Setelah ucapan Riki kemarin, keadaan memang menjadi semakin membaik, Shella tidak lagi marah kepada Riki. Ia mulai mau pulang dan pergi sekolah bersama Riki. Shella juga kembali pergi istirahat ke kantin bersama 3 sahabatnya.
Tapi tetap, masih ada rasa canggung di antara keduanya. Apalagi sejak Riki mengungkapkan perasaannya juga. Waktu itu, Shella tidak berkata apapun sampai akhirnya Riki mengalihkan pembahasan mereka.
Shella masih diam, merasa malu jika harus memulai obrolan lebih dulu. Padahal dulu, Shella selalu bebas berkata apapun kepada Riki. Kenapa harus ada moment ngungkapin perasaan sih! Jadi canggung gini kan. Kalimat itu yang selalu Shella ucapkan dalam hatinya ketika ia sedang berdekatan dengan Riki.
Seperti sekarang, di bangku kantin. Ia duduk berdampingan dengan Riki, dihadapannya ada Riani dan Talita yang sedang menikmati makanannya. Shella menyibukan diri dengan ponsel setelah menghabiskan baksonya.
"Kalian tuh masih marahan apa udah baikan sih?" Tanya Talita tiba-tiba. Sepertinya Riani dan Talita merasa kesal dengan sikap Riki dan Shella yang canggung.
Tak ada jawaban apapun dari Riki maupun Shella, "katanya kalian udah baikan, kok masih diem-dieman," ucap Riani yang malah seperti sindiran.
Shella mengalihkan tatapannya dari ponsel, "apaan sih? Gue udah baik-baik aja sama si Riki, iya kan ki?"
Riki hanya mengangguk membuat Riani dan Talita tidak percaya begitu saja. Bagaimana bisa kedua sejoli itu baik-baik saja, jelas-jelas terlihat bahwa mereka sedang sama-sama canggung.
"Kalian tuh canggung kenapa sih? Jadi ikutan canggung juga nih kita,"
Talita mengangguk menyetujui ucapan Riani. Pernah gak sih kalian berada di posisi tengah, di antara teman kalian yang sedang bermusuhan atau teman kalian yang sedang canggung sama seperti Riki dan Shella sekarang? Kalau pernah, itulah yang Riani dan Talita rasakan sekarang.
"Udah deh, kalian pokonya harus ngobrol berdua. Lurusin apa yang belum lurus, selesaiin apa yang belum selesai..." suruh Talita.
"SE KA RANG!"
Kemudian Riani dan Talita bangkit dan meninggalkan dua sejoli itu.
Seperti sebelumnya, merka tetap canggung dan diam tanpa kalimat. Bahkan satu huruf pun tidak mereka ucapkan. Hingga Riki memberanikan diri memulai pembicaraan.
"Maaf kalo ucapan gue waktu hari minggu itu bikin lo gak nyaman,"
Shella menaruh ponselnya di atas meja, "gak masalah."
"Gue ngerasa gak adil aja. Gue tau perasaan lo, sedangkan lo gak tau perasaan gue. Jadi gue beraniin jujur aja kemarin. Gue juga degdeggan kok pas itu,"
Shella mendengus, "kan gue waktu itu bilang, gue malu, lo gak usah terusin ucapan lo kalo itu ngebahas perasaan! Gue juga senam jantung tau gak!"
"Ya... tanggung aja udah setengah ngomong, yaudah gue terusin."
"Jadi gimana Shel? Menurut lo, eh ngga. Lo maunya gimana?" Tanya Riki membuat Shella bingung dengan ucapannya.
"Maksudnya?"
"Lo mau gak kalo status kita berubah?" Ucap Riki memperjelas.
Kriinggg !!!!......
Bel masuk berbunyi, jika biasanya Shella tidak suka dengan suara bel masuk, tidak dengan kali ini. Ia sangat bersyukur mendengar bel itu.
Shella beranjak, tapi tangannya di tahan Riki, lalu ditarik paksa agar Shella kembali duduk. "Mau kemana?"
"Lah, kok lo nanya? Udah bel tau, lo gak denger?"
"Gurunya izin, sakit katanya. Jadi gak masuk,"
Shella kembali beranjak, tetap ingin pergi ke kelas. "Yaudah tetep kan harus masuk kelas?"
"Gue mau ngobrol sampai selesai sama lo? Disini, sekarang!" Paksa Riki.
Shella mendengus kesal, "apa lagi"
"Lo mau kita gimana? Hubungan kita,"
"Ya.. gak gimana-gimana" jawab Shella mencoba tenang, padahal hatinya sudah meronta-ronta ingin terbang.
"Serius. Lo mau gak kita pacaran?"
Shella menoleh, itu kalimat yang selama ini Shella tunggu dari Riki. Akhirnya ia mendengarnya juga. Tapi.. Shella tidak pernah ingin jika persahabatannya hancur hanya karena perasaan. Tidak akan pernah ada yang menjamin, jika nanti Shella dan Riki putus, mereka akan baik-baik saja. Mereka memang bisa mempertahankan hubungan itu dari kata pisah. Tapi, Siapa yang tau alur apa yang akan mereka lewati nanti.
Shella mengalihkan tatapannya dari Riki, "gue gak mau!" Tolak Shella mentah-mentah.
"Gue gak pernah niat buat hancurin persahabatan kita cuma karena perasaan. Gue emang suka sama lo, tapi gue takut kalo gara-gara ini nantinya kita gak bakal baik-baik lagi, maksud gue saat kita putus,"
Riki mengerutkan dahinya, "lo berpikir buat putus? Bahkan sebelum kita mulai?"
"Kenapa lo nawarin pacaran kalo lo gak mikir kedepannya gimana? Emang lo bisa tau alur yang bakal kita hadapi seperti apa? Emang lo bisa jamin kita bakal selalu baik-baik aja?" Ucap Shella dengan tegas tanpa ragu.
Riki diam memikirkan ucapan Shella. Benar juga yang Shella ucapkan. "Jadi lo mau kita tetep sahabatan?"
Shella mengangguk lemah, ia ingin sekali memiliki status pacar dengan Riki. Tapi, ah sudahlah ini pilihannya.
•••••
Lagi berusaha rajin update seminggu sekali hehe😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan jadian?
Teen FictionKata orang persahabatan antara cewek dan cowok itu tidak akan murni selamanya bersahabat karena salah satunya pasti memiliki perasaan lebih dari sekedar sahabat. Mungkin itu juga yang terjadi di antara Shella dan Riki, tapi mempertahankan persahabat...