44. Dibayarin

205 13 6
                                    

Malam minggu ini, Shella menghabiskan waktunya dengan membaca novel yang baru ia beli. Sesekali ia tertawa ketika membaca bagain lucu dari cerita novelnya. Shella berguling ke sisi tempat tidurnya ketika dirasa tempat yang sebelumnya sudah agak hangat. Begitulah kegiatannya untuk menghabiskan malam minggu ini jika tidak bermain dengan Riki.

Cowok itu sedang pergi bersama bundanya, entah kemana. Jadi yasudahlah, Shella hanya bisa menggabut dikamarnya sendirian.

Lalu kegiatannya terhenti ketika ponselnya berdenting tanda satu pesan masuk. Ia meraih benda persegi panjang itu lalu membuka pesan baru untuk dibacanya. Shella kira itu pesan dari Riki, ternyata bukan.

Kak Jeje
P

Me
Ya?

Kak Jeje
Lagi dimana Shel?

Me
Dirumah lah, kenapa kak?

Kak Jeje
Temenin beli makanan yuk, depan
komplek kok

Males sendirian, adek gue main
sama temen-temennya

Me
Kuy!! Gue gabut juga nih

Kak Jeje
Oke, tunggu, gue otw

Me
Jangan bawa kendaraan kak,
jalan aja😁
(Read)

Setelah melihat pesan terakhirnya dibaca oleh Jeje, Shella kemudian beranjak mengambil jaket dan dompet kecilnya, tidak lupa juga ia mengantongi ponsel, lalu berjalan dengan santai keluar rumah untuk menunggu Jeje di bangku teras.

"Mah! Shella pergi dulu keluar sama kak Jeje," ucap Shella saat melihat mamahnya sedang menonton televisi di ruang keluarga.

"Pergi kok pakaiannya gitu? Santai amat?" Tanya mamahnya merasa heran.

Shella menunduk untuk melihat penampilannya, celana kulot selutut dengan kaos oblong rumahan yang hanya dibaluti jaket, lalu sandal jepit dan rambut yang di kuncir satu. Shellah rasa tidak ada yang aneh atau salah dari pakaiannya. Toh hanya pergi ke depan komplek bukan ke mall.

"Kenapa, mah? Cuma beli makanan aja," kata Shella.

"Yaudah, jangan malem-malem pulangnya."

"Oke siap," setelah itu Shella melanjutkan langkahnya lalu duduk di bangku teras. Ia Mengayun-ayunkan kakinya sambil membaca pesan-pesan grup kelas yang tidak berfaedah.

Tak lama akhirnya Jeje datang, sama seperti Shella, pakaian Jeje pun terlihat santai. Hanya mengenakan sweater dan celana training lalu sandal ando berwarna abu-abu. Tapi walaupun begitu, tingkat ketampanannya tidak berkurang, malah yang ada bertambah, yasudah jangan terlalu terpesona.

Shella bingung, ternyata ada ya di sekitarnya cowok setampan Jeje, baik pula. Sayangnya, hati Shella lebih memilih Riki daripada cowok seperti Jeje yang terlihat sempurna dari pandangan manusia.

Mereka berjalan sambil menikmati angin malam yang dingin, suara tawa anak kecil yang sedang asik bermain di jalanan menemani langkah santai mereka. Sesekali Shella ikut tertawa ketika melihat anak kecil terjatuh ketika bermain bola, lalu anak itu tertawa bukannya menangis.

"Kuliah cape ya kak?" Tanya Shella mencoba membuka obrolan.

"Yaa.. gitu deh. Kalo gak dinikmati yaa cape lah," jawabnya santai.

Shella mengangguk, lalu kembali diam. Entah berapa lama tidak berbincang dengan kakak kelasnya itu, hingga menimbulkan kesan canggung seperti ini. Shella melirik Jeje dari ujung matanya. Tampaknya, tidak ada ekspresi-ekspresi canggung seperti yang sedang ia rasakan.

"Tumben gak sama si Riki?" Jeje menoleh menatap Shella.

"Lagi pergi sama bundanya," jawab Shella seadanya.

"Berarti kegabutan lo makin kerasa dong ya?"

Shella tertawa renyah, "ketauan banget kayaknya, hahah."

Jeje ikut tertawa, entah apa yang membuat obrolan itu terdengar lucu. Mungkin mereka saja yang terlalu receh. "Dari dulu gak ada sibuk-sibuknya sih lo, jadi gue sampai hafal kalo lo selalu gabut."

"Enak aja, gue sibuk kok!" Tukas Shella menyangkal ucapan Jeje.

Jeje tertawa ringan, lalu menjawab "apaan, gak percaya gue lo sibuk. Jiwa-jiwa rebahan kaya lo mana ada sibuk,"

Shella melipat kedua tangannya di depan dada, seolah berlagak kesal, "mulut lo makin sini, malah makin gak ada akhlak ya kak? Bener-bener emang" lalu mereka berdua tertawa setelah Shella mengucapkan kalimat itu.

Obrolan mereka terus berlanjut sampai di tempat tujuan. Setelah memesan makanan mereka duduk di bangku panjang untuk menunggu. Shella tidak ikut beli karena ia berniat membeli makanan lain.

Setelah kresek berisi nasi goreng bungkus itu sampai di tangan Jeje mereka segera meninggalkan lapak dagang itu. Beralih ke tempat makan yang menjual ayam goreng pedas, favorite Shella. Tempat itu cukup terkenal di daerahnya.

Saat Shella hendak membayar pesanannya, Tangan Jeje lebih dulu menyodorkan uang untuk membayar. Shella sempat menolak tapi tetap dipaksa oleh Jeje. Kalau begini Shella jadi merasa tidak enak. Apalagi pesanannya lumayan banyak. Ya itu memang kebiasaan Shella jika pergi ketempat ini untuk membeli makanan favoritenya.

"Lo mau beli apa lagi, Shell?" Tanya Jeje setelah mereka menerima pesanan lalu berjalan keluar meninggalkan tempat itu.

"Gue mau ke indomart beli cemilan, gak papa kan? Makanan lo keburu dingin gak, kak?" Ucap Shella hati-hati.

"Santai aja, yuk," jawab Jeje lalu pergi meninggalkan Shella.

"Tungguin kenapa sih!"

Sampai di indomart, Shella sudah menyiapkan uang untuk membayar, ia tidak akan membiarkan Jeje yang membayarnya seperti tadi. Tapi tetap saja, Jeje menahan tangan Shella yang hendak membayar kepada si mbak-mbak kasir indomart. Dan akhirnya belajaan Shella lagi-lagi dibayar Jeje. Sungguh kakak kelasnya ini baik sekali, dan dengan santainya membuat Shella merasa tidak enak.

"Gue gak mau tau ini harus diterima!" Paksa Shella agar Jeje mau menerima uang yang ia sodorkan sebagai ganti bayaran belajaannya tadi. Entah kalimat itu sudah berapa kali Shella ucapkan, dan tetap sama di abaikan oleh Jeje. Bahkan uang itu tidak dilirik sama sekali.

"Udah gak papa.. anggap aja tlaktiran."

"Tlaktiran apaan, lo beli nasi goreng doang dua porsi, lah gue? Banyak begini."

Jeje menoleh lalu tersenyum, "ya emang kenapa? Namanya tlaktiran, kan."

Lalu Shella diam tidak menjawab, ia menyerah memaksa kakak kelasnya itu agar mau menerima uang yang ia berikan sebagai ganti.

"Mau beli batagor?" Tanya Jeje. Shella langsung menggeleng, bagaimana bisa Jeje masih menawari Shella makanan ketika kedua tangannya sudah memegang kresek makanan dan cemilan.

"Lo boros banget, kak," gumam Shella.

•••••

Minal aidin walfaidzin....🙏🏼🙏🏼🙏🏼

Maaf suka bikin nunggu post part baru nya.. hehe☺️☺️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kapan jadian?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang