41. Kelulusan

256 10 0
                                    

Beberapa bulan kemudian.

Hari-hari terus berlanjut seperti biasa, konflik kecil setia menghiasi hari-hari yang terlewati. Hubungan Shella dan Riki pun tidak ada tanda-tanda kemajuan. Semuanya masih berjalan ditempat. Di antara mereka tidak ada yang berniat untuk berjalan mengubah statusnya. Bagi Shella, sahabat adalah status paling abadi. Sampai kapan pun status itu tidak akan pernah bisa terputus.

Minggu ini adalah minggu terakhir sebelum acara kelulusan kelas 3. Disaat semua murid menikmati free class dengan bercanda dan membuat moment konyol bersama, tidak untuk Shella. Tidur lebih menarik baginya.

Dan bagi Riki, bermain game adalah hal menyenangkan kedua setelah menemani segala kegiatan Shella. Riki mencoba menebus kesalahan yang pernah ia perbuat. Membuat Shella sakit hati dan merasa kehilangan waktu bersamanya. Semua itu akan Riki tebus dengan apapun.

Dan ya, Shella merasakan jika setelah kejadian dulu, Riki selalu ada disampingnya disaat ia membutuhkan. Bahkan Shella membutuhkan Riki setiap saat. Entah bagaimana jadinya jika nanti takdir harus memisahkan jarak mereka.

Riki sudah ditawari untuk melanjutkan kuliahnya ke luar negeri, saran dari orangtuanya tentu saja membuat Riki sangat senang. Siapa yang tidak ingin melanjutkan pendidikannya ke luar negeri, mendapatkan ilmu yang banyak serta pengalaman yang tidak banyak orang dapatkan.

Sedangkan Shella, tidak pernah diizinkan untuk jauh dengan keluarganya. Walaupun orangtuanya sangat percaya kepada Riki tetap saja, orangtuanya melarang Shella untuk kuliah bersama Riki ke luar negeri. Entahlah, masih ada waktu untuk memikirkannya. Tahun terakhir mereka di SMA semoga sangat berkesan. Karena kemungkinan mereka berpisah sangatlah besar.

Shella bangun dari tidurnya, mengangkat kepala ketika merasakan ponselnya bergetar, ia mendesis sebal, karena merasa terganggu.

Riki menoleh melihat Shella yang mencoba mengambil ponselnya di saku rok. Riki terus memperhatikan Shella hingga gadis itu menyimpan ponselnya di atas meja. "Kenapa?" Tanya Riki merasa penasaran.

     "Operator, ngasih gue kabar kalo kuota gue mau abis" jawab Shella masih dengan perasaan kesal.

Riki menahan tawanya dengan pura-pura batuk. Shella yang menyadari hal itu langsung mencubit tangan Riki dengan sedikit keras.

     "Aww!!! Sakit Shellaa!!" Protes Riki.

Shella cemberut lalu menatap Riki dengan sangar "lo sih ngeselin! Gue lagi kesel malah diketawain!"

     "Siapa yang ketawa coba?"

     "Emangnya gue gak tau apa lo pura-pura batuk cuma buat nahan ketawa doang!"

Sedetik kemudian, tawa Riki pecah. Ia tidak bisa menahan tawa lagi ketika melihat ekspresi marah Shella dicampur muka bangun tidurnya. Sunggu sangat lucu gadis dihadapannya ini.

      "Tuh kaaann!!!!!!" Shella kembali mencubit tangan Riki.

Riki melepaskan cubitan Shella ditangannya dengan hati-hati. "Iyaiyaaa... maaf deh, gak lagi... Mau es krim?" Tawar Riki mencoba mengembalikan mood Shella.

     "Emangnya gue cewek apaan! Di sogok-sogok gitu!"

Riki menunjukan smirknya. "Yakiinn??"

     "Iihh!!! Yaudah ayo!"

     "Gamau ah, tadi bilangnya gue nyogok."

Shella menarik tangan Riki dengan kasar, ada rasa gengsi dan malu dihatinya. Tapi Shella tidak bisa menolak tawaran es krim gratis. "Ihh gak usah ngeselin! Ayo buruan!"

     "Yaudah iya sabar."

Riki memasukan ponselnya ke dalam saku celana, lalu melempar headsetnya ke dalam tas.

Kapan jadian?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang