7

1.9K 190 2
                                    

"Adhara belum berangkat juga, ya?"

Cowok bertubuh jangkung itu tak juga bosan sedari tadi berdiri di depan kelas seperti pelayan Indomaret yang menyapa pelanggannya. Hanya saja dia tidak mengucapkan kalimat sambutan, seperti: Selamat datang, Ibu. Ada yang bisa kami bantu? Atau mungkin kalimat penawaran, seperti: Pulsanya sekalian?

Dan memang, terkadang dia menyapa teman-teman cowoknya yang ia kenal, atau hanya menjawab sapaan dari beberapa teman ceweknya. Tak ketinggalan, ia juga menanyakan pertanyaan yang sama pada siapapun yang keluar masuk dari pintu kelas IPA 2 itu.

Cowok itu Aludra. Dengan permen karet di mulutnya yang setia ia kunyah. Sesekali meniupnya lalu dipecahkan kembali sampai menempel di seluruh permukaan bibirnya, begitu terus sampai pudar warnanya dan rasa manis tak lagi terasa.

Aprodhita mendengus. "Berasa cowoknya apa ya dia?"

Gatari sampai menggelengkan kepalanya. Capek melihat tingkah Aludra juga capek menunggu kabar dari Adhara.

Ini sudah jam setengah 8, dan Adhara belum juga menampakkan kehadirannya di kelas itu. Beruntunglah dia karena para guru sedang mengadakan rapat, jadi sementara jam pelajaran kosong.

"Bentar." Gatari bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri cowok ganteng yang sayangnya kurang sesendok itu.

Gatari mengerutkan keningnya. Dan menerka apa yang sebenarnya terjadi di antara kedua insan manusia nan labil ini, Adhara dan Aludra.

Aludra berdiri menyandar pada tembok dengan kedua tangan yang disedekapkan. Meniup permen karet dan menatap lalu lalang di koridor kelas 10 yang masih terlihat ramai karena jam pelajaran sedang kosong.

"Al?" Panggil Gatari.

Aludra menoleh dan menegakkan tubuhnya. "Gimana? Adhara ada?"

Gatari mendengus. "Mending lo balik kelas deh. Kayaknya Adhara nggak masuk," kata Gatari yang mampu membuat Aludra tertenduk lesu.

"Nggak, gue tungguin aja. Lagian jamkos ini."

Aludra berjongkok. Menyandarkan punggungnya pada tembok, dan tangan yang di letakkan di kedua pahanya.

"Apa dah? Jangan kayak gelandangan gitu egeee."

Aludra tak memperdulikan cerocosan gadis yang tingginya sebelas dua belas dengan Adhara itu. Ia mengeluarkan ponselnya untuk kembali menghubungi Adhara. Gadis yang selalu menghantuinya akhir-akhir ini.

"Kesambet apa sih lo pagi-pagi ke sini nyariin Adhara, mana segala ditungguin. Skandal nih," oceh Gatari lagi.

"Emang dia nggak ngabarin lo, Tar?" Tak menjawab ocehan itu, Aludra justru melontarkan pertanyaan balik. Sedikit banyak dia tahu orang-orang terdekat Adhara karena sebagai seorang gebetan memang seharusnya begitu, kata Aludra.

"Kagak ada, sih."

Terdengar Aludra mendengus.

"Iya, ya? Tuh bocah kemana coba?" Kata Gatari dan berlalu masuk kembali ke dalam kelas berniat mengambil ponselnya.

"Kenapa, Tar?" Tanya Aprodhita ketika Gatari tampak tidak tenang.

"Gue baru kepikiran, dari kemaren Adhara kagak ada kontakan sama kita, kan?"

AstrophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang