Mulai hari ini Riki kembali bersekolah seperti biasa, setelah proses penyembuhan yang lumayan membuat Riki bosan di rumah akhirnya Riki bisa juga kembali beraktifitas. Dan Riki bisa melihat senyum ceria Shella pagi ini saat mereka bertemu dipertigaan jalan menuju sekolah.
Mereka selalu berjanjian di tempat itu ketika pagi hari berangkat sekolah, dari pertigaan itu Riki bersama Shella akan berjalan kaki karena dari sana menuju sekolah jaraknya sangat dekat. "Cieee udah sekolah lagi?" Goda Shella ketika Riki baru turun angkot.
Setelah Riki membayar ongkos, ia menghampiri Shella yang sudah cengengesan. "Kenapa?" Tanya Riki semakin tidak mengerti dengan sahabat ceweknya itu.
Shella menggeleng, lalu menarik tangan Riki untuk jalan menuju sekolah, Sebahagia itu kah Shella hari ini? Kenapa?. Batin Riki.
"Riki, apaan sih? Ngeliatin gue gitu amat. Gue masih ada beleknya ya?" Ucap Shella sambil mengusap ujung matanya.
Riki tertawa dengan pertanyaan Shella barusan, "gak ada. Gue heran aja lo ceria banget?."
Shella tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya, "jelas lah gue ceria hari ini, lo kan udah sekolah."
"Gue yang sekolah, kenapa lo yang ceria."
"Yaa.. gue bahagia aja, soalnya gue ngga duduk sendiri lagi."
Setelah itu tak ada lagi percakapan selama berjalan menuju sekolah, bahkan sampai dikelas pun mereka sama-sama diam. "Waduuuhhh pangerannya si Shella udah sekolah nih" goda Talita.
Shella terbelalak ketika mendengar ucapan Talita. Tapi dengan begitu cepat Shella bisa mengontrol dirinya, "pangeran kodok" kata Shella.
"Pangeran ganteng" kata Riki percaya diri.
Riani dan Talita bergidik ketika mendengar Riki sepercaya diri itu. Sedangkan Shella hanya terkikik geli. "Shel, si Riki beneran udah sembuh?" Talita nampaknya merasa heran dengan Riki hari ini.
"Gue udah sembuh."
Riani mendelik "sejak kapan nama lo jadi Shella?."
Riki hanya tersenyum, "gak tau deh, kayaknya emang malah makin sakit ni anak" jawab Shella dengan menunjuk Riki menggunakan dagunya.
Jam pelajaran pertama telah dimulai, hari ini pelajaran fisika, gurunya gak killer malahan kaya bodo amatan, jadinya Shella memilih tidur dari pada mendengarkan penjelasan berbagai rumus yang tak pernah ia mengerti. Riki? Dia sudah biasa dengan kelakuan Shella yang tertidur saat pelajaran Fisika. Terlebih, posisi duduk mereka dibelakang jadi gurunya tidak terlalu memperhatikan ke arah bangku mereka.
Triiingggg......
Bel tanda ganti pelajaran telah berbunyi, jam sudah menunjukan pukul 08.40 memang jadwalnya berganti pelajaran. Guru fisika tadi sedang membereskan barang-barangnya dan segera pamit untuk meninggalkan kelas ipa4. Begitu juga dengan cewek yang selama jam pelajar pertama tadi hanya tertidur, sekarang ia sedang mengucek matanya yang mungkin terasa sedikit perih. "Itaaaa.. anter ke toilet yuk" ajak Shella kepada Talita.
Talita mengangguk lalu beranjak untuk pergi ke toilet menemani Shella. Diperjalanan menuju toilet, mereka berpapasan dengan Vino. "Eh Shella, mau kemana?."
"Haii kak, mau ke toilet."
"Shella doang nih kak yang disapa? Adeknya ngga?."
"Ngapain juga nyapa lo, setiap hari ketemu, bosen lah gue."
Talita mengerucutkan bibirnya setelah mendengar ucapan Vino, ia merasa kesal dengan perkataan kakaknya itu. Shella hanya terkekeh geli mendengarnya. "Shell, baru bangun tidur ya?."
"Haa?.. Mmm, iya kak. Emang keliat banget ya?."
Vino tertawa, lalu mengangguk. Shella langsung menutup wajahnya karena merasa malu. "Muka gue kenapa emangnya ta?."
"Muka lo merah bangett, apalagi matanyaa."
"Seriuss???."
Talita mengangguk walaupun Shella tidak bisa melihat anggukannya karena wajahnya masih ditutup oleh telapak tangannya. "Aduuhh taa, ayo buruan ke toilet."
Belum satu langkah Shella berjalan keningnya sudah menubruk dada Vino. Shella tidak melihat bahwa didepannya masih ada seorang cowok kakak kelasnya. "Aduuhh.. maaf kak, gue kira kakak udah pergi" ucapnya masih dengan menutup wajahnya.
Vino tertawa sedangkan Talita hanya menggelengkan wajahnya dan melipat tangannya di depan dada. Sungguh bodoh temannya itu, fikir Talita.
Vino mencekal pergelangan tangan Shella dan berusaha menjauhkan tangan itu dari wajah pemiliknya. Namun Shella tidak mau untuk menjauhkan tangan itu dari wajahnya.
"Ayoo makanya buka" pinta Vino.
"Iiihhh... gamau kak, gue malu."
"Dih.. apasih? Malu, orang gue udah liat muka bangun tidur lo, tadi."
Akhirnya Shella mau melepas tangannya dari wajah. Tapi Vino seakan enggan untuk melepas cekalan itu. Shella menunduk, dan Vino tertawa melihat kelakuan Shella. "Jijik gue si Shella malu-malu begitu" ucap Talita tiba-tiba.
"Udah cepet cuci muka" suruh Vino seraya melepas cekalan itu. "Bentar lagi bel masuk pelajaran selanjutnya" lanjutnya.
Shella mengangguk lalu pergi bersama Talita untuk ke toilet. Didalam toilet, Shella langsung membasuh wajahnya dengan air di westafel. "Asli! Gue gatau lagi tadi muka gue gimana? Jelek banget. Duhh."
"Alaahh, lebay lo. Setiap lo bangun tidur di kelas muka lo selalu kaya gitu, gak malu sama pangeran kodok?."
"Si Riki? Dia mah dari SMP udah biasa liat gue kaya gitu, ngapain malu?."
"Gak takut lo kalo sebenernya si Riki ilfeel sama lo?."
Shella mendesah berat, "oiya yaa, aduhhh gimana bisa gue sebego itu. Kalo Riki ilfeel sama gue gimana dong ta?."
Talita mengedikkan bahunya, lalu beranjak pergi keluar toilet meninggalkan Shella. Shella segera menyusul Talita. Setibanya di dalam kelas ternyata guru pelajaran selanjutnya sudah masuk.
Saat sudah duduk di bangkunya, Shella bertanya kepada Riki "heh!! Riki" bisiknya.
"Apaan?."
"Lo ilfeel gak sama gue?" Tanya nya masih dengan nada berbisik.
Riki menoleh melihat wajah Shella yang masih sedikit basah, "kenapa nanya begitu?."
"Kan setiap hari lo liat gue bangun tidur, jelek banget tuh. Lo ilfeel gak?" Tanya Shella lagi dengan nada cemas.
Riki menggeleng lalu kembali memfokuskan pandangannya ke arah papan tulis. "Gue gak ilfeel."
Shella berbinar terbukti dengan senyumannya yang begitu lebar "beneran?."
"Hmm."
Yess... batin Shella.
•••••
Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan jadian?
Teen FictionKata orang persahabatan antara cewek dan cowok itu tidak akan murni selamanya bersahabat karena salah satunya pasti memiliki perasaan lebih dari sekedar sahabat. Mungkin itu juga yang terjadi di antara Shella dan Riki, tapi mempertahankan persahabat...