49. Kontraksi..?

1.9K 92 33
                                    

03.15 WIB

Ridho terbangun dari tidurnya yang baru saja ia mulai setengah jam yang lalu. Matanya benar-benar seperti dililit oleh permen karet berlusin-lusin.

Suara handphone berdering. Cukup kencang! yang biasanya membangunkannya untuk segera bergegas mengambil air wudhu untuk sholat tahajjud bersama Nur. Namun kali ini Ridho hiraukan. Bukan masalah alarm dalam ponselnya, namun kali ini suara itu datang terus menerus dari notif panggilan beberapa orang.

"Hallo.. hayaya.. paan sih.. ngantuk ni gue bro.. besok gue take off ke indo kok." Ridho mengangkat telfon masih dengan mata terpejam.

"Aaaaaaaaargh.. pulang sekaraaaaang. Aku kontraksiiiiiiiii..!!!!"

Rupanya suara jeritan itu mampu membuat mata Ridho seketika terbelalak dengan lebar. Dugaannya kala itu dipatahkan seketika saat dengan jelas ia mendengar bahwa Nur sedang mengalami kontraksi.

Ridho bergegas mengenakan jacket kulit dan sepatunya. Tak lupa Ridho menghubungi kerabatnya di bagian maskapai untuk menukar jadwal keberangkatan secara mendadak.

"Hay.. ya bro.. gue bisa
reschedule ngga?"

"Untuk kapan emangnya..?"

"Sekarang juga bro.. gue buru-buru. Please siapin ya two ticket. Gue otw.."

"Eh.. ttaapi.. Dho.. hallo Dho..?!"

Sambungan telefon diputus secara sepihak oleh Ridho. Entah mengapa kali ini ia benar-benar kalut. Beberapa orang sudah ia hubungi untuk membantunya menuju Airport dengan membawa Risky.

"Yakin lo dapetin tuh tiketnya Dho?" Tanya salah seorang temannya.

"Yakin aja gue mah.. penting bini gue sob."

"Bini elo udah lahiran emangnya..?"

"Iye.. gue nggak tau. Aduh kebanyakan nyerocos deh lo. Siapin semua alat medis buat abang gue gih. Buruuan.!"

Dalam posisi mendadak dan serba urgent. Tentu Risky hanya membatin dalam hatinya perihal berbagai pertanyaan yang ada. Tentu ia tak mau menambah kegelisahan Ridho. Risky hanya diam dengan perlahan dipapah untuk menuju kursi roda dan segera pergi ke bandara.

"Sob.. thanks ya.. eh tapi ini udah lengkap semua kan..?" Tanya Ridho seraya mencari sesuatu yang kurang.

"Finished bro.. eh emangnya berapa sih usia kandungan bini lo..?" Tanya temannya kembali masih dengan nada sangat kepo.

"Ya Allah.. tujuh bulan sob. Dia tadi tuh telfon gue trus teriak.. teriak..."

Belum selesai Ridho menuntaskan pembicaraannya. Tiba-tiba dari arah kejauhan muncul lambaian tangan dari salah satu seorang pria dengan kode dua jari yang bisa diartikan finished two ticket untuknya dan Risky.

"Alah.. elu belom cerita juga udah dipanggil.." Gerutu pasrah temannya.

"Udahlah.. anytime lo bisa calling gue. Thaks for all ya sob." Sebuah pelukan dilayangkan untuk sang teman.

"It's ok bro. Be careful."

Ridho meninggalkan temannya dengan penuh semangat menuju maskapai. Dengan mendorong serta Risky yang hanya terdiam sedari tadi, tentu membuat Ridho akan menjelaskan semua saat tiba di Indonesia.

05.30 WIB

Ridho sudah berada di dalam sebuah taxi yang akan mengantarnya menuju ke sebuah Rumah Sakit di Jakarta. Sebelumnya Ridho sudah beberapa kali menghubungi ponsel orang rumah. Namun semua Nihil tak merespon. Entah apa yang terjadi dengan Nur. Yang jelas kondisi Ridho saat ini sangat menunjukkan raut muka yang sangat khawatir.

Rihlat Tawila "Perjalanan Panjang Menggapai Ridho Allah"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang