25. Jadi?

502 18 0
                                    

"Apa Ja? Gue gak denger jelas, lo ngomongnya kecepetan" ucap Riki dengan senyuman paksa.

"Gue mau ejadi pacar lo!"

"Hah?!"

......

Vino ikut terkejut saat mendengar ucapan Najwa. Dengan cepat ia meletakkan mangkuk bakso beserta botol minuman yang tadi ia bawa di atas meja. Vino memperhatikan Najwa dari atas sampai bawah sebelum dahinya di dorong oleh Najwa.

     "Apaan si lo?" Tanya Najwa sinis.

Vino menempelkan punggung tangannya di kening cewek itu, "lo sakit ya?" Bukannya menjawab pertanyaan Najwa, Vino malah bertanya balik.

     "Nggak, gila lo" jawab Najwa masih sinis.

     "Nah iya tuh, kayaknya lo gila."

Najwa jengah, ia tidak menjawab lagi hanya menrolling bola matanya saja. Kemudian tatapannya kembali tertuju kepada Riki yang diam mematung. Riki terfokus memperhatikan Shella yang juga menatapnya malas.

Shella sakit mendengar ucapan Najwa itu. Pikirannya berputar keras, bagaimana jika Riki menerima Najwa? Riki mempunyai prinsip untuk tidak menyakiti perempuan, itu berarti Riki pun berusaha untuk tidak menyakiti hati Najwa. Lalu? Jika Riki benar-benar menerima Najwa, memangnya Riki pikir dirinya tidak menyakiti Shella? Ohya.. wajar saja jika itu memang terjadi, faktanya Riki tidak mengetahui perasaan Shella yang sebenarnya.

Talita dan Riani masih bungkam dengan terus memperhatikan Shella, mereka takut jika Shella akan menangis. Alay? Memang, siapa yang tidak sakit hati dan menangis ketika seseorang yang dicintainya sedang dalam mode ditembak oleh cewek lain, bahkan lebih cantik dan segalanya dibanding dirinya. (Apasi itu kalimatnya)

     "Ko bisa ya kak Najwa nembak cowok duluan? Bener-bener emang, kasian si Shella" bisik Riani kepada Talita.

Talita mengedikan bahunya lalu mendongak menatap Najwa, "kak, lo gak malu apa nembak cowok duluan? Lo kan cewek, maksud guee... maaf maaf ya kak, lo harusnya lebih punya harga diri dikit gitu" ucap Talita dengan diakhiri cengiran khasnya.

Seorang sahabat selalu ingin membela sahabatnya yang sedang sakit hati, walaupun kesakit hatian sahabatnya itu tidak banyak orang yang menyadarinya, begitupun dengan Talita, sebisa mungkin, apapun caranya dia akan membuat Najwa malu dengan ulahnya. Berani sekali kakak kelas itu menembak cowok yang jelas-jelas disukai oleh sahabatnya, dan sahabatnya itu begitu dekat dengan cowok itu.

Riki sedikit terkejut dengan ucapan Talita tadi, dia masih bungkam bingung menjawab apa. "Menurut gue sih, si Najwa juga sebenarnya malu" ucap Vino sambil sibuk menyuapkan bakso ke dalan mulutnya.

Dengan sedikit ragu, Najwa menganggukan kepalanya. "Gu--gue.. emang malu, awalnya gue gak berani. Tapi gue gak bisa nahan lagi, gue suka sama Riki dari tahun lalu. Gue selalu deketin Riki, tapi gue rasa Riki gak sama sekali peka walau gue kode beribu kali."

     "Jadi gimana ki? Mau gak jadi pacar gue?" Tanya Najwa lagi.

Riki semakin bingung, ia harus menjawab apa? Riki sempat melirik ke sekitarnya, banyak orang di kantin ini yang memperhatikan mereka. Tidak mungkin dia mempermalukan Najwa di depan hampir semua murid SMA ini.

     "Riki!! Lo di tembak juga malah diem, kagetnya udahan gitu, gue juga udahan" ujar Vino dengan menepuk bahu Riki keras.

     "Gue.... mau" jawab Riki akhirnya.

Hembusan nafas kasar dari Shella bisa terdengar oleh Riani, Talita dan juga Riki. Shella memalingkan wajahnya ke arah pintu kantin. Hancur sudah hatinya mendengar 2 kata yang Riki ucapkan setelah sekian lama bungkam tanpa suara. Riani dan Talita yang pertama kali menyadari bagaimana keadaan Shella sekarang, mulai bingung harus berbuat apa untuk sahabatnya itu.

     "Riani!!!!"

     "Hah? A-- apa Shell?"

     "Lo! Jadi cewek gak punya harga diri banget si?!"

Setelah mengucapkan kalimat itu Shella beranjak pergi dari kantin dengan langkah lebar dan juga kekesalan yang tidak terkontrol. Sebenarnya ia sedikit menyesal dengan ucapannya itu, takut jika kecemburuan serta rasa sakitnya diketahui oleh orang lain.

Sayup-sayu Shella mendengar beberapa bisikan tentang Shella, Riki dan Najwa saat ia melewati beberapa orang di kantin.

Riani tidak sama sekali merasa sakit hati mendengar kalimat Shella barusan. Dia sadar dan tahu bahwa kalimat itu bentuk sindiran untuk Najwa yang dilemparkan kepadanya. Dia mengerti bagaimana perasaan Shella sekarang.

     "Loh.. loh.. Shella mau kemana?!!" Teriak Vino saat melihat Shella yang pergi dengan buru-buru.

     "Abisin tuh bakso!" Ucap Talita.

Riki kembali diam, apalagi saat melihat kepergian Shella, apa Shella sakit hati ya? Tapi kenapa? Batinnya.

Najwa juga diam ketika mendengar kalimat Shella kepada Riani. Dia sadar bahwa itu kalimat untuknya. Dan dia mewajari bahwa sekarang mungkin harga dirinya sedang jatuh sejatuh jatuhnya sebagai perempuan. Tidak ada sedikitpun pikiran bahwa Shella juga menyukai Riki.

Mulai saat ini, Shella berniat untuk sedikit menjauh dari Riki. Tidak hanya karena noda yang tanpa sadar Riki torehkan di hatinya, tapi juga karena dia sadar, sekarang Riki mempunyai pacar yang harus ia jaga perasaan dan hatinya. Cewek mana yang dengan senang hati mempersilahkan pacarnya dekat bahkan sangat dekat dengan cewek lain? Apapun alasannya, sahabat sekalipun.

Apa Riki akan tetap memenuhi janjinya? Jika dia memiliki pacar, prioritas utamanya tetaplah Shella.

•••••

Kapan jadian?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang