23. Lagi dan Lagi

446 18 0
                                    

Kegiatan ekskul berjalan seperti biasanya. Seru, menguras tenaga, merasa lelah setelahnya, serasa patah tulang selalu itu kesan yang Shella rasakan. Tapi semuanya terasa menyenangkan jika sudah menjadi hobby.

Pukul 16.00 jadwal pulang latihan, dan itu sudah sangat dihafal Riki.

Sejak bubar latihan, Shella sangat berharap Riki benar-benar menjemputnya. Shella berharap bahwa sekarang Riki sudah menunggunya di parkiran. Bahkan Shella berharap bahwa hari ini ia akan menikmati waktu berdua bersama Riki, Shella sudah berniat akan mengajak Riki untuk makan dan pergi ke taman sebelum pulang ke rumah. Tidak memperdulikan badannya yang begitu lelah setelah latihan, Shella hanya ingin bermain dengan Riki seperti sebelum ada Najwa.

Sampai di parkiran. Ternyata harapan Shella musnah satu. Shella sama sekali tidak melihat motor Riki disana. Yasudah, mungkin Riki belum sampai. Shella berniat untuk menunggu Riki di dekat post satpam dan duduk di bangku. Talita sudah dulu pamit pulang bersama kak Vino.

Shella melihat kak Jeje yang baru saja memasuki area parkir, dia berjalan menuju motornya. Shella lihat kak Jeje sempat menoleh dan tersenyum, yang dibalas dengan senyuman juga oleh Shella.

Shella melihat kak Jeje yang masih duduk di jok kemudi motornya tanpa berniat menyalakan mesin itu lalu pergi pulang. Kak Jeje malah sibuk memainkan ponselnya. Mungkin sedang mengabari seseorang.

Pukul 16.20 , waktu terus berjalan dan Riki masih belum terlihat batang hidungnya. Entah sudah keberapa kali Shella menghembuskan nafasnya. Kerongkongannya sudah kering ingin diisi air kembali. Air minumnya sudah habis saat latihan tadi. Beberapa kali Shella mengirim pesan kepada Riki, tapi tidak satupun yang mendapat balesan. Dibaca saja sudah tidak.

Shella lihat kak Jeje masih stay ditempatnya tadi. Dering ponsel mengalihkan pandangan Shella dari Jeje. Dilihatnya Riki menelponnya. Bibirnya menyunggingkan senyum bahagia, akhirnya Riki mengabarinya. Dengan segera ia klik tombol hijau untuk menerima panggilan itu.

"Hallo Ki, lo dimana? Kok lama?" Tanya Shella.

"Eum... Shell, gimana ya? Lo kecewa gak?" Tanya balik seseorang di sebrang sana.

"Kecewa kenapa? Lo gak jadi jemput ya? Kenapa?" Senyum yang tadi sempat terukir sedikit demi sedikit luntur.

"I-iya Shell, gue gak jadi jemput. Si Ajja, dia kerumah minta dianter ke gramedia" jawab Riki yang sunggu mengecewakan bagi Shella.

Hembusan nafas dari Shella bisa didengar oleh Riki, "kan lo janji duluan sama gue ki."

"Iya Shell, maaf. Si Ajja maksa banget, gue udah bilang kalo gue mau jemput lo, tapi dia malah maksa gue naik ke mobilnya."

"Kok lo mau-mau aja, gue nunggu lo lama loh di gerbang."

"Maaf banget Shell, nanti malem gue bisa ko kalo lo mau main."

"Gue pegel banget nih abis latihan, ntar malem pengen buru-buru tidur aja."

Tuuttt

Seakan tidak diberi ruang untuk Shella bersama Riki, Najwa selalu saja bisa manggagalkan. Jawaban terakhir Shella di telpon itu hanya alasan untuk menolak main bersama Riki nanti malam. Shella sudah bosan berharap waktu dari Riki. Jika dulu dirinya bisa kapan saja bersama Riki, lain dengan sekarang. Hanya memenit saja rasanya sangat sulit.

Moodnya hancur. Rasa cape sehabis latihan semakin bertambah ketika mendengar ucapan Riki yang tiba-tiba tidak bisa menjemputnya apalagi dengan alasan Najwa. Kalo tau begitu, sedari tadi Shella ikut saja pulang bareng Talita dan kak Vino, atau tadi dia memesan ojek Online saja untuk mengantarnya pulang.

Saat hendak membuka aplikasi grab untuk memesan ojek. Klakson motor yang berbunyi di hadapannya mampu mengalihkan pandangannya. Terlihat kak Jeje yang duduk di jok motor dengan helm yang terpasang dikepalanya.

"Belum pulang Shell?" Tanyanya.

"Belum kak, baru mau pesan grab."

"Kirain gue, dari tadi nunggu grab. Ternyata baru mau pesan. Bareng gue aja, kalo nunggu grab kelamaan loh, udah sepi nih sekolahnya."

"Eum.. ngga deh kak. Arahnya kan beda nanti lo makin kejauhan kak."

"Gue mau ke rumah temen kok, rumahnya arah ke rumah lo juga, bisa bareng. Mau gak? Udah sore."

"Gapapa nih?"

"Iya.. ayo naik."

Akhirnya Shella pulang di antar kak Jeje dengan rasa kecewa terhadap Riki. Untung masih ada kak Jeje yang berbaik hati menawarinya nebeng. Kalau tidak? Dirinya harus menunggu ojek online sendiri di sekolah sore-sore. Hihhh

Kapan jadian?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang