Semakin hari Riki semakin mencurigai Shella. Perhatiannya, tingkah lakunya, sorot matanya, ekspresi wajahnya. Baru Riki sadari semuanya berubah. Tidak sama seperti dulu, perhatian sebagai sahabat itu sudah berubah. Riki rasa perhatian Shella kepadanya akhir-akhir ini bukan karena perhatian sebagai sahabat, walaupun memang bagi Riki masih ada sedikit rasa bahwa Shella masih bersikap sebagai sahabat yang baik untuknya.
Sorot mata Shella yang selalu berbinar, bukan lagi sorot mata yang dulu sering Riki lihat sebagai sorot mata bahagia bersama sahabat. Entah kalimat apa yang harus Riki sampaikan untuk menjelaskan sorot mata Shella yang baru Riki sadari berubah akhir-akhir ini.
Shella juga semakin bersikap khawatir kepadanya apalagi semenjak Riki keluar dari rumah sakit beberapa minggu lalu. Shella lebih memperhatikan makanannya, bahkan aktivitas yang Riki jalani pun sering kali mendapat ocehan gak jelas dari Shella.
Risih? Tidak. Riki sama sekali tidak merasa risih, karena apapun yang Shella lakukan selalu menyenangkan baginya. Riki hanya bingung dengan sikap Shella yang baru ia sadari. Bodoh? Memang, Riki sangatlah bodoh. Kemana saja cowok itu baru menyadari semuanya sekarang?
Sikap itu sudah berubah semenjak perasaan Shella tumbuh saat kelas 2SMP dulu. Dan Riki baru menyadarinya sekarang?. Telat? Memang bisa dikatakan telat, tapi banyak juga yang bilang tidak ada kata telat selagi masih ada umur.
Riki berniat mencari tahu semuanya, ia akan membuktikan bahwa fikirannya itu benar atau salah. Entah apa yang Riki rasakan, karena ia pun sekarang berharap bahwa fikirannya itu benar. Dan Riki juga sedikit merasa takut jika fikirannya itu salah. (Ngerti ora?).
"Riki! Ayo ke kantin, bengong mulu. Nanti kalo lu kelaperan sakit lagi gimana?" Omel Shella yang merasa jengah karena sedari tadi Riki hanya terbengong setelah pelajaran berakhir.
Riki terkaget mendengar omelan Shella, "ehh.. iya ayo."
Mereka beranjak pergi ke kanti berdua. "Nanti pulang sekolah nonton yu ki, kan ada film baru tuh. Mauga?."
"Iya mau."
****
Pulang sekolah, Riki bersama Shella langsung pergi nonton. Riki sudah mengganti baju seragam putihnya dengan kaos, dan Shella pun begitu. Mereka membeli 2tiket nonton. Ada waktu sekitar 30 menit lagi sebelum film dimulai.
Shella mengajak Riki untuk membeli beberapa cemilan dulu. Riki tau bahwa Shella merasa lapar begitupun dengannya. Setelah 30menit menunggu, akhirnya mereka menonton film itu.
Selesai menonton, Shella merengek untuk segera pergi makan, perutnya sudah meroncongan meminta isi. Riki pun menurutinya dan langsung pergi ke tempat makan.
"Haduhhhh kenyang."
Riki menoleh ke arah Shella, ia terkikik geli melihat wajah kekenyangan Shella. "Udah makannya? Kenyang bangett?."
Shella hanya bisa mengangguk. Setelah merasa sedikit lega dengan perutnya, Shella berkata "Riki.. diem disini dulu yaa. Jangan dulu pulang, iya gak?" Pintanya dengan memelas.
Riki mengangguk dan melanjutkan menghabiskan makanannya. Shella sibuk dengan ponselnya, lalu ia berinisiatif untuk memotret Riki yang sekarang juga sibuk dengan game di ponselnya.
Cekrekk...
Satu foto berhasil Shella potret, ia terkikik saat melihat hasilnya.
Riki menoleh "kenapa?."
"Ini liat" Shella memperlihatkan hasil foto yang tadi diam-diam ia hasilkan.
"Untung bagus hasilnya."
"Yaiyalah bagus, gue yang ngefoto. Mau gue simpen, biar kalo kangen liat aja foto ini."
"Foto gue banyak deh di hp lo."
"Ini kan foto terbaru, udah ah pokonya gue simpen."
Riki tersenyum saat melihat raut bahagia milik Shella hanya karena mempunyai foto terbaru Riki. Sebahagia itu cuma punya foto baru gue?. Pikirnya.
"Ngapain liatin gue begitu?."
Riki menaikan sebelah alisnya "cantik, imut juga haha."
Shella terdiam merasakan darahnya berdesir dan jantungnya yang memompa cepat. Ia terdiam cukup lama, Shella mulai merasakan panas di pipinya dan ia yakin bahwa pipinya sekarang sudah merah merona.
Shella memegang kedua pipinya, niatnya hanya untuk menyembunyikan semburan merah itu. Namun telat, Riki sudah keburu melihatnya. Sekarang Riki sedang menahan diri untuk tidak tertawa bahkan tersenyum lebar. Ia hanya bisa mengangkat sudut bibirnya sedikit, hanya sedikit.
Shella melirik Riki sebentar, "alaahhh gombal. Belajar dari siapa?."
"Ngga gombal. Gak belajar juga kok."
"Hmm... terbang nih gue."
Riki tak bisa menahan tawanya lagi, sungguh ia merasa lucu dengan ekspresi Shella sekarang. Ia tak menyangka ucapan recehnya bisa berdampak sebegitu besarnya terhadap Shella.
Ya allah.. normalkan lagi jantung ini. Mohoonnn. Do'a Shella dalam hati.
•••••
Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan jadian?
Teen FictionKata orang persahabatan antara cewek dan cowok itu tidak akan murni selamanya bersahabat karena salah satunya pasti memiliki perasaan lebih dari sekedar sahabat. Mungkin itu juga yang terjadi di antara Shella dan Riki, tapi mempertahankan persahabat...