47. Terlalu rumit

1.2K 68 18
                                    

🍁

Seorang lelaki tengah berdiri di persimpangan jalan. Nampak membecirakan suatu hal yang amat serius.

"Hmm.. kamu nggak berubah Lisa.." Geming Risky yang tengah memantau dari kejauhan.

Kasus perceraian mereka belum juga usai sampai sekarang. Kejelasan soal rumah tangga Risky dan Mona Lisa semakin rumit. Keduanya sama-sama tidak mau disalahkan dan hanya mementingkan ego pribadi.

Enam bulan berlalu, beberapa loyer sudah lalu lalang mempersulit proses perceraian. Risky pun sudah hampir menyerah dan ingin menyudahi tanpa ada kata sudah secara resmi.

"Sekarang lo fokusin aja sama kesembuhan lo. Kasus ini biar gue bicarain ama keluarga lo."

"Iya deh.. kemo gue kurang dua kali. So.. thanks bro."

Balas Risky mengakhiri percakapannya dengan salah satu teman loyer di Singapura. Hanya dia harapan terakhir Risky.

Memang keadaan Risky belum membaik sampai saat ini. Entah apa yang telah di perbuat Lisa terhadap tubuhnya. Pemicu awal semua ini ialah saat Risky sudah mulai bisa berjalan keluar dari apartemen sangkar emas milik Lisa, lantas dirinya secara terang-terangan menggugat sang istri di tengah keramaian dalam salah satu acara Rohani di Gereja.

Sontak saat itu juga Lisa meledak dengan segala amarahnya. Entah apa yang sedang di fikirkan keduanya. Baik Risky juga Lisa, sama-sama bersitegang tanpa membicarakan hal ini secara baik-baik.

Semenjak kejadian itu, sidang demi sidang sudah berlalu. Semua terasa rumit bagi Risky. Tak ada lagi perawat yang datang untuk mengobatinya. Bahkan Lisa pun secara tertulis meminta untuk Risky segera meninggalkan apartemennya tanpa membawa barang apapun.

Nasib naas memang benar terasa mencekik saat itu. Bagi Risky yang dalam keadaan belum sembuh total. Ia hanya berharap tulus kasih dari Allah serta bantuan teman-temannya.

Risky mengambil ponselnya lantas menekan nomor dengan tujuan Indonesia. Risky sangat merindukan sang mama. Rindu akan semua hal dengan keluarganya di Indonesia.

"Assalamu'alaikum.. hallo?"

Telfon sudah terngkat, namun kali ini bukan suara dari sang mama. Risky sedikit cemas.

"Wa'alaikumusssalam.."

"Ini kamu Ris..? Bener kan?"

Tentu saja Pak Ahmad, sang ayah sudah mengenali suara anak sulungnya itu. Walaupun sudah berselang beberapa tahun putra sulungnya itu tak pulang, namun ia tetap mengenal dengan jelas suara itu.

"..i..iya paa. Papa apa kabar?"

"Allhamdulilah baik. Kamu sendiri gimana nak?"

"Allhamdulilah baik juga paa.. "

Sempat terjadi keheningan diantara pak Ahmad juga Risky.

"Ehm.. paa.." Risky memulai kembali.

"Iya Ris.."

"Papa nggak marah atau apa gitu ama aku?"

"Untuk apa?"

"Untuk semua keputusan yang telah ku ambil paa.."

"Nggak lah nak, toh semua itu keputusan kamu. Papa sebagai orang tua ya.. mau gimana lagi.."

"Iya paa.. paa emangnya mama kemana?"

"Mama mu.. bentar tak liate.. lagi keluar tapi lupa nggak bawa hp kayaknya."

"Ehm.. paa.. bisa bantu Risky?"

Rihlat Tawila "Perjalanan Panjang Menggapai Ridho Allah"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang