Jangan bosen ya, part ini agak panjang😊😊*
Hari minggu, seperti minggu sebelumnya selesai Sholat subuh Shella kembali rebahan di atas kasurnya, kali ini ia ditemani novel yang baru dua hari lalu ia beli. Jiwa halunya selalu muncul setiap membaca novel. Shella sangat pandai mendalami karakter, merasakan seolah ia yang berperan dalam cerita tersebut.
Pagi ini bisa dibilang mendung, awan hitam menghiasi langit tapi tidak juga menjatuhkan bulirnya. Shella menarik selimutnya, ia mulai merasakan hawa dingin dari pengaruh cuaca diluar.
Cuaca itu seakan mendukungnya untuk bermanja ria bersama kasur empuk miliknya. Ini merupakan cuaca kecintaan Shella, tidak ada cuaca senikmat ini dipagi hari, setidaknya itu menurut Shella.
Bayangkan saja, cuaca mendung di temani novel dengan tubuh di gulung selimut tebal. Beberapa kali orangtuanya memanggilnya untuk sarapan dan beberapa kali juga Shella menolak karena terlalu nyaman dengan posisinya.
Satu jam berlalu, Shella akhirnya beranjak turun melawan rasa malasnya, ternyata keluar dari zona nyaman itu memang perlu, jika tidak itu akan menyiksa diri sendiri, bahkan dalam hal apapun.
Shella berjalan menuju dapur, ia melewati ruang keluarga, terlihat Mama nya yang sedang pokus memainkan ponsel dan Ayahnya yang pokus dengan televisi. Shella menghiraukan keduanya. Membiarkan mereka menikmati waktunya bersama.
Shella makan sendirian di meja makan, matanya tertuju ke depan layar ponsel yang memperlihatkan film Tom&Jerry. Kegiatannya terganggu dengan suara panggilan Mamanya dari arah depan rumah.
Shella mempause film itu dan pergi meninggalkan makanannya yang tinggal sedikit. Ia berjalan menghampiri Mamanya.
Saat ia sampai di ruang keluarga, Shella melihat ada Riki disana. Mamanya pamit untuk kembali ke tempat semula.
"Ada apa?" Tanya Shella dengan ekspresi dingin.
Riki tersenyum mencoba menghilangkan suasana canggung ini, "emang gak boleh gue main kesini? Bukannya biasanya lo yang minta gue temenin ya kalo hari minggu?" Ucap Riki dengan santai, lalu ia duduk di sofa ruang tamu rumah Shella.
Shella pergi meninggalkan Riki untuk kembali ke ruang makan, "lohh... kok ditinggal?" Tanya Riki.
"Bentar ih! Gue lagi makan, mau bawa piringnya kesini!" Ketus Shella.
Tak sampai 1 menit Shella kembali, lalu duduk di samping Riki. Hening, keduanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Riki sibuk memikirkan apa yang harus ia perbuat untuk memecahkan keheningan ini. Shella sibuk dengan makanannya, ia sengaja memperlambat kunyahannya agar makanan yang sisa sedikit ini tidak cepat habis. Shella juga sama seperti Riki, sangat merasa canggung.
Mamanya kembali ke ruang tamu dengan membawa dua gelas jus, satu toples biskuit dan tiga snack kemasan. "Udah lama Riki gak kesini, kemana aja?" Tanya Mamanya Shella, wanita yang tidak lagi muda itu tau bahwa kedua remaja ini sedang dalam keadaan tidak baik. Wanita yang sudah tidak lagi tua itu hanya mencoba membantu agar suasana di ruang tamu ini tidak begitu canggung dan hening.
"Ada kok Ma, emang jarang di bolehin kesini nih sama Shella," jawab Riki sedikit menyindir.
Mamanya Shella tertawa ringan, "padahal kesini aja tanpa izin Shella, gapapa. Biasanya juga begitu."
Riki tersenyum lalu mengangguk, "iya Ma."
Setelah itu keduanya kembali hening, setelah Mamanya tidak lagi terlihat di pandangan mata Shella, Shella mulai berujar. "Enak aja lo nyalahin gue! Kapan gue gak ngebolehin lo kesini! Lo nya aja yang sibuk pacaran sama kak Najwa," balas Shella kejam.
"Gue udah putus sama si Ajja" ucap Riki santai.
Shella menoleh menatap Riki, ia terkejut mendengarnya. Riki yang merasa ditatap seperti itu oleh Shella mengerti, apa yang sedang Shella pikirkan.
"Gue bilang sama dia kalo gue sebenernya gak suka sama dia, gue gak mau pura-pura lagi ke dia. Dia ngerti, dia juga cape katanya pacaran sama gue. Tapi dia marah sama nangis pas gue putusin" jelas Riki.
Shella memukul kasar bahu Riki, bagaimana bisa cowok ini melakukan hal yang sangat Shella benci. Shella benci jika ada cowok yang memutuskan hubungan dengan cewek. Yang harusnya memutuskan hubungan itu cewek, bukan cowok.
Shella mendengus ketika Riki diam. Tidak mungkin Riki tidak tahu soal hal yang Shella benci.
Riki menyenderkan punggungnya ke senderan sofa, "gue tau lo benci kalo ada cowok yang mutusin cewek duluan, gue tau itu bikin harga diri cewek jatuh. Dan gue udah lakuin itu" ucap Riki.
"Bayangin aja Shel, lebih jahat mana, pura-pura suka apa mutusin biar gak pura-pura dan gak ngebohongin cewek itu lagi?" Tanya Riki.
Shella diam, benar juga. Riki mengambil keputusan yang tepat. Tapi tetap saja, sebagai cewek, Shella sangat menjunjung harga diri sesama jenisnya. Ia merasa di jatuhkan juga harga dirinya.
Tapi mau gimana? Yang Riki lakukan sudah benar-benar jalan terbaik. Daripada Najwa semakin lama semakin membatin menjalin hubungan dengan Riki, lebih baik segera di akhiri. Entahlah, pikiran itu hanya logika Shella saja, hatinya merasa senang mendengar kabar putusnya hubungan Riki dengan kakak kelasnya itu, bodo amat dengan alasannya.
"Terus, lo balik lagi ke gue karena udah gak punya cewek? Butuhnya doang emang lo! Dasar!" Sarkas Shella.
Riki tersenyum, sikap Shella kepadanya perlahan mulai kembali. "Siapa yang selama ini pergi? Gue? Ngga tuh."
Shella mendelik, kenapa Riki jadi menyebalkan.
"Maafin gue ya Shel, gue nyakitin lo banget. Gue gak pernah niat nyakitin lo. Gak pernah sama sekali gue niat nyakitin lo. Apapun itu, gue selalu mikir cara buat lo selalu bahagia.
"Gue pernah kan bilang sama lo, gue itu pernah sempet ngerasa lo ada perasaan sama gue--"
Shella memukul lagi bahu Riki, "jangan bahas itu!!! Gue tuh malu Riki!!!!"
Riki tertawa, dasar Shella. "Gue sempet ngerasain itu, tapi gue tepis pikiran gue, soalnya gue gak mau jadi kegeeran" lanjut Riki.
Shella merasa kesal karena Riki menghiraukan ucapannya. Kurang ajar sekali Riki, sudah tau Shella malu kalau membahas tentang perasaannya.
"Diem deh lo!!" Marah Shella, ia sudah sangat kesal kepada cowok disampingnya ini.
"Kalo gue lebih peka lagi, mungkin gak sampe nyakitin lo kaya sekarang. Maafin gue Shel, gue gak sama sekali niat. Jangan marah lagi ke gue, gue gak enak kalo kita marahan, gue gak suka kalo kita canggung."
Shella diam mendengar kalimat demi kalimat yang Riki terus ucapkan. Ia tau, sejak dulu Riki tidak pernah mau melihat Shella sakit hati atau semacamnya, Riki selalu menjaga perasaan Shella.
Riki menegakkan tubuhnya menghadap Shella, "jujur ya Shell, gue gak tau perasaan gue kaya gimana. Tapi gue juga masih sadar kalo apa yang gue rasain ke lo makin hari makin beda.." ucap Riki menggantung.
Shella menatap canggung sekaligus bingung ke arah Riki. "Maksudnya?"
"Gue gak sadar kalo gue suka sama lo, sayang sama lo lebih dari sahabat. Gue mikir beberapa kali bahkan setiap hari gue mikirin ucapan si Tata sama si Ani. Mereka sering kan nyeletuk gitu aja kalo menurut mereka kita tuh saling punya perasaan,"
"Gue mulai ngerasa, kayaknya ucapan mereka bener deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan jadian?
Teen FictionKata orang persahabatan antara cewek dan cowok itu tidak akan murni selamanya bersahabat karena salah satunya pasti memiliki perasaan lebih dari sekedar sahabat. Mungkin itu juga yang terjadi di antara Shella dan Riki, tapi mempertahankan persahabat...