42. Qobiltu Kedua

1.8K 66 15
                                    

💞

"Qobiltu Nikaha wa Tazwijaha alal Mahri Madzkuur wa Radhitu bihi, Wallahu Waliyut Taufiq."

Ucap Ridho tegas seraya menunggu jawaban kata syah dari seliruh orang yang ada.

Selang beberapa detik, serempak keluarga yang ada beserta tetangga terdekat pun mengucapkan..

"Syah...!!" Disusul dengan iringan rasa syukur dan do'a.

"Allhamdulilah hirobbil 'alamin."

Nur yang mendengar ucapana qobiltu secara lantang dan jelas pun tak lupa ikut merapal ucapan syukur kepada Rabbnya.

Ridho tak menyangka tantangan dari Nur mampu ia jalani tanpa sedikitpun rasa grogi.

"Selamat yo lee.. mugo wae sakinah mawadah warohmah yo.." Ucap bapak mertuanya.

"Iya pak.. minta doanya selalu ya pak.." Balas Ridho.

Tak ada pesta yang mewah. Hanya ada sedikit acara makan tanpa ada sesuatu yang mewah dan spesial. Mama Listiana membawa Nur keluar dari kamarnya. Nur sedikit terharu dengan pernikahan ini. Hanya saja, Nur selalu percayakan semua lillahita'ala kepada Allah sang penulis skenario perjalanan hidupnya.

"Itu Ridho Nur.. minta do'a padanya ya.. sekarang kamu udah resmi jadi makmum penggenapnya." Ujar mama Listiana.

"Baik ma.. Nur izin kesana dulu.."

Nur mengecup tangan sang mertua lantas menghampiri sang suami yang tengah sendiri menantinya.

"Assalamualaikum warohmatullah em..mas.." Ucap Nur sedikit terbata.

Ridho menatapnya lantas memberikan senyuman yang tulus "Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh. Allhamdulilah sekarang aku resmi menjadi suami kamu ya.. hehehhe sedikit ngga nyangka juga."

Nur masih berdiri mematung didepan Ridho. Nur bingung harus menjawab apa dan melakukan apa. Sedangkan, untuk memulai kata pun masih terasa kaku.

"Hei.." Ridho mendekati Nur lantas memagang bagian ubun-ubunya seraya berucap "Syukron jazakillah khairan katsiron istriku. Semoga pernikahan kita menjadi pernikahan terakhir dan mampu melengkapi kekurangan kita masing-masing." 

Nur mengaminkan "Amiin ya robbal alamin. Jadilah imam terakhir dan imam terbaikku ya mas."

Ridho mengangguk lantas mengecup kening Nur Rohmah. Sedikit aneh memang. Perasaan yang tak sebanding namun bisa disatukan.

Ridho begitu bahagia dengan kehidupan barunya yang akan ia mulai bersama sosok wanita shalihah yang sedari dulu ia dambakan. Berbeda dengan Nur, mencoba mengikhlaskan semua hatinya untuk sepenuhnya mencintai Ridho yang kini bukan lagi berstatus sebagai adik ipar, melainkan sumainya sendiri.

"Setelah ini kita pindah ke Surabaya ya.. kamu mau..?" Tanya Ridho menggandeng Nur untui duduk berdua.

Nur sedikit terkejut. "Mengapa..? Lalu bagaimana dengan orangtua ku..?"

"Kita aja mereka. Aku bisa fokus dengan kerjaan aku. Juga kamu bisa dirumah sambil mengurus ibuk juga bapak.." Jelas Ridho.

"Entahlah mas.. nanti kita bahas."

Nur mulai hilang rasa lagu mendengar ucapan Ridho. Bagaimana mungkin sehari setelah menikah mereka langsung  pindah ke kota. Nur tak habis pikir dengan semua yang akan dialaminya menjelang hari kedepan.

Acara selesai setalah sholah dhuhur berjamaah seluruh keluarga dekat juga para tetangga pun berpamitan untuk pulang. Tinggalah keluarga Nur dan Ridho.

Rihlat Tawila "Perjalanan Panjang Menggapai Ridho Allah"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang