7.Buat setahun

749 23 0
                                    

Seminggu sudah Riki dirawat, dan setiap harinya sepulang sekolah Shella selalu menyempatkan dirinya untuk pergi kerumah sakit. Kemarin, Riki sudah dibolehkan pulang oleh dokter yang merawatnya. Dan sekarang disinilah Shella bersama Riki, di kamar milik Riki. "Biasanya kan, kalo libur gini kita pasti main ditaman."

Riki tersenyum "maaf ya, gue gak bisa temenin main di taman" kata Riki dengan suara yang masih melemah.

"Ishh!! Gak usah minta maaf begitu, lo kan sakit, gue ngerti!."

"Iya iyaa.. gak usah ngegas deh."

Shella menunjukan cengiran khasnya, lalu masuklah Yuni, dengan membawa nampan kue dan beberapa snack kesukaan Shella. Sesering itukah Shella berkunjung ke rumah Riki, sampai bundanya Riki hafal snack kesukaan Shella? Yaa, Shella sering bermain ke rumah Riki, begitu pun sebaliknya. Lagi pula dulu kan rumah mereka seberangan jadinya Shella dengan Yuni- bunda Riki, dan Riki dengan Elin- mamanya Shella sudah sangat akrab.

"Aduhh bunda, makasih banget ini snacknya, ahhaha si Riki kasian deh gak bisa makan beginian. Tuh tenang, ada kue ya ki" ledek Shella seraya mengambil satu bungkus snack itu, membuka lalu memakannya.

"Gapapa, kue lebih enak." Padahal dalam hati Riki ingin sekali bisa memakan snack seperti Shella, namun kata dokter Riki masih harus menjaga makanannya karena kondisinya pun belum sembuh total.

"Bunda, kenapa Riki gak boleh makan begituan sih? Kan Riki sakitnya Deman Berdarah bukan sakit pencernaan" tanya Riki yang merasa heran.

"Udah sih, turutin aja itu kata dokternya! Biar cepet sembuh dan duduk lagi di bangku samping gue."

Yuni mengangguk atas jawaban Shella barusan, dan Riki hanya bisa menghela nafasnya. Cepet sembuh deh buat diri gue sendiri, biar bisa makan enak lagi. Batin Riki.

Jam sudah menunjukan pukul 13.30 Shella masih setia berdiam di kamar Riki menemani sang pemilik kamar ini. Sedari tadi Riki sibuk dengan game di ponselnya sedangkan Shella sibuk membaca komik milik Riki.

Shella tersadar bahwa dia belum melaksanakan sholat dzuhur, lalu ia izin kepada Riki untuk pergi ke mushola yang berada di samping kamar Riki. Ya, dirumah Riki ini tersedia mushola kecil untuk melaksanakan sholat. Dikarenakan Riki masih lemas, katanya. Jadinya Riki sholat di kamarnya.

Sekitar 20menit, Shella kembali ke kamar Riki, dan ia ingin pamit pulang. Sudah cukup Shella menemani Riki dari jam 8pagi hingga hampir jam 2 siang. "Biasanya juga main sampe sore, kenapa buru-buru balik?" Tanya Riki.

"Gue mau nganter mama belanja bulanan nanti abis ashar."

"Yaudah, jam 3 aja pulangnya."

"Iya Shella, makan dulu disini. Itu bareng si Riki. Ayo" ucap Yuni yang entah sejak kapan berada di dalam kamar Riki.

"Heheh.. iya bun, yaudah ki ayo deh kalo makan dulu."

Riki tertawa, Shella masih saja tidak punya malu, ditawari makan pasti gesit, niat pulangnya pun ia lupakan karena makan. Yaiyalah, siapa yang nolak jika di ajak makan? Lagi pula Shella sudah biasa di rumah ini.

"Iya ayo."

Mereka turun lalu duduk bersebelahan di meja makan, Yuni tidak ikut makan, katanya tadi udah makan duluan. Jadinya mereka hanya berdua saja di ruang makan. Shella meminum jus mangga buatan Yuni, dan jus itu tersisa di bibir bagian atasnya. Shella tidak menyadari, tapi Riki melihatnya. Riki tertawa renyah "buat setahun ya?."

Shella mengerutkan dahinya, ia tidak mengerti maksud ucapan Riki apa?. Tiba-tiba Riki mengambil satu lembar tisu dan mengelap bibir Shella. Shella diam mematung atas apa yang Riki lakukan. Tidak biasanya seperti ini, bahkan sekarang jantung Shella berpacu lebih cepat 3x lipat dari sebelumnya. Jika sebelumnya hanya berpacu 2x lipat saat berada di dekat Riki, kali ini lebih cepat.

"Kok pipi lo merah-merah gitu sih? Lo sakit ya?" Tanya Riki yang menyadari semburan merah di kedua pipi Shella.

"Ehh.. apaan? Ngga kok gak sakit, ini tadi pake blush on."

Riki memicingkan matanya jail "boong ya lo,, hayo ngaku.. mana ada lo pake begituan. Tadi aja pas dateng kesini muka lo gak ada kaya pake make up make up."

Shella diam sambil melanjutkan makannya, tapi Riki tak hentinya mengoceh membahas pipi merah Shella, "ooohhh gue tau, lo baper ya gara-gara gue bersihin bibir lo? Hadeuuhhh... gimana cara tanggung jawab nya nih anak mama elin baper karena gue."

"Aduuhhh Riki, lo kayaknya beneran belum sembuh deh, malahan mungkin makin sakit. Sejak kapan sih lo bisa jail terus nyebelin?."

Shella mengerucutkan bibirnya karena kesal terhadap Riki, moodnya sungguh tidak karuan saat ini, ia bete karena Riki terus menggodanya, dan jujur Shella memang baper atas perlakuan Riki tadi.

"Nah, gue kan kangen Shell sama ekspresi ini, biasanya gue cuma liat lo senyum, ketawa, cengengesan atau nyengir gak jelas. Kan pengen gitu gue liat lo cemberut terus marah gini."

"Kan lo biasanya selalu bikin gue senyum ki, baru kali ini nih gue dibikin kesel banget sama lo! Udah ah mau pulang aja."

"Lah? Beneran ngambek? Minta maaf ya Shell, gak akan gitu lagi." Muka pucat Riki sekarang sedang beradu dengan ekspresi memelasnya ketika meminta maaf, membuat Shella tak bisa menahan tawanya yang sudah ingin meledak.

"Maafin yaa??."

"Iya ki, mana bisa gue marah sama lo. Gue balik ya, takutnya mama nungguin."

Riki mengangguk, lalu Shella pergi dari hadapannya. Keduanya sama-sama tersenyum entah karena apa.

•••••

Terima kasih

Kapan jadian?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang