3. Cobaan

3.1K 169 4
                                    

   Sudah hampir satu minggu ini aku menjalani rutinitas di rumah nek yatinem. Jadwalku seperti biasa setiap pagi aku berangkat ke sekolah sampai siang, lalu aku pulang kemudian sholat dhuhur.. menjelang sore aku harus membantu ibuk mencari pakan ternak kambing, inilah hal yang membuatku selalu takjub pada sosok wanita tangguh yang telah melahirkanku kedunia ini..iya beliau adalah ibuku Ibu Istiqomah yang selalu memberiku wejangan yang sangat memotivasiku
Setelah sholat ashar aku makan lalu segera membantu ibuku membuka warung. Tak berada jauh dari rumahku hanya berjarak beberapa rumah saja dan dalam waktu 10 menit aku sudah sampai.
   Setiba disana aku segera membersihkan warung, mencuci piring dan gelas lalu menyapu. Hal yang paling berat ialah ketika air tandon di warung habis..disinilah letak kekuatan fisikku diuji, aku harus mengangsu mengambil air dengan bekal dua timba yang lumayan besar menuju belakang rumah tetanggaku kemudian aku menimba dan mengisi air sampai penuh dikedua timbaku.. begitulah bolak-balik hingga bak besar tandon di warungku sudah penuh baru aku berhenti.
Terkadang aku sempat mengeluh, tak jarang aku meneteskan air mataku..mengapa begitu berat ujian yang harus kujalani..? Namun sebisa mungkin kusyukuri karena inilah suatu proses pendewasaan terhadap diriku.. suatu proses pendewasaan terhadap diriku.
   Lelahku terbayar dengan segelas es yang dibuatkan ibuku, memang benar ibuku tak pernah membiarkanku terpuruk dalam kesedihan. Tangan yang sedikit keriput terkesan kasar dan kapalan menyentuh dengan lembut kedua tanganku.

"Yang kuat ya nak.. inilah kehidupan sebenarnya, kamu harus ridho ikhlas..semua ini jangan dibuat beban"
  ucapnya yang tiba-tiba membuat hatiku bergetar.
"Nggeh ibuk, Insyallah nur kuat kok buk, semua ini ringan kalau selalu ada ibuk yang menguatkan nur" jawabku terharu.

"Kamu harus selalu kuat nak..ada ataupun tidak ada ibuk, masih ada Allah tempat mengadu tempat berlindung" sahutnya

"Tapi buk.. hanya ibuk yang selalu menguatkan nur.. nur ndak bisa hidup tanpa ibuk" ucapku sesenggukan karena air mata ku tak tertahan lagi.

"Heh..jangan ngmong gitu nak.. ibumu ini wes tua, cepat ataupun lambat semua makhluk Allah akan kembali ke asalnya nak..kembali pada-Nya.. " tuturnya yang seketika membuat tangisku pecah dan memeluk tubuh rentanya.
    Setelah selesai sholat magrib akupun bergegas pergi ke rumah nek yatinem. Sesampainya disana aku masuk dan seperti biasa aku menyiapkan makan untuk nek yatinem dan menyuapinya.

"Aku ndak mau kamu suapin" jawabnya sambil membanting piring yang ada ditanganku

"Ya Allah nek, kenapa..?ada apa..? Apa ada yang salah dari makannya..?" Tanyaku gugup

"Aku mau kowe pergi dari sini..kamu keluar dari rumahku..!keluar pokonya" bentaknya seraya memaksaku keluar dari rumahnya.

"Maafin nur kalau nur punya salah nek, tapi ini amanat dari bude Lis nek.. nur udah janji bakalan jagain nenek" jawabku

"Bodoh sekali kamu mau disuruh dia" tiba-tiba sebuah tamparan keras mengenai pipiku plaaaaaaaak..dan yang kedua plaaaaaaaaaaak..!

"Astagfirullah nek sakit, jangan gini nek, nur mohon" aku terisak sambil menangis di teras rumah nek yatinem.
   Malam ini aku memutuskan tidur diluar, tepatnya didepan teras nek yetinem.. aku tak mau pulang toh kalaupun pulang aku bakalan bilang apa kepada kedua orangtuaku..? Ah ya Allah..hamba bingung sekali mengapa ini terjadi.
   Angin malam menusuk relung sukmaku, tak biasanya aku tidur di lantai tanpa alas tanpa selimut
Kalaupun biasa pasti aku sudah tertidur dengan lelap. Namun tak hanya itu sura gemuruh langit yang menandakan akan turun hujan membuatku semakin bergidik ngeri.. akankah aku kuat dengan suhu luar rumah yang seperti ini.

.
.
.
.
Kasih vote and tanggapan ya..maaf kalau ada salah kata🙇🙇🙇🙇🙇🙇🙇🙇🙇🙇🙇🙇

Rihlat Tawila "Perjalanan Panjang Menggapai Ridho Allah"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang