lapar walau hatinya tidak dalam kondisi baik. Jelas itu tak ada hubungannya.

Kini ia hanya berdiri di balkon, menatap langit yang mengabu menandakan sebentar lagi akan turun hujan. Matanya terarah pada satu bunga matahati di taman yang tumbuh lebih besar dibandingkan yang lainnya. Bunga matahari yang waktu itu ia dan Adrian tanam. Mulutnya tersungging tipis, menatap miris ke arah bunga yang tetap indah walau puan yang menanamnya kini sedang sangat layu.

My Boyfriend is Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang