28. Marah

529 22 9
                                    

"Kamu itu kalo gak ikhlas jadi pacar aku ya mending gak usah!!!"

"Gue ikhlas."

Najwa menghela nafas, "dari cara kamu ngomong sama aku aja udah keliat" ujar Najwa dengan nada melemah.

"Terus harus gimana?" Jawab Riki tetap lembut.

Najwa mengibaskan tangannya di depan wajah. "Udah ah, terserah."

Riki baru kali ini merasakan bagaimana rasanya kesal menghadapi pacar yang sedamg marah. Ia bingung harus berbuat apa agar Najwa tidak marah. Riki tidak pernah berpengalaman dalam hal ini. Entah sudah keberapa kalinya Riki mengehela nafasnya.

Sebenarnya, Riki hampir kehabisan kesabarannya, tapi ia selalu berusaha untuk mengingap ucapan bundanya agar tidak pernah berlaku kasar walaupun hanya dengan kata-kata kepada seorang wanita.

Najwa yang sudah diam dengan terus mengalihkan pandangannya kini kembali berbalik dan menatap Riki, "kamu itu.. suka kan sama Shella?"

Riki mengangkat alisnya, ia tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu. "Kok lo mikir gitu?"

Najwa mendengus, "udah deh jawab ajaa."

"Jangan pernah libatkan Shella dalam apapun yang terjadi di antara lo sama gue" ujar Riki tanpa membentak.

"Gimana gak gitu, setiap aku marah dan cemburu sama kamu itu selalu karena Shella!!" Bentak Najwa lagi.

"Gue sama Shella dari kecil begitu, jadi gue harap lo mengerti."

"Yang harusnya ngerti itu kamu, Riki!!! Sekarang kamu udah beda lagi, kamu gak bisa terus-terusan tentang Shella, kamu itu sekarang lebih harus hargai dan jaga perasaan aku" jelas Najwa dengan amarah yang tidak tertahan. Najwa sudah sangat terbakar api cemburu.

"Maaf, maafin gue Ja, gue selalu bagi waktu gue buat lo, gue udah kurangin waktu main gue sama Shella itu juga karena lo. Gue hampir gak pernah ngantin bareng Shella lagi semenjak jadian sama lo itu karena gue hargai lo. Pulang sekolah lo gue anter, berangkat sekolah kadang bareng sama gue" jeda Riki, lalu ia menghela nafasnya.

"Kalo itu semua kurang buat lo, gue minta maaf, gue gak bisa kalo harus ngasih semua waktu gue buat lo. Karena yang lebih dulu bareng sama gue itu Shella, gue harap lo ngerti dan sekarang terserah lo."

Najwa diam sambil menundukkan kepalanya. Ia sadar, seharusnya ia tidak terlalu menuntut Riki agar terus bersamanya. Ia sadar Riki butuh waktu untuk bersama teman dan sahabatnya. Najwa sadar ia egois, bahkan sebelum ia jadian dengan Riki.

"Shella, dia juga berusaha hargai lo, Ja. Dia jauhin gue cuma untuk jaga perasaan lo, dia sadar status lo sama gue sekarang. Dia gamau bikin lo cemburu dan marah sama gue karena dia. Makanya dia jauhin gue, setiap gue ajak ngantin bareng dia gak mau, dia takut ganggu kita" ujar Riki lagi.

Najwa menghela nafasnya, lalu mendongak menatap Riki yang juga sedang menatapnya lembut. Najwa tidak tau, bagaimana perasaan Riki, apakah Riki mencintainya? Apakah Riki menyayanginya? Najwa sama sekali tidak tau. Tapi Najwa selalu dibuat nyaman oleh sikap Riki, prilaku Riki yang tidak pernah marah terhadap perempuan. Bahkan itu semua membuat Najwa tidak peduli akan apa yang dirasakan Riki. Yang Najwa peduli hanya Riki harus selalu disampingnya.

"Maafin aku ya, aku udah egois."

Riki tersenyum sambil mengangguk. Lalu Najwa menggandeng tangan Riki untuk pergi bermain sesuai apa yang Riki ucapkan tadi malam.

•••••

السلم عليكم

Pleaseeee bacaa duluuu author note iniii yaaaa...🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼

terima kasih atas semuanya dan segala hal yang udah buat aku semangat lagi nge lanjut lapak ini.

Cerita ini sempat mau aku hapus, tapi selalu gak jadi karena saran sahabat aku terus akhirnya ada juga yang bilang suka sama cerita ini.

Aku harap yang masih setia baca jadi keterusan suka, aku gak maksa buat terus baca cerita ini. Aku juga gak maksa kalian untuk ngasih vote. Udah dibaca juga alhamdulillah. Hehe

Ajakin teman kalian ya buat baca juga, siapa tau teman kalian juga suka sama ceritaku. Terima kasih banyak.

Aku usahakan supaya rajin dan cepat update part baru.

والسلم عليكم

Kapan jadian?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang